Liputan6.com, Seoul - Kasus harian COVID-19 di Korea Selatan meroket hingga 171 ribu kasus pada Rabu (23/2/2022). Angka itu melonjak dari total kasus virus corona sehari sebelumnya, yakni 99 ribu kasus COVID-19.
Berdasarkan data kementerian kesehatan Korsel, rata-rata kasus mingguan kini mencapai 110 ribu. Total kasus keseluruhan ada 2,3 juta kasus dan 7.607 kematian.
Advertisement
Baca Juga
Untuk rata-rata pekan ini, ada 1.550 kasus di Korsel yang dibawa ke rumah sakit, dan 441 orang dinyatakan memiliki kasus moderat hingga parah.
Mayoritas pasien COVID-19 di Korsel dirawat di rumah saja.
Pusat infeksi adalah Provinsi Gyeonggi yang mengelilingi ibu kota Seoul, yakni 30,44 persen dari kasus nasional. Selanjutnya, ada Seoul dengan 25,90 persen dari total kasus.
Sebelumnya, Yonhap melaporkan bahwa pakar kesehatan memprediksi akan ada 170 ribu kasus pada akhir Februari 2022. Penyebaran varian Omicron yang cepat dinilai berperan atas naiknya kasus.
Â
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Capres Korsel Ingin Longgarkan Aturan COVID-19
Sementara, capres Korea Selatan, Lee Jae-myung, berjanji akan longgarkan aturan COVID-19 apabila ia terpilih menjadi presiden. Ironisnya, aturan itu dipasang oleh Presiden Moon Jae-in yang sama-sama dari Partai Demokrat.
Lee Jae-myung merupakan mantan gubernur dari Provinsi Gyeonggi yang mengelilingi ibu kota Korea Selatan. Bila menang, ia akan melonggarkan aturan jam operasional bisnis hingga tengah malam.Â
Pilpres Korea Selatan akan berlangsung pada 9 Maret 2022.
"Pada 10 Maret, saya akan menghentikan karantina yang tak diperlukan dan berlebihan dan mengizinkan bisnis-bisnis beroperasi dengan bebas hingga tengah malam bagi orang yang sudah divaksin penuh dengan suntikan booster," ujar Lee, dikutip Yonhap, Senin (21/2).
Menurutnya, virus corona memang semakin gesit, tetapi tingkat bahayanya sudah berkurang. Ia juga membandingkan dengan situasi di Eropa.
"Semua orang di Eropa melepas masker-maskernya. Kenapa kita tidak melanjutkan hidup saja dengan memakai masker?" ujarnya. "Jika kita sudah divaksin full dengan suntikan booster, gejala-gejala kritis tidak akan muncul bahkan ketika kita terinfeksi."
Advertisement