Liputan6.com, New York - Nancy Pelosi mengungkapkan bahwa dia akan mundur dari jabatannya sebagai pemimpin Demokrat di Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Amerika Serikat.
Dikutip dari Channel News Asia, Jumat (18/11/2022), keputusan Pelosi mengemuka setelah Partai Republik memenangkan mayoritas pemilihan.
"Saya tidak akan mencalonkan kembali kepemimpinan Demokrat di Kongres berikutnya," kata Pelosi dalam sebuah pidato emosional di DPR AS.
Advertisement
"Saatnya telah tiba bagi generasi baru untuk memimpin kaukus Demokrat," ujarnya.
Dalam pidatonya, yang disambut dengan tepuk tangan meriah dari anggota parlemen Demokrat, Pelosi menceritakan pandangan pertamanya tentang Capitol ketika dia berusia enam tahun, dan perjalanannya dari "ibu rumah tangga menjadi ketua DPR AS.
Dia pun memuji kinerja partainya yang lebih baik dari perkiraan selama pemilihan paruh waktu.
"Pekan lalu, rakyat Amerika berbicara dan suara mereka disuarakan untuk membela kebebasan, supremasi hukum dan demokrasi itu sendiri," tutur Pelosi.
Menyusul pidato tersebut, Presiden AS Joe Biden memuji Pelosi sebagai pembela demokrasi dan ketua DPR yang "paling berpengaruh" dalam sejarah AS.
"Karena Nancy Pelosi, kehidupan jutaan orang Amerika menjadi lebih baik, bahkan di distrik-distrik yang diwakili oleh Partai Republik yang memilih menentang RUU-nya dan terlalu sering menjelekkannya," ucap Biden dalam sebuah pernyataan.
"Sejarah juga akan mencatat ketegasan dan tekadnya untuk melindungi demokrasi kita dari kekerasan, pemberontakan mematikan pada 6 Januari," lanjutnya.
Sekilas Perjalanan Nancy Pelosi di DPR AS
Terpilih menjadi anggota Kongres AS pada tahun 1987, Pelosi menjadi ketua DPR AS pada tahun 2007, menandai pertama kalinya dan sejauh ini satu-satunya yang pernah memegang jabatan tersebut di AS.
Pelosi pun dikenal karena menjaga cengkeraman erat pada jajaran partai, dan menjadi sorotan ketika memimpin dua pemakzulan mantan Presiden AS Donald Trump selama tugas keduanya dalam peran tersebut.
Pelosi, yang saat ini berada di urutan kedua dalam garis kepresidenan setelah Wapres Kamala Harris, Pelosi mengatakan pekan lalu bahwa keputusan tentang masa depannya akan dipengaruhi oleh serangan kejam terhadap suaminya menjelang pemilihan paruh waktu pada 8 November 2022.
Seperti diketahui, Paul Pelosi, yang juga berusia 82 tahun, dirawat di rumah sakit dengan luka serius setelah seseorang tak dikenal masuk ke kediaman mereka di California dan menyerangnya dengan palu.
Advertisement
Suami Ketua DPR AS Nancy Pelosi Diserang, Pelaku Didakwa Perampokan hingga Percobaan Pembunuhan
Pria yang diduga menyerang Paul Pelosi, suami Ketua DPR Nancy Pelosi, telah didakwa dengan serangkaian kejahatan, termasuk penyerangan, percobaan pembunuhan dan percobaan penculikan. Dakwaan ini menyusul pembobolan minggu lalu di rumah pasangan itu di San Francisco.
Dilansir CNN, Selasa (1/11/2022), David DePape (42) didakwa dengan satu tuduhan "percobaan penculikan seorang pejabat AS," menurut kantor pengacara AS untuk Distrik Utara California. Tuduhan itu berkaitan dengan Nancy Pelosi, yang DePape katakan kepada polisi bahwa dia berencana untuk "menahan sandera," menurut pernyataan tertulis FBI yang juga dibuka pada hari Senin.
Tuduhan percobaan penculikan berpotensi maksimum 20 tahun penjara.
DePape juga didakwa dengan satu tuduhan penyerangan terhadap anggota keluarga dekat seorang pejabat AS dengan maksud untuk membalas pejabat tersebut. Tuduhan itu berkaitan dengan kejahatan yang diduga dilakukan terhadap Paul Pelosi dan diancam hukuman maksimal 30 tahun penjara.
Tuduhan federal terhadap DePape adalah tambahan dari dakwaan negara bagian, yang menurut jaksa wilayah San Francisco termasuk “percobaan pembunuhan, perampokan perumahan, penyerangan dengan senjata mematikan, pelecehan orang tua, pemenjaraan palsu terhadap seorang penatua, serta ancaman terhadap pejabat publik dan keluarganya.”
Berdasarkan dakwaan negara bagian saat ini, DePape menghadapi 13 tahun penjara seumur hidup, kata Jaksa Distrik San Francisco Brooke Jenkins. Dia mengatakan DePape diharapkan di pengadilan untuk dakwaannya.
Bermotif Politik
Jenkins mengatakan pada konferensi persnya bahwa serangan Pelosi itu "bermotif politik".
"Ya, sepertinya ini, berdasarkan pernyataan dan komentarnya yang dibuat di rumah itu selama pertemuannya dengan Pak Pelosi, bahwa ini bermotif politik,” kata Jenkins.
CNN melaporkan sebelumnya bahwa Paul Pelosi diwawancarai akhir pekan ini di rumah sakit oleh penyelidik dan dapat memberikan rincian serangan itu, menurut dua sumber penegak hukum dan sumber yang mengetahui masalah tersebut.
Di antara mereka yang melakukan wawancara adalah FBI dan penyelidik penegak hukum setempat.
Advertisement