Liputan6.com, London - Regimen prajurit kerajaan menyambut proklamasi Raja Charles III dengan suara tembakan. Meriam-meriam itu ditembakan di Tower of London dan Hyde Park.
Dilaporkan BBC, Sabtu (10/9/2022), tembakan meriam itu sesuai dengan instruksi yang sebelumnya diumumkan di acara proklamasi di St James Palace, London.
Advertisement
Baca Juga
Selain suara meriam, pemain terompet kerajaan juga ikut meramaikan proklamasi raja yang baru, dan proklamasi "God save the King" turut digemakan.
Acara proklamasi itu bersejarah karena untuk pertama kalinya disiarkan di berbagai media, termasuk YouTube.
Proklamasi Raja Charles III dibaca beberapa kali di St James Palace, termasuk di balkon. Selanjutnya, dokumen itu akan diumumkan juga di Skotlandia, Wales, dan Irlandia Utara.
Warga dilaporkan masih berkumpul di Buckingham Palace. Di dekat Green Park, masih ada warga yang meninggalkan bunga, lilin harum, dan gambar Ratu Elizabeth II yang dibuat anak-anak.
Proklamasi
Terakhir kali acara proklamasi digelar untuk Ratu Elizabeth II pada tahun 1952. Waktu itu, usia Elizabeth masih 25 tahun.
Pada acara itu, Raja Charles III menyampaikan pidato di hadapan sejumlah pejabat, termasuk mantan perdana menteri. Ia berbicara singkat tentang Sang Ratu dan membaca sumpah terkait tugas-tugasnya di Inggris dan wilayah kekuasaannya yang lain.
"Dalam mengambil tanggung jawab-tanggung jawab ini, saya akan berusaha mengikuti teladan menginspirasi yang saya pijak dalam menjunjung pemerintahan konstitusional dan untuk mendapatkan perdamaian, harmoni, dan kesejetahteraan untuk Pulau-Pulau dan Wilayah Persemakmuran di seluruh dunia," ujar Raja Charles III.
Raja Charles III
Sebelumnya dilaporkan, Pangeran Charles kini telah menjadi Raja Charles III. Ia menjadi raja setelah ibunya, Ratu Elizabeth II, meninggal pada Kamis, 8 September 2022.
Ratu Elizabeth II adalah penguasa Britania Raya yang paling lama berkuasa, yakni 70 tahun. Otomatis hal itu membuat Charles sebagai Pangeran Wales dengan durasi paling lama.
Pangeran Wales (Prince of Wales) adalah gelar untuk pangeran yang akan menjadi Raja Britania Raya. Kini, gelar itu akan segera dimiliki oleh Pangeran William yang merupakan penerus takhta.
Raja Charles III adalah mantan suami dari Putri Diana. Mahligai rumah tangga keduanya sempat menjadi sorotan media internasional karena hubungan yang tidak harmonis. Charles juga diketahui menjalin hubungan dengan mantan kekasihnya: Camilla.
Konflik antara Charles dan Diana dianggap menjadi salah satu faktor mengapa Ratu Elizabeth II menyebut tahun 1992 sebagah annus horribilis (tahun yang buruk).
Sesuai namanya, Raja Charles saat ini adalah yang ketiga di sejarah Inggris. Raja Charles yang pertama lahir pada tahun 1600. Ia berkuasa pada 1625, tapi kekuasaannya berakhir dengan kekacauan dan monarki sempat dihapus dari Inggris.
Charles selanjutnya adalah putra sulung dari Raja Charles I. Raja Charles II menjadi sosok di era Restorasi yang mengembalikan monarki. Ia juga dikenal sejarah sebagai raja yang populer karena sikapnya yang flamboyan.
Saat ini, usia Raja Charles III adalah 73 tahun. Ia pun menjadi raja tertua yang naik takhta di sejarah Inggris.
Advertisement
Tantangan Raja Charles III Jadi Pengganti Ratu Elizabeth II
Britania Raya kini kembali mempunyai seorang raja. Setelah Ratu Elizabeth II meninggal, Pangeran Charles kini telah menjadi Raja Charles III.
Pakar hubungan internasional dari Universitas Pelita Harapan (UPH) Aleksius Jemadu menilai bahwa Ratu Elizabeth II telah meninggalkan warisan yang kuat di bidang diplomasi. Sebagai seorang ratu, Elizabeth II bisa menjaga kedudukan Inggris di dunia internasional, serta menjaga aliansi yang kuat bersama Amerika Serikat.
Aleksius juga menyorot bagaimana Ratu Elizabeth II bisa menjaga stabilitas monarki dari era Perang Dingin, Brexit, hingga sampai sekarang. Sang Ratu lantas menjadi simbol yang baik bagi rakyatnya.
"(Ratu Elizabeth II) juga berhasil bertahan sebagai Ratu itu dalam pergantian pemerintahan Inggris yang sudah berlangsung begitu sering. Tahun 50-an sampai sekarang, dia bisa mempersatukan Inggris Raya dan juga disegani oleh negara-negara jajahan Inggris dalam kerangka Persemakmuran itu," ujar Aleksius Jemadu kepada Liputan6.com, Jumat (9/9).
"Dia dikenal oleh banyak pemimpin dunia, sehingga rakyat Inggris betul-betul merasa dia yang menunjukkan kebesaran Inggris dari sejarahnya yang dulu dikenal dengan Pax Britannica sampai pada zaman modern ini," ia menambahkan.
Kharisma Ratu Elizabeth II dinilai sebagai ilmu yang harus dipelajari Raja Charles III. Namun, sejauh ini Aleksius menilai Charles bukan sosok yang spesial di kancah internasional. Hal ini menjadi tantangan bagi Raja Charles di masa depan.
"Bayangkan dari tahun 50-an sampai 2022 itu cukup panjang dan dia (Ratu Elizabeth II) sudah pengalamannya banyak sekali, pengetahuan yang dia miliki, dan dia tahu itu Inggris Itu posisinya di mana. Charles harus belajar dari ibunya ini untuk membawa Inggris ke depan dan membuat Inggris tetap terpandang sebagai negara monarki konstitusional," ujar Aleksius.
"Charles kelihatannya biasa-biasa saja, tidak ada sesuatu yang gemilang sekali," lanjutnya.
Camilla Jadi Ratu
Ratu Elizabeth meninggal dunia pada usia 96 tahun di Kastil Balmoral, Skotlandia. Ini menandakan datangnya era Pangeran Charles yang menjadi Raja Charles III dan pendampingnya, Camilla.
Sebagai istri dari Raja Charles III, status Camilla kini menjadi Queen Consort (Ratu Pendamping) atau permaisuri.
Posisi tersebut berbeda dari Ratu Elizabeth II yang merupakan Queen Regnant (Ratu Berkuasa).
Selama bertahun-tahun Camilla menjadi sorotan karena statusnya sebagai selingkuhan Charles. Dulu, Camilla merupakan mantan kekasih Pangeran Charles, dan hubungan mereka ternyata berlanjut setelah Charles menikahi Diana Spencer.
Camilla juga sebetulnya sudah punya suami, namun akhirnya dia memilih Charles.
Reputasi Camilla pun masih terus dibayangi popularitas Putri Diana yang masih dicintai oleh para penggemar di seluruh dunia, meski sudah meninggal lebih dari dua dekade yang lalu.
Meski demikian, Ratu Elizabeth II telah merestui Camilla sebagai ratu (dengan gelar Queen Consort) untuk mendampingi Charles. Restu itu diberikan beberapa bulan sebelum ia meninggal dunia.
"Dan ketika, pada waktu yang tepat, putra saya Charles menjadi Raja, saya tahu kalian akan memberikannya dan istrinya dukungan yang sama seperti yang kalian berikan pada saya," tulis Ratu Elizabeth II dalam pernyataan resmi di Februari 2022.
"Dan ini keingingan saya yang tulus, ketika waktu itu tiba, Camilla akan dikenal sebagai Ratu Pendamping sebagaimana ia melanjutkan tugasnya yang setia."
Charles dan Camilla menikah pada tahun 2005. Ratu Elizabeth II dan Pangeran Philip tidak hadir di pernikahan, tapi memberikan resepsi di Kastil Windsor.
Advertisement