Eks Presiden Afghanistan Akui Tak Punya Pilihan Selain Tinggalkan Kabul di Tangan Taliban

Mantan Presiden Afghanistan Ashraf Ghani mengaku tidak punya pilihan ketika ia harus meninggalkan negaranya di tangan Taliban.

oleh Liputan6.com diperbarui 01 Jan 2022, 08:03 WIB
Diterbitkan 01 Jan 2022, 08:03 WIB
Penampilan Perdana Ashraf Ghani Usai Kabur dari Afghanistan
Gambar dari rekaman pesan video yang disiarkan di halaman Facebook Presiden Afghanistan terguling Ashraf Ghani menunjukkan dia berbicara pada 18 Agustus 2021. Ashraf Ghani membuat penampilan pertamanya sejak meninggalkan Afghanistan setelah ibu kota Kabul dikepung Taliban. (FACEBOOK/AFP)

Liputan6.com, Kabul - Mantan presiden Afghanistan, Ashraf Ghani, mengatakan dia tidak punya pilihan selain mendadak meninggalkan Kabul ketika Taliban mendekat.

Dikutip dari laman VOA Indonesia, Jumat (31/12/2021), ia juga menyangkal adanya kesepakatan yang saat itu tengah disusun untuk pengambilalihan Afghanistan secara damai. Pernyataannya itu untuk membantah laporan mantan pejabat Afghanistan dan Amerika Serikat (AS).

Ghani mengatakan dalam wawancaranya dengan BBC, yang disiarkan pada Kamis (30/12), bahwa salah seorang penasihatnya memberi ia waktu hanya beberapa menit untuk memutuskan meninggalkan ibu kota Afghanistan, Kabul. Dia juga membantah tuduhan yang tersebar luas bahwa dia meninggalkan Afghanistan dengan jutaan uang curian.

Kepergian Ghani yang secara tiba-tiba dan diam-diam pada 15 Agustus 2021 membuat kota itu kehilangan kemudi, ketika pasukan AS dan NATO berada pada tahap akhir penarikan pasukan yang kacau dari negara itu setelah 20 tahun.

"Pada pagi hari itu, saya tidak punya firasat bahwa pada sore hari saya akan pergi," kata Ghani kepada radio BBC.

Pernyataannya bertentangan dengan berbagai keterangan lain.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Melarikan Diri

FOTO: Taliban Duduki Istana Kepresidenan Afghanistan
Pejuang Taliban menguasai Istana Kepresidenan Afghanistan di Kabul, Afghanistan, Minggu (15/8/2021). Taliban menduduki Istana Kepresidenan Afghanistan setelah Presiden Afghanistan Ashraf Ghani melarikan diri dari negara itu. (AP Photo/Zabi Karimi)

Mantan presiden Afghanistan Hamid Karzai mengatakan kepada kantor berita Associated Press dalam sebuah wawancara pada awal Desember bahwa kepergian Ghani menghilangkan kesempatan bagi para negosiator pemerintah, termasuk dirinya dan ketua dewan perdamaian Abdullah Abdullah, untuk mencapai kesepakatan dengan Taliban, yang telah berkomitmen untuk tetap berada di luar batas ibu kota.

Setelah menghubungi Menteri Pertahanan Bismillah Khan, menteri dalam negeri dan kepala polisi, dan ternyata semuanya telah melarikan diri dari Kabul, Karzai mengatakan dia mengundang Taliban ke Kabul "untuk melindungi para penduduk, sehingga negara, kota itu tidak jatuh ke dalam kekacauan dan elemen-elemen yang tidak diinginkan, yang mungkin akan menjarah negara, menjarah toko."

Namun dalam wawancara radionya dengan mantan Kepala Staf Pertahanan Inggris Jenderal Sir Nick Carter, Ghani mengaku melarikan diri "untuk mencegah kehancuran Kabul.”

Ia mengklaim dua faksi Taliban, yang saling bersaing, menyerang kota itu dan siap untuk masuk dan melancarkan pertempuran sengit untuk memperebutkan kekuasaan.

Meski demikian, tidak ada bukti yang menunjukkan masuknya dua faksi Taliban yang dimaksud Ghani.

Infografis Kejatuhan dan Kebangkitan Taliban di Afghanistan:

Infografis Kejatuhan dan Kebangkitan Taliban di Afghanistan. (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis Kejatuhan dan Kebangkitan Taliban di Afghanistan. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya