Erdogan Berlakukan Keadaan Darurat di 10 Provinsi Terdampak Gempa Turki

Presiden Erdogan mengumumkan, sedikitnya 3.549 orang tewas dan 22.168 lainnya luka-luka di 10 provinsi terdampak gempa Turki 6 Februari 2023.

oleh Khairisa Ferida diperbarui 07 Feb 2023, 22:33 WIB
Diterbitkan 07 Feb 2023, 22:21 WIB
Pencarian Korban dan Penyintas Gempa Turki dan Suriah
Para keluarga mencari di antara reruntuhan bangunan di Kahramanmaras, dekat pusat gempa, setelah gempa berkekuatan 7,8 skala Richter mengguncang bagian tenggara Turki pada Selas 7 Februari 2023. Jumlah korban tewas meningkat menjadi lebih dari 5.000 orang di Turki dan Suriah setelah gempa terkuat di kawasan itu dalam hampir satu abad terakhir. (OZAN KOSE/AFP)

Liputan6.com, Ankara - Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan pada Selasa (7/2/2023), mengumumkan keadaan darurat selama tiga bulan di 10 provinsi yang terkena dampak gempa magnitudo 7,8 pada Senin (6/2).

"Berdasarkan kewenangan yang diberikan kepada kami oleh Pasal 119 Konstitusi, kami memutuskan untuk menyatakan keadaan darurat," ungkap Presiden Erdogan di Pusat Koordinasi Informasi Negara di ibu kota Ankara seperti dikutip dari Anadolu.

"Kami akan segera menyelesaikan proses tentang keputusan keadaan darurat... yang akan mencakup 10 provinsi terdampak gempa dan akan berlangsung selama tiga bulan untuk operasi pencarian dan penyelamatan serta upaya selanjutnya agar dilakukan dengan cepat."

Keadaan darurat nantinya akan berakhir tepat sebelum pemilu 14 Mei, di mana Erdogan berusaha tetap berkuasa setelah 20 tahun memimpin negara itu. Turki terakhir kali memberlakukan keadaan darurat pada tahun 2016 setelah upaya kudeta yang gagal. Status tersebut dicabut dua tahun kemudian.

Gempa Turki 6 Februari 2023 memengaruhi sejumlah provinsi di negara itu, termasuk Adana, Adiyaman, Diyarbakir, Gaziantep, Hatay, Kilis, Malatya, Osmaniye, dan Sanliurfa.

"Kami menghadapi salah satu bencana terbesar tidak hanya dalam sejarah Republik Turki, tetapi juga geografi dan dunia," ujar Presiden Erdogan.

Erdogan mengumumkan, sedikitnya 3.549 orang tewas dan 22.168 lainnya luka-luka di 10 provinsi setelah dua gempa kuat mengguncang negara itu. Gempa kuat kedua terjadi sembilan jam setelah gempa pertama dengan magnitudo 7,6.

"Rasa syukur terbesar kami adalah lebih dari 8.000 warga kami telah diselamatkan dari puing-puing sejauh ini," tutur Erdogan.

Gempa Turki juga dirasakan hingga sejumlah negara tetangga di kawasan, termasuk Suriah, Siprus, Israel, dan Lebanon.

Segala Upaya Dikerahkan

Penampakan Kerusakan Akibat Gempa Dahsyat Magnitudo 7,8 di Turki, Sejumlah Bangunan Runtuh
Seorang pria mengecek bangunan yang runtuh di Diyarbakir, Turki selatan, Senin dini hari, 6 Februari 2023. Laporan The Guardian, Senin (6/1/2023) menyebut, sedikitnya 10 orang tewas di Turki setelah gempa mengguncang selatan negara itu dan juga Suriah utara, kata dua pejabat Turki. (Depo Photos via AP)

Presiden Erdogan menekankan, pihaknya telah mengerahkan semua upaya di daerah terdampak gempa dengan melibatkan semua institusi, personel, dan sarana.

"Sejauh ini, 54.000 tenda, 102.000 tempat tidur, dan perbekalan lainnya telah dikirim ke wilayah tersebut," ungkap Presiden Erdogan.

"Untuk bantuan dan dukungan darurat, Turki mengalokasikan US$ 5,3 miliar."

Erdogan menerangkan bahwa lebih dari 53.300 staf SAR dan personel pendukung saat ini bekerja di zona terdampak gempa. "Jumlah tersebut meningkat setiap jam, dengan tim yang datang dari seluruh negeri dan dunia."

Sekolah-sekolah di seluruh negeri akan ditangguhkan hingga 13 Februari dan sekolah-sekolah di 10 provinsi yang dilanda gempa akan ditutup hingga 20 Februari.

Turki terletak di salah satu zona gempa paling aktif di dunia. Pada tahun 1999, gempa magnitudo 7,4 menewaskan lebih dari 17.000 orang di barat laut Turki, sementara itu, 33.000 orang tewas di Provinsi Erzincan akibat gempa magnitudo 7,8 pada tahun 1939.

Solidaritas Bagi Suriah

Begini Potret Pantauan Udara Pencarian Korban Gempa Suriah
Pemandangan dari udara ini menunjukkan penduduk mencari korban dan penyintas di tengah puing-puing bangunan yang runtuh setelah gempa bumi di desa Besnia dekat Harim, di provinsi Idlib barat laut yang dikuasai pemberontak Suriah di perbatasan dengan Turki, Senin (6/2/2023). Gempa itu menghancurkan Kastil Gaziantep yang bersejarah dan banyak bangunan bersejarah lainnya di daerah itu. (Omar HAJ KADOUR / AFP)

Di Suriah, korban tewas akibat gempa dilaporkan mencapai lebih dari 1.600 orang.

Direktur ICRC untuk Kawasan Timur Tengah dan Timur Dekat Fabrizio Carboni meminta masyarakat internasional menunjukkan tingkat solidaritas yang sama dengan Turki terhadap Suriah.

"Kami tahu betul bahwa ada lingkungan politik yang terkadang mempersulit para pemangku kepentingan di wilayah tersebut untuk bekerja sama dalam masalah kemanusiaan dan memisahkannya dari perbedaan politik dan militer," kata Carboni kepada Al Jazeera.

"Tapi sekarang ini adalah kesempatan unik untuk mengatur ulang pendekatan kemanusiaan dan mendepolitisasinya. Itu perlu terjadi dengan sangat cepat karena setiap hari, setiap jam kita membiarkan ini berlalu, orang-orang yang membayar harganya dengan nyawa."

Carboni menggambarkan gempa yang terjadi pada Senin sebagai "satu dari rangkaian panjang bencana" yang menimpa rakyat Suriah.

"Beberapa minggu yang lalu, kami menangani epidemi kolera di wilayah Aleppo, yang merupakan salah satu wilayah yang paling terpukul. Dan sebelum itu, ada krisis keuangan, COVID-19, pertempuran, dan pengeboman," ujarnya.

"Jadi, ini adalah populasi yang sangat rentan bahkan tanpa gempa sekalipun. Kemudian gempa muncul di atas situasi yang sudah dramatis, jadi bertindak dalam lingkungan seperti itu sangat menantang dan sulit."

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya