Kerusuhan di Peru Picu Situs Wisata Machu Picchu Tak Bisa Diakses, 400 Lebih Turis Terdampar

Situs wisata Machu Picchu tak bisa diakses untuk sementara waktu, imbas dari kerusuhan yang tengah terjadi di Peru.

oleh Tanti Yulianingsih diperbarui 22 Jan 2023, 08:53 WIB
Diterbitkan 22 Jan 2023, 08:53 WIB
Turis mengantre untuk menandatangani petisi kepada perusahaan kereta api untuk dievakuasi dengan "kereta kemanusiaan" di Machu Picchu, Peru, pada 20 Januari 2023. (AFP)
Turis mengantre untuk menandatangani petisi kepada perusahaan kereta api untuk dievakuasi dengan "kereta kemanusiaan" di Machu Picchu, Peru, pada 20 Januari 2023. (AFP)

Liputan6.com, Lims - Situs wisata Machu Picchu tak bisa diakses untuk sementara waktu, imbas dari kerusuhan yang tengah terjadi di Peru.

"Masuknya turis ke Machu Picchu Citadel dan Inca Trail Network telah ditangguhkan hingga pemberitahuan lebih lanjut karena kerusuhan yang sedang berlangsung di Peru," kata pejabat di negara itu, Sabtu 21 Januari 2022 seperti dikutip dari CNN.

Direktorat Kebudayaan Terdesentralisasi dan Direktorat Suaka Sejarah Machu Picchu mengatakan dalam sebuah pernyataan sehari sebelumnya bahwa wisatawan yang memiliki tiket untuk tanggal 21 Januari atau setelahnya dapat mengklaim pengembalian uang hingga batas waktu satu bulan setelah protes berakhir.

Awal pekan ini, protes di Peru berlanjut di seluruh negeri yang menyebabkan sedikitnya 30 orang terluka. Setidaknya dua petugas polisi terluka dan 11 orang ditahan saat protes berubah menjadi kekerasan di selatan Kota Puno pada Jumat 20 Januari.

Sebuah kantor polisi di Puno dibakar. Menteri Dalam Negeri Vicente Romero mengatakan pengunjuk rasa menyerang kantor polisi, gedung pemerintah dan bisnis swasta di seluruh negeri pada hari Jumat.

Peru mengalami beberapa kekerasan politik terburuk dalam beberapa dekade terakhir. Para pengunjuk rasa menginginkan pemilihan baru, pengunduran diri Boluarte, perubahan konstitusi dan pembebasan Castillo, yang saat ini berada dalam penahanan pra-sidang.

Inti dari krisis adalah tuntutan untuk kondisi kehidupan yang lebih baik yang tidak terpenuhi dalam dua dekade sejak pemerintahan demokratis dipulihkan di negara tersebut.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Banyak Turis Terjebak di Maccu Picchu

Machu Picchu
Machu Picchu. (Wikimedia.Creative Commons)

Menurut situs berita pemerintah peru, Andina, sebagian jalur kereta api Urubamba-Ollantaytambo-Machu Picchu rusak selama protes anti-pemerintah pada Kamis 19 Januari, memaksa layanan kereta dihentikan hingga pemberitahuan lebih lanjut.

Layanan kereta yang ditangguhkan menyebabkan 417 orang – termasuk 300 warga negara asing – terdampar di Distrik Machu Picchu.

Setidaknya 300 dari turis itu adalah orang asing, menurut Menteri Perdagangan Luar Negeri dan Pariwisata Peru Luis Helguero.

"Orang-orang masih terjebak di Machu Picchu," kata Helguero. "417 turis tidak bisa meninggalkan kota, lebih dari 300 di antaranya adalah orang asing."

Helguero mengatakan pihak berwenang sedang mengevaluasi dan memperbaiki kerusakan sehingga para wisatawan dapat dievakuasi. Beberapa turis telah dievakuasi dengan berjalan kaki, tetapi perjalanan itu, kata Helguero, memakan waktu setidaknya enam hingga tujuh jam.

PeruRail mengatakan hari Kamis bahwa pihaknya menangguhkan layanannya ke dan dari Machu Picchu, di antara tujuan lainnya, karena jalur diblokir dan rusak di berbagai tempat.

"Kami menyesali ketidaknyamanan yang ditimbulkan oleh penumpang kami karena situasi di luar kendali perusahaan karena protes di Cuzco," kata pernyataan itu.


Peru Membara: Ribuan Orang Tuntut Pengunduran Diri Presiden Dina Boluarte

Kerusuhan di Peru
Para pendukung mantan Presiden Peru Pedro Castillo mengobarkan aksi protes yang diwarnai bentrokan pada 12 Desember 2022. (Dok. AFP)

Ribuan pengunjuk rasa masih turun ke jalan-jalan di ibu kota Peru pada Jumat 20 Januari 2022 . Mereka mengumumkan akan terus beraksi untuk menuntut pengunduran diri Presiden Dina Boluarte.

"Boluarte, mundurlah! Mau apa Anda dengan Peru kami?," teriak Jose Luis Ayma Cuentas, yang rela bepergian hingga 20 jam dari Puno selatan untuk sampai ke Lima seperti dikutip dari AP, Sabtu 21 Januari.

"Kami akan tinggal di sini sampai dia (Boluarte) mundur, sampai kongres dibubarkan, sampai ada pemilihan baru, jika tidak, kami tidak akan kemana-mana," imbuhnya.

Banyak pengunjuk rasa dilaporkan datang dari Andes, daerah terpencil yang menjadi asal Pedro Castillo, presiden Peru yang dimakzulkan dan dipenjara bulan lalu.

Selama ini, protes yang diwarnai kerusuhan dilaporkan berpusat di wilayah selatan Peru dan telah menewaskan 55 orang dengan 700 lainnya terluka.

Dan sekarang, para pengunjuk rasa dinilai ingin menjadikan Lima, rumah bagi sekitar sepertiga dari populasi Peru yang berjumlah 34 juta, sebagai titik fokus demonstrasi yang dimulai ketika Boluarte dilantik pada 7 Desember. Protes memicu kekerasan politik terburuk di negara itu dalam lebih dari dua dekade.

Dalam protes yang berlangsung pada Jumat, para demonstran lebih terorganisir dari hari sebelumnya dan mereka mengambil alih jalan-jalan utama di pusat kota Lima sambil mengibarkan bendera dan meneriakkan, "Darah yang tumpah tidak akan pernah terlupakan", "Rakyat jangan menyerah", dan slogan-slogan lainnya.

Sementara itu, polisi dilaporkan lebih agresif dibanding hari sebelumnya. Mereka menembakkan gas air mata secara lebih membabi buta.

Sekelompok pengunjuk rasa yang sedang duduk di alun-alun di depan Mahkamah Agung tanpa menimbulkan gangguan tiba-tiba harus berlarian ketika polisi yang mendekat menembakkan gas air mata, memenuhi area itu dengan asap dan bau menyengat.

"Saya marah, geram," kata Maddai Pardo Quintana. "Mereka ingin kita menghormati mereka, tetapi jika mereka memimpin dengan memberi contoh dan menghormati kita, kita juga pasti akan lebih menghormati mereka."

Pardo berasal dari Provinsi Chanchamayo. Ia juga bersumpah untuk tetap tinggal di ibu kota sampai Boluarte setuju untuk mengundurkan diri.


Dari Castillo Kemudian Meluas

Ilustrasi bendera Peru (AFP Photo)
Ilustrasi bendera Peru (AFP Photo)

Protes yang berlarut-larut di Peru dimulai pada awal Desember untuk menunjukkan dukungan kepada Castillo yang digulingkan. Tetapi, seiring waktu dan bertambahnya jumlah korban jiwa, aksi bergeser dengan tuntutan yang lebih luas, yakni pembebasan Castillo, pengunduran diri Boluarte, pembubaran kongres, dan percepatan pemilu.

Castillo, yang merupakan mantan guru, adalah seorang pemula dalam politik Peru. Ia naik ke tampuk kekuasaan setelah menang tipis dalam pemilu tahun 2021, yang mengguncang negara itu dan menyibak perpecahan mendalam antara penduduk ibu kota dan pedesaan yang lama terabaikan.

Adapun Castillo digulingkan dan ditahan setelah ia mencoba membubarkan parlemen demi menghindari pemungutan suara untuk memakzulkannya. Pasca peristiwa itu, Boluarte yang menjabat sebagai wakil presiden, menggantikannya.

Infografis 5 Tips Cegah Klaster Keluarga Covid-19 Saat Perayaan dan Libur Imlek. (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis 5 Tips Cegah Klaster Keluarga Covid-19 Saat Perayaan dan Libur Imlek. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya