Gagal Antisipasi Aksi Pembunuhan Israel, Iran Pecat Ketua Intelijen

Hossein Taeb yang menjabat sebagai ketua intelijen di Garda Revolusi Iran telah dipecat karena dinilai gagal mengantisipasi aksi pembunuhan yang diduga kuat didalangi Israel.

oleh Tommy K. Rony diperbarui 24 Jun 2022, 12:56 WIB
Diterbitkan 24 Jun 2022, 12:56 WIB
Bendera Israel. (AFP Photo/Thomas Coex)
Bendera Israel berkibar di dekat Gerbang Jaffa di Kota Tua Yerusalem (20/3). Gerbang Jaffa adalah sebuah portal yang dibuat dari batu yang berada dalam deret tembok bersejarah Kota Lama Yerusalem. (AFP Photo/Thomas Coex)

Liputan6.com, Tehran - Kepala intelijen di Korps Garda Revolusi Islam Iran, Hossein Taeb, telah dipecat karena gagal mengantisipasi aksi-aksi pembunuhan yang diyakini Iran didalangi oleh Israel. Posisinya akan digantikan oleh Mohammad Kazemi yang sebelumnya menjabat sebuah ketua unit Perlindungan Intelijen di Garda Revolusi.

Dilansir Arab News, Jumat (24/6/2022), jabatan Taeb sebagai kepala intelijen juga dicopot setelah Turki menangkap delapan orang yang bekerja untuk Iran. Mereka disebut ingin membunuh turis-turis Israel di Istanbul.

Ketegangan antara Israel-Iran sedang makin tegang karena sejumlah insiden. Iran sering menuding Israel sebagai pihak yang bertanggung jawab atas sabotase di lokasi nuklir, serta pembunuhan ilmuwan dan komandan senior.

Pada Mei 2022, Kolnel Sayyad Khodai terbunuh di depan rumahnya oleh pemotor. Khodai ditembak hingga lima kali.

Selanjutnya, pada 13 Juni 2022, anggota divisi aerospace Garda Revolusi Islam Iran juga terbunuh ketika sedang melakukan misi di Markazi. Pada bulan yang sama Kolonel Ali Esmailzadeh yang merupakan komandan di Pasukan Qurds juga meninggal dunia usai jatuh dari atap rumahnya. Ada dugaan kematiannya bersifat misterius.

Hossen Taeb kini diangkat sebagai penasihat dari Hossein Salami yang merupakan komandan dari Garda Revolusi Islam Iran.

Terkait kasus di Istanbul, pemerintah Israel dan Turki sudah berkolaborasi untuk menjaga para turis Israel dari agen pembunuh Iran. Taeb dituduh pihak Israel sebagai otak dari rencana tersebut.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Rencana Pembunuhan Turis Iran

COVID-19 Melonjak, Turki Belum Memberlakukan Pembatasan Baru
Warga yang mengenakan masker berjalan di Istanbul, Turki, Rabu (12/1/2022). Meskipun COVID-19 melonjak, negara itu sejauh ini tidak mempertimbangkan untuk memberlakukan pembatasan baru tetapi mendesak orang tetap menggunakan masker dan melakukan social distancing. (AP Photo/Francisco Seco)

Sebelumnya dilaporkan, Kementerian Luar Negeri Israel meminta agar para turis Israel segera angkat kaki dari Turki. Ada dugaan bahwa Iran akan menarget warga Israel yang sedang berlibur di negara tersebut. Turki memang adalah destinasi yang populer bagi turis Israel.

Serangan itu disebut sebagai upaya balas dendam Iran, sehingga ada ancaman penculikan atau pembunuhan. Otoritas keamanan Turki dan Israel telah berkomunikasi terkait hal ini. 

"Jika Anda sudah berada di Istanbul, kembalilah ke Israel secepat mungkin. Jika Anda berencana terbang ke Istanbul, batalkan. Tak ada liburan yang harganya setara hidup Anda," ujar Menteri Luar Negeri Yair Lapid, dikutip Arab News, Selasa (14/6/2022).

Menlu Lapid menambahkan bahwa segala perjalanan non-esensial ke Turki mesti dihindari.

Pada Mei lalu, media Israel menyebut badan keamanan Israel dan Turki telah berhasil mengungkap konspirasi Iran untuk menculik turis di Turki, serta mencegah serangan pada detik-detik akhir.

Pebisnis Turki-Israel bernama Yair Geller juga pernah menjadi sasaran pembunuhan. Pria berusia 75 tahun itu ditarget di Istanbul, namun upaya pembunuhan berhasil digagalkan intelijen Turki.

Kasus Pembunuhan Kolonel Khodai

Ilustrasi bendera Iran (pixabay)
Ilustrasi bendera Iran (pixabay)

Kolonel Sayad Khodai (Hassan Sayyad Khodaei) yang merupakan bagian dari Garda Revolusi Iran telah ditembak mati dalam sebuah insiden penembakan. Khodai dibunuh di depan rumahnya sendiri pada Minggu (22/5).

Dilaporkan BBC, Khodai tewas usai ditembak sebanyak lima kali di dalam sebuah mobil. Ia sudah memasang sabuk pengamanan ketika penembakan terjadi.

Belum ada kelompok yang langsung mengklaim bertanggung jawab atas insiden di ibu kota Iran tersebut.

Kolonel Khodai adalah anggota senior dari anggota Pasukan Quds. Amerika Serikat (AS) menyebut pasukan itu mendukung terorisme dan bertanggung jawab atas berbagai serangan di seantero Timur Tengah.

Pasukan Quds adalah bagian bayangan dari Garda Revolusi Iran. Tugas Quds adalah operasional di luar negeri.

Sebelumnya, ilmuwan Iran Mohsen Fakhrizadeh juga tewas ditembak di akhir 2020 di Absard.

Kementerian Luar Negeri Iran berkata Kolonel Khodai dibunuh oleh "musuh bebuyutan" dari Iran. Ia juga menyebut pelaku sebagai "agen teroris yang terafiliasi dengan arogansi dunia" yang merupakan bentuk sindiran ke AS dan sekutunya.

Pihak kementerian juga menyesalkan negara-negara lain yang anti-teroris tetapi diam atas kejadian ini. Media Iran berkata Garda Revolusi baru saja mengekspos dan menangkap jaringan mata-mata Israel. Namun, Israel belum memberikan komentar atas laporan tersebut.

AP News menyebut informasi tentang Hassan Sayyad Khodaei tidak banyak tersedia, sebab kelompok Quds memang bertugas menjalankan misi militer rahasia untuk mendukung Hizbullah dan kelompok milisi lain seperti di Suriah dan Irak. 

Kematian Ilmuwan Nuklir Iran

Bendera Iran (Atta Kenare / AFP PHOTO)
Bendera Iran (Atta Kenare / AFP PHOTO)

Pada 2020, Kementerian Pertahanan Iran mengumumkan bahwa Mohsen Fakhrizadeh dibunuh teroris. Korban merupakan ilmuwan yang berpengaruh pengembangan nuklir Iran.

Dilaporkan BBC, ilmuwan nuklir Iran ini diserang di Absard, kabupaten Damavand. Lokasi tak jauh dari Tehran. Pemerintah Iran menyebut Fakhrizadeh diserang saat di dalam kendaraan.

"Teroris bersenjata menarget kendaraan yang membawa Mohzen Fakhrizadeh, kepada organisasi penelitian da inovasi di kementerian," tulis pernyataan Kementerian Pertahanan Iran.

"Setelah bentrokan antara para teroris dan pengawalnya, Fakhrizadeh terluka serius dan dilarikan ke rumah sakit," lanjut pernyataan tersebut.

Nyawa ilmuwan nuklir itu tak bisa diselamatkan.

Menteri Luar Negeri Iran Mohammad Javad Zarif turut mengecam pembunuhunan ilmuwan nuklir ini sebagai "tindakan teror negara."

Infografis Gejala dan Pencegahan Covid-19 Subvarian Omicron BA.4 dan BA.5. (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis Gejala dan Pencegahan Covid-19 Subvarian Omicron BA.4 dan BA.5. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya