Kisah Korban Selamat Tragedi 9/11: Pilot Gagal Terbang hingga Pria Berdasi Keberuntungan

Dari banyaknya korban yang tak selamat dalam tragedi 9/11, terdapat beberapa orang paling beruntung yang terhindar dari serangan tersebut.

oleh Liputan6.com diperbarui 13 Sep 2021, 19:56 WIB
Diterbitkan 13 Sep 2021, 19:10 WIB
Ilustrasi American Airlines.
Ilustrasi American Airlines. (dok Bilaleldaou/Pixabay/Tri Ayu Lutfiani)

Liputan6.com, Jakarta - Tragedi 11 September 2001 lalu mengakibatkan banyak korban meninggal, tak sedikit pula yang mengalami trauma mendalam.

Tak ada yang mengira bahwa serangan 9/11 tersebut akan terjadi.

Namun di balik kisah pilu dari korban-korban yang tak selamat, terdapat beberapa sosok paling beruntung yang berhasil terhindar dari kekacauan tersebut.

Berikut ini sejumlah kisah orang paling beruntung bisa selamat pada tragedi 9/11, dikutip dari List Verse, Senin (13/9/2021):

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

1. Steve Scheibner, Pilot yang Tak Jadi Terbang (American Airlines)

Ilustrasi pilot sedang menerbangkan pesawat (pixabay)
Ilustrasi pilot sedang menerbangkan pesawat (pixabay)

Pada September 2001, Scheibner memiliki kontrak kerja dengan American Airlines selama satu dekade. Sebelumnya ia  adalah pilot Angkatan Laut.

Tanggal 10 September 2001, Scheibner melakukan sistem pendaftaran pilot American Airlines untuk tugas yang harus diisi selambat-lambatnya sehari sebelum penerbangan.

Scheibner melihat hanya ada satu tugas yang tersedia untuk hari berikutnya yaitu, perjalanan pagi dari Boston ke Los Angeles. Sehingga ia mengambil slot yang tersedia, sorenya ia segera menghubungi sang istri dan mengatakan bakal terbang ke L.A 11 September 2001.

Dalam sistem American Airlines setelah slot penugasan diklaim, pilot senior memiliki waktu setengah jam untuk menggantinya, dan benar saja Tom McGuinness, seorang rekan dengan masa jabatan yang sedikit lebih lama menggantikan posisi Scheibner.

Keesokan paginya, McGuinness dan co-pilot John Ogonowski menjadi dua korban pertama dalam serangan 9/11.

Sekitar pukul 08:18, pembajak yang dipimpin oleh Mohamed Atta menyerbu kokpit pesawat dan diduga membunuh atau melumpuhkan mereka, sehingga 28 menit kemudian American Airlines Penerbangan 11 menabrak Menara Utara World Trade Center (WTC).

Pengalaman Scheibner ini diceritakan dalam film pendek pada tahub 2011 yang berjudul “In My Seat.”

2. Sheila Moody, Staf di Lingkaran Terluar Pentagon (Pentagon, E Ring)

Dua Dekade Peristiwa 9/11
Api dan asap mengepul dari sebuah gedung di Pentagon di Washington pada Selasa, 11 September 2001. (AP Photo/Will Morris)

Gedung Pentagon AS adalah target selanjutnya dalam serangan 9/11, meskipun secara signifikan lebih pendek dari Menara Kembar, Pentagon sebenarnya adalah gedung perkantoran terbesar di dunia. Bangunan ini terdiri dari lima cincin konsentris, sehingga masih ada kemungkinan untuk menyelamatkan nyawa seseorang.

American Airlines Penerbangan 77 yang menabrak gedung berdampak pada sisi barat Pentagon, di mana sisi tersebut sedang menjalani konstruksi dan lebih kosong dari biasanya, namun 184 personel Pentagon tewas.

Banyak staf di lingkaran terluar, E Ring, sama sekali tidak memiliki kesempatan menyelamatkan diri, seperti dari 40 pekerja di divisi Program, Anggaran dan Akuntansi Manajerial, hanya ada enam orang yang selamat. Dari jumlah orang yang selamat tersebut, Sheila Moody adalah orang yang paling beruntung.

Pada 09.37 Moody mendengar “suara siulan…. kemudian gemuruh, dan semburan besar di udara dan bola api masuk ke kantor lalu meledakkan semuanya… dan menjatuhkan kami.”

Moody yang saat itu hanya berjarak beberapa meter dari lubang hasil tabrakan pesawat tersebut, mulai mencari bantuan. Ia tidak dapat melihat apa pun karena tertutup oleh asap tebal, kemudian Moody menyadari bahwa ia tidak bisa bernapas, apalagi berteriak. "Jadi, saya mulai bertepuk tangan", ucap Moody.

Sersan Staf Chris Brahman, yang menyelamatkan Moody segera memadamkan api di antara mereka dan membawanya keluar. Moody dirawat di rumah sakit karena luka bakar di sekujur tubuhnya, termasuk tangannya yang menyelamatkan nyawa dengan bertepuk tangan untuk meminta bantuan.

3. Jan Demczur dan 5 Orang yang Diselamatkan Alat Pembersih Kaca (Lift, Menara Utara)

Ilustrasi Lift
Ilustrasi lift. (dok. Pixabay.com/nakataza02)

Menara Kembar memiliki 198 lift, sebuah sistem di mana lift ekspres membawa penumpang ke "Lobi Sky" untuk mengirim ke layanan lantai lokal. Pada saat serangan tersebut, diperkirakan 200 orang tewas di dalam atau di dekat lift. Beberapa tewas ketika pesawat memutuskan kabel lift, terbakar saat pesawat menabrak, dan berada dalam lift yang macet ketika bangunan runtuh.

Pada pukul 08.45, Jan Demczur seorang pembersih jendela sedang pindah ke Lobi Sky Lantai 44 Menara Utara untuk naik lift ke lantai 67-74. Ia naik lift bersama lima orang lainnya yakni; Shivam Iyer, John Paczkowski, George Phoenix, Colin Richardson dan pria lain yang identitasnya masih belum jelas. Beberapa detik setelah lift mereka naik, American Airlines Penerbangan 11 menabrak gedung. Lift bergetar hebat, lalu berhenti.

Saat sebuah interkom mengumumkan ledakan, mereka segera mencari jalan keluar dengan menyodok palka langit-langit dan membuka paksa pintu lift. Mereka berada di antara pendaratan ekspres dan tidak ada jalan keluar, hanya sebuah dinding bertanda “50.”

Mereka hanya memiliki satu alat yaitu pegangan squeegee atau alat pembersih kaca milik Demczur, mereka mulai mengikis tiga inci lalu menghancurkan ubin.

Akhirnya mereka dapat merangkak keluar, ke kamar mandi dan langsung menuju tangga. Mereka berhasil keluar lima menit sebelum gedung tersebut runtuh. Kini alat pembersih kaca yang menyelamatkan nyawa beberapa orang itu pun ditampilkan di National Museum of American History.

4. Joseph Lott dengan Dasi Keberuntungan (Hotel Marriott)

Ilustrasi Dasi
Ilustrasi dasi. (Gambar oleh Free-Photos dari Pixabay)

Pada pagi hari tanggal 11 September 2001, Joseph Lott terbangun di Hotel Marriott yang diapit di antara dua menara World Trade Center. Ia sebagai perwakilan penjualan Compaq Computers, berpartisipasi dalam presentasi hari itu di Windows on the World, restoran dan tempat konferensi terkenal yang terletak di lantai paling atas Menara Utara.

Lott memiliki ketertarikan pada "dasi seni", dasi yang menampilkan mahakarya terkenal.

Ketika Lott tiba di lobi hotel untuk sarapan sebelum presentasi bersama rekan kerja, salah satunya rekan nya adalah Elaine Greenberg, yang memiliki hadiah untuknya yaitu dasi Monet.

Lott menyukainya, dan mengatakan dia akan memakainya ketika ia presentasi pagi itu.

"Tidak dengan kemeja itu. Anda tidak akan mengenakan dasi merah dan biru dengan kemeja hijau," ucap Greenberg.

Mendengar ucapan Greenberg, Lott memutuskan untuk naik dan berganti baju usai sarapan, sementara Greenberg pergi ke Windows on the World. Beruntung, ketika Lott sedang meninggalkan kamar hotelnya, pesawat pertama pun menyerang, sehingga ia segera mengungsi ke tempat yang aman.

Sayangnya semua orang yang berada di Windows on the World, termasuk Elaine Greenberg tidak terselamatkan pada hari itu.

5. Ron DiFrancesco, Orang Terakhir yang Meninggalkan Menara Selatan (Menara Selatan, Lantai 84)

Mengenang Peristiwa 11 September
File foto 11 September 2001 ini, menara selatan World Trade Center, kiri, mulai runtuh setelah serangan teroris di gedung-gedung penting di New York. (AP Photo/Gulnara Samoilova)

Menara Selatan adalah salah satu dari dua menara yang lebih dulu diserang. Sebagian orang akan berpikir jika mereka memiliki waktu 56 menit hingga gedung pencakar langit benar-benar runtuh. Kurang dari satu jam sebelumnya eksekutif Pialang Euro sedang di kantornya yang berada di Lantai 84, ketika United Airlines Penerbangan 175 menghantam gedung tersebut.

Pesawat dengan kemiringan yang disengaja untuk menyebabkan kerusakan yang maksimum dan kabin serta badan pesawat menabrak di bawahnya sehingga sayap kanan membelah lantai atas.

Di saat itu Ron DiFrancesco seseorang yang terjebak di lantai 84 tidak bisa naik atau turun karena telah tekepung dengan api dan asap. Akhirnya, dengan menggunakan batu lembaran tipis sebagai alat pelindung, ia berusaha untuk menembus panas yang hebat dan berjalan ke bawah sampai ia mendengar sebuah suara petugas pemadam kebakaran, yang memandu DiFrancesco melalui tempat yang banyak runtuhan.

Pada saat DiFrancesco mencapai permukaan jalan, seorang pekerja penyelamat memerintahkan semua orang untuk keluar melalui ruang bawah tanah, sebab lobby bawah memiliki terlalu banyak puing.

DiFrancesco turun pada pukul 9:59 pagi dan tidak lama kemudian bangunan itu runtuh, ia berbalik dan melihat bola api besar sehingga membuatnya pingsan. DiFrancesco terbangun di rumah sakit, dengan luka bakar di sebagian besar tubuhnya dan kontak lensa nya telah meleleh di matanya. Beruntung, ia adalah orang terakhir yang diketahui meninggalkan Menara Selatan dalam tragedi 9/11 tersebut.

 

Penulis : Vania Dinda Marella

Infografis Tragedi 9/11 Runtuhnya Menara Kembar WTC

Infografis Tragedi 9/11 Runtuhnya Menara Kembar WTC
Infografis Tragedi 9/11 Runtuhnya Menara Kembar WTC (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya