Liputan6.com, Tunis - Hari dimulai dengan normal bagi Mohamed Bouazizi, 26 tahun, seorang penjual sayuran miskin di dareah kecil Tunisia, dengan mandi, salat, dan gerobak dorongnya.
Namun, menjelang tengah hari, ia menyiram dirinya dengan bensin di luar kantor gubernur daerah dan membakar dirinya sendiri. "Dia adalah jiwaku, hidupku, hatiku," kata ibunya, Mannoubia Bouazizi. "Sekarang dia adalah simbol."
Bakar diri Mohamed Bouazizi pada Jumat, 17 Desember 2010 setelah pihak berwenang menyita produknya memicu gelombang protes atas pengangguran di Tunisia, kerusuhan terburuk yang dihadapi presiden kala itu, Zine el Abidine Ben Ali, yang berkuasa sejak 1987, dikutip dari The National World, Jumat (16/12/2022).
Advertisement
Januari 2011, Ben Ali memecat menteri dalam negeri, Rafik Belhaj Kacem, dan memerintahkan pembebasan orang-orang yang ditahan selama protes, kecuali mereka yang terbukti bersalah.
Suatu hari, jam malam diberlakukan di ibu kota Tunis. Para tentara dikerahkan di sana dan di daerah lain yang terjadi bentrokan antara pengunjuk rasa dan polisi.
Tunisia memiliki pertumbuhan ekonomi dan standar hidup yang seringkali setara dengan Eropa Barat, tetapi gagal mengatasi 14 persen pengangguran di kalangan kaum muda -- pada kenyataannya diyakini mendekati dua kali lipat jumlah itu.
Pekerjaan juga paling langka di kota-kota kecil seperti Sidi Bouzid, deretan rumah rendah dan segelintir kantor pemerintah di sepanjang jalan raya di jantung pertanian Tunisia.
Wilayah ini tidak memiliki infrastruktur industri utama, sementara pejabat korup telah lama menyedot dana negara yang dimaksudkan untuk pembangunan, kata Rachid Fetini, seorang pengusaha terkemuka di Sidi Bouzid dan presiden dewan orientasi di Centre d'Affaire, sebuah lembaga negara yang mendukung pengusaha lokal.
Sayuran Bouazizi Disita dengan Alasan Tak Jelas
Mohamed Bouazizi dibesarkan di sebuah rumah semen putih di jalan tanah dekat tepi Sidi Bouzid, salah satu dari tujuh bersaudara.
Sejak usia 10 tahun, ia bekerja menjual sayuran di jalan untuk membantu menghidupi keluarganya. "Mohamed berharap bisa membeli van sendiri," kata saudara perempuannya, Samia Bouazizi, 19 tahun. "Tapi dia menginginkannya untuk bekerja, bukan untuk dirinya sendiri. Bahkan impian pribadinya adalah untuk membantu keluarganya."
Keluarga itu sedang minum teh di rumah pada hari Selasa, 11 Januari 2011. Sidi Bouzid berada di bawah pengamanan ketat sejak bulan sebelumnya, ketika pihak berwenang menyita sayuran Mohamed Bouazizi dan menampar wajahnya dalam proses tersebut, menurut pengacara, Lotfi Tlili, yang mewakili keluarga Bouazizi.
Advertisement
Aksi Bakar Bouazizi Picu Gelombang Protes
Setelah kejadian itu, Mohamed Bouazizi memberontak. Dia dengan cepat mengambil bensin, membasahi dirinya, dan membakar dirinya sendiri di jalan utama kota di hadapan para pengamat yang terkejut.
"Ambulans membawanya pergi, dan orang-orang mulai berkumpul," kata Tlili, yang berada di lokasi saat itu.
"Sore harinya, ada demonstrasi. Kemudian polisi mengintervensi dengan pentungan dan gas air mata."
Mohamed Bouazizi kemudian dipindahkan ke sebuah rumah sakit di Tunis dan meninggal pada awal Januari 2011 akibat luka bakarnya.
Pihak berwenang mengatakan bahwa Mohamed Bouazizi tidak memiliki izin yang diperlukan. Namun, tidak diperlukan izin untuk menjual dari gerobak, kata Hamdi Lazhar, kepala kantor ketenagakerjaan dan kerja mandiri Sidi Bouzid.
Kakak beradik Salem dan Samia Bouazizi menuduh pihak berwenang mencoba memeras uang dari saudara mereka.
Keluarganya mengajukan pengaduan terhadap pemerintah kota Sidi Bouzid atas dugaan penyerangan terhadap Boazizi oleh pihak berwenang, kata Tlili.
Sementara itu, protes bergejolak di seluruh Tunisia, termasuk melalui media sosial saat itu, seperti Twitter dan Facebook.
Pengunjuk Rasa Bentrok dengan Polisi, Puluhan Orang Tewas
Pihak berwenang mengatakan bahwa 23 orang telah tewas selama pengunjuk rasa bentrok dengan polisi, yang dikatakan hanya menggunakan kekuatan untuk membela diri atau untuk melindungi kehidupan dan properti publik.
Namun, pejabat serikat pekerja yang dikutip oleh layanan kabel menyebutkan jumlah korban tewas mencapai 46 orang.
"Kami tidak setuju pengunjuk rasa menggunakan kekerasan," kata Samia Bouazizi. "Namun, kami bersama orang-orang secara damai menuntut hak kami."
Di Sidi Bouzid, penduduk setempat menuntut jawaban dari pejabat yang menurut mereka telah bertahun-tahun menghindari mereka.
"Sebelum Mohamed Bouazizi membakar dirinya sendiri, Anda tidak akan pernah melihat kerumunan seperti ini di jalan," kata Mohamed Lamine Issaoui, 49, di antara puluhan pengangguran yang berkumpul di luar kantor gubernur pada hari Selasa, 11 Januari 2011. "Hari ini saya di sini untuk memberi tahu pemerintah bahwa saya menginginkan keadilan sosial, dan saya ingin bekerja."
Penulis: Safinatun Nikmah
Advertisement