Arab Saudi Kesal Dikritik Laporan PBB di Perang Yaman

Laporan pakar HAM PBB juga menyalahkan Arab Saudi, Uni Emirat Arab, dan Houthi yang dibeking Iran karena menyebabkan petaka di Yaman.

oleh Tommy K. Rony diperbarui 16 Sep 2021, 08:30 WIB
Diterbitkan 16 Sep 2021, 08:30 WIB
Perang Panjang, 5 Juta Lebih Anak Yaman Terancam Kelaparan Akut
Dokter menimbang seorang bocah yang menderita gizi buruk di rumah sakit di Distrik Abs, Provinsi Haji, Yaman, Rabu (19/9). Konflik berkepanjangan mendorong negara miskin tersebut terjun ke jurang kelaparan. (ESSA AHMED/AFP)

Liputan6.com, Jenewa - Kerajaan Arab Saudi mengecam laporan PBB terkait kondisi di Yaman. Pada laporan itu, Arab Saudi dituding sebagai salah satu penyebab kesengsaraan rakyat Yaman. Pihak lain yang ikut disorot grup PBB itu adalah Uni Emirat Arab dan pasukan Houthi yang dibeking Iran.

Menurut laporan VOA, ketiga pihak itu dituding melakukan hal-hal yang keji di Perang Yaman, termasuk Arab Saudi yang dituduh melancarkan serangan di area padat penduduk.

Ardi Imsels dari Grup Pakar Eminen International dan Regional Yaman berkata rakyat membayar harga tertinggi pada konflik ini. Dampaknya mulai dari kekerasan, kelaparan, hingga keputusasaan.

"Seperti yang kami ucapkan sebelumnya, tidak ada tangan bersih di konflik ini," ujar Ardi Imsels. Laporan dari kelompok itu menyimpulkan bahwa Arab Saudi ikut bertanggung jawab.

Pemberian dukungan militer ke pihak yang bertikai di Yaman diminta dihentikan karena berpotensi digunakan untuk pelanggaran HAM.

Menurut laporan Saudi Gazette, perwakilan Kerajaan Arab Saudi di PBB membantah laporan itu karena dianggap politis. Pihak Saudi juga berdalih pihak Houthi turut melakukan serangan ke masyarakat.

"Solusinya seharusnya tidak melalui intervensi-intervensi yang dipolitisasi dan laporan-laporan menyesatkan yang membuat krisisnya semakin mendalam," ujar Dr. Abdul Aziz Al-Wasel, perwakilan permanen Arab Saudi di Jenewa.

Al-Wasel lantas meminta agar PBB turun tangan karena laporan tim tersebut dianggap bias dan politis.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Perang yang Tak Kunjung Usai

Perang di Yaman telah menciptakan apa yang disebut PBB sebagai krisis kemanusiaan terburuk di dunia
Perang di Yaman telah menciptakan apa yang disebut PBB sebagai krisis kemanusiaan terburuk di dunia (AP Photo/Hani Mohammed)

Grup Pakar Eminen International dan Regional Yaman mengingatkan bahwa perang di Yaman sudah hampir tujuh tahun. 

Turut diungkap ada banyak sekali kejahatan yang terjadi selama perang ini, mulai dari penjegalan bantuan kemanusiaan, penahanan tanpa sebab yang jelas, penghilangan paksa, kekerasan berbasis gender, penyiksaan, perlakuan tidak manusiawi, tak adanya pengadilan yang adil, serta persekusi dan kekerasan terhadap jurnalis, hingga pembela HAM.

Hal lain yang disorot adalah dampak kepada anak-anak yang dinilai sudah irreparable (tak bisa diperbaiki). Masalah malnutrisi anak sudah lama disorot di Yaman, dan masalah lain yang muncul adalah pernikahan paksa dan dini.

Grup PBB itu lantas meminta pertanggung jawaban Arab Saudi dan Uni Emirat Arab.

"Grup ini terus memiliki dasar yang beralasan untuk mempercayai bahwa Pemerintah Yaman, Arab Saudi, Uni Emirat Arab, dan dewan transisional selatan, dan otoritas-otoritas de facto bertanggung jawab atas pelanggaran-pelanggaran HAM," tulis laporan Grup Pakar Eminen International dan Regional Yaman.

Koalisi Arab Saudi sudah terlibat Perang Yaman sejak 2014 untuk menangkal pengaruh Iran melalui Houthi. Perang Yaman pun otomatis menjadi konflik proksi antara dua negara itu

Grup PBB lantas meminta agar dunia internasional tidak melupakan nasib rakyat Yaman di tengah konflik ini.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya