China Deteksi Kasus Flu Burung H5N6 di Guangdong, Warga Diminta Tak ke Pasar Unggas

Kasus virus flu burung H5N6 terbaru muncul di Provinsi Guangdong.

oleh Tommy K. Rony diperbarui 03 Mar 2023, 15:39 WIB
Diterbitkan 03 Mar 2023, 15:39 WIB
Pemeriksaan Kesehatan Unggas Antisipasi Flu Burung di Aceh Besar
Ilustrasi: Anak ayam terlihat di sebuah peternakan unggas selama pemeriksaan yang dilakukan oleh pegawai pemerintah untuk memeriksa tanda-tanda infeksi flu burung di Darul Imarah, Kabupaten Aceh Besar, Provinsi Aceh, Kamis (2/3/2023). Dinas Peternakan Provinsi Aceh melakukan disinfektan, pemeriksaan kesehatan, dan monitoring ke sejumlah usaha peternak unggas dalam upaya pencegahan flu burung. (CHAIDEER MAHYUDDIN/AFP)

Liputan6.com, Guangdong - Kasus virus flu burung H5N6 terdeteksi di Provinsi Guangdong, China. Virus flu burung ini bisa sangat berbahaya jika terpapar ke manusia.

Berdasarkan laporan media pemerintah China, Global Times, Jumat (3/3/2023), kemunculan virus itu di Guangdong diumumkan oleh otoritas kesehatan Hong Kong. Lokasi Hong Kong dan Guangdong memang berdekatan.

Para pakar menyebut kehadiran virus itu di Guangdong termasuk kejadian yang acak, risiko penularan virusnya juga rendah, tetapi manusia yang terpapar bisa menghadapi kemungkinan kematian yang tinggi.

Center for Health Protection (CHP) di Hong Kong menyebut pasien di Guangdong itu berusia 49 tahun dari Qingyuan. Pria itu memiliki kontak dengan unggas hidup sebelum kemunculan gejala flu burung.

Gejalanya muncul pada 17 Desember 2022, kemudian ia dibawa ke rumah sakit pada 21 Desember 2022. Kondisinya kini masih serius.

Meski virus ini berbahaya, jumlah pengidap virus ini relatif sedikit di China. Ada 83 kasus avian influenza A (H5N6) di China daratan sejak 2014.

CHP menyebut bekerja sama dengan WHO dan otoritas-otoritas kesehatan relevan untuk memantau virus tersebut, serta mendirikan pengawasan lokal, pencegahan, dan tindakan pengendalian.

Namun, CHP meminta orang-orang yang datang ke China daratan untuk menghindari kunjungan ke pasar basah, pasar unggas hidup, atau peternakan.

Sekalinya tertular ke manusia, sebanyak 93,8 persen kasus ini bisa menjadi kasus parah, dan tingkat kematian mencapai 60 persen.

Profesor biologi patogen dari Universitas Wuhan, Yang Zhanqiu, menyebut H5N6 mudah menyebar di kalangan unggas, sementara infeksi ke manusia jarang terjadi.

Profesor Yang juga menyebut virus tersebut biasanya ditemukan di populasi yang terkait pasar basah atau pasar unggas hidup di bagian selatan China. Selain Guangdong, virus ini juga ditemukan di Provinsi Sichuan, Yunnan, dan Jiangxi.

Flu Burung Terdeteksi di Kalsel, Masyarakat Diminta Waspada tapi Tak Perlu Panik

Pemeriksaan Kesehatan Unggas Antisipasi Flu Burung di Aceh Besar
Ilustrasi: Seorang pegawai pemerintah memeriksa anak ayam untuk mencari tanda-tanda infeksi flu burung di sebuah peternakan unggas di Darul Imarah, Kabupaten Aceh Besar, Provinsi Aceh, Kamis (2/32023). Dinas Peternakan Provinsi Aceh melakukan disinfektan, pemeriksaan kesehatan, dan monitoring ke sejumlah usaha peternak unggas dalam upaya pencegahan flu burung. (CHAIDEER MAHYUDDIN/AFP)

Beralih ke dalam negeri, pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan menindaklanjuti Surat Edaran Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan, Kementerian Pertanian No. 16183/PK.320/F/01/2023 tanggal 16 Januari 2023 tentang Peningkatan Kewaspadaan Terhadap HPAI (Highly Pathogenic Avian Influenza) subtipe H5N1 clade 2.3.4.4b. Virus H5N1 yang dikenal sebagai flu burung.

Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan, Diauddin menyampaikan rilis sebagai langkah pencegahan dan upaya meminimalisir dampaknya terhadap manusia. Dirinya juga mengimbau kepada masyarakat Kalsel terkait flu burung tersebut agar tidak perlu panik.

“Belakangan ini di Kalsel sedang marak tentang kasus flu burung, jadi untuk informasi ini sudah ada kasus yang positif di unggas, sekali lagi di unggas bukan manusia di dua Kabupaten di tahun 2023 ini,” ujar Diauddin melalui rilis video di Instagram Dinkes Kalsel, Kamis (2/3/2023).

Dia juga menyebutkan, kasus flu burung pada unggas sebenarnya punya potensi menular ke manusia. Hanya saja potensi penularannya cukup rendah.

Meski demikian pihaknya tetap meminta kepada masyarakat untuk tetap waspada. Sembari bersama jajaran terkait sudah melakukan rapat bersama dengan Dinas Perkebunan dan Peternakan (Disbunnak) Provinsi Kalsel.

“Kita juga sudah melakukan langkah-langkah bersama salah satunya adalah menurunkan tim bersama dengan peternakan untuk melakukan survei dan kita juga sudah membuat edaran ke kabupaten kota untuk meningkatkan sistem kewaspadaan dini,” lanjutnya.

Disebutkan apabila nantinya ditemukan ada kasus-kasus yang dicurigai flu burung pada manusia, itu harus segera dilaporkan dalam waktu tidak boleh lebih dari satu kali 24 jam.

Tidak hanya edaran, Pemprov Kalsel juga menyalurkan obat-obatan untuk flu burung ini ke kabupaten kota. Sekaligus mengimbau kepada masyarakat agar tidak panik atas kejadian ini.

“Intinya tidak terlalu panik karena kasusnya saat ini masih terjadi di unggas belum ke manusia dan kalaupun juga kemungkinan penularan ke manusia itu juga masih rendah,” tambah Diauddin.

Dengan demikian apabila terjadi penurunan ke manusia, pihaknya sudah melakukan langkah-langkah persiapan yang cukup.

Upaya Pemprov

Ilustrasi daging dada ayam
Ilustrasi daging dada ayam. (Gambar oleh Siwon Lee dari Pixabay)

Sementara itu Kepala Disbunnak Kalsel, Suparmi mengutarakan langkah selanjutnya dalam menyikapi kasus ini. Disbunnak bersama dinas yang lain bersinergi menjalankan fungsi peternakan dan kesehatan hewan di masing-masing wilayah termasuk Balai Veteriner Banjarbaru dan Balai Karantina Pertanian Kelas I Banjarmasin.

“Disbunnak bergerak dengan cepat melakukan koordinasi sebagai upaya kewaspadaan terhadap munculnya HPAI di peternakan unggas di Kalsel,” kata Suparmi beberapa waktu lalu.

Gerak cepat Pemprov Kalsel dalam upaya pencegahan munculnya HPAI seperti meningkatkan biosecurity dan biosafety di lokasi peternakan unggas, lingkungan sekitar kandang unggas, serta pasar unggas untuk mencegah semua kemungkinan penularan (kontak) dengan ternak tertular dan mencegah penyebaran virus.

Suparmi juga menyampaikan beberapa langkah lainnya sebagai anjuran guna meminimalisir kerugian ekonomi di masyarakat diantaranya adalah meningkatkan kesadaran masyarakat (public awareness) melalui Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE). Juga meningkatkan pengendalian lalu lintas unggas dan produk asal unggas.

“Pemantauan lalu lintas unggas antar provinsi dan kabupaten kota juga ditingkatkan mengingat cukup tingginya lalu lintas ternak unggas,” tambah Suparmi.

Kemudian mengaktifkan petugas Outbreak Investigation untuk melakukan surveilans dan penelusuran (tracing). Melakukan pembinaan kepada pemilik/peternak unggas terhadap kewaspadaan dan pelaporan jika ditemukan tanda klinis yang mengarah pada Avian Influenza yang dapat berupa penurunan produksi atau kematian mendadak.

Meminta agar melaporkan ke iSIKHNAS terhadap informasi tanda klinis yang mengarah pada Avian Influenza yang dapat berupa penurunan produksi atau kematian mendadak pada unggas.

Masyarakat juga perlu merespon laporan/informasi dugaan Avian Influenza dan berkoordinasi dengan Balai Veteriner Banjarbaru. Serta melakukan koordinasi dengan Dinas Kesehatan di wilayah masing-masing terkait kewaspadaan dan pencegahan penyebaran kasus HPAI.

Kemudian pengambilan sampel untuk uji laboratorium di Balai Veteriner Banjarbaru serta monitoring pasar unggas yang berada di Kalsel. Termasuk pemeriksaan lebih ekstra terhadap pergerakan unggas dari dan ke Kalsel atau antar kabupaten kota.

 

Ketua IDAI: Cegah Penularan, Kuncinya PHBS

Pemeriksaan Kesehatan Unggas Antisipasi Flu Burung di Aceh Besar
Seorang pegawai pemerintah memeriksa anak ayam untuk mencari tanda-tanda infeksi flu burung di sebuah peternakan unggas di Darul Imarah, Kabupaten Aceh Besar, Provinsi Aceh, Kamis (2/32023). Dinas Peternakan Provinsi Aceh melakukan disinfektan, pemeriksaan kesehatan, dan monitoring ke sejumlah usaha peternak unggas dalam upaya pencegahan flu burung. (CHAIDEER MAHYUDDIN/AFP)

Kasus flu burung kembali menjadi perbincangan di masyarakat setelah ditemukannya clade 2.3.4.4b di Kalimantan Selatan (Kalsel). Sebelumnya, seorang anak usia 11 di Kamboja meninggal setelah terjangkit flu burung.

Terkait temuan kasus flu burung, Ketua Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Piprim Basarah Yanuarso. Ia menyampaikan bahwa hal utama yang perlu dilakukan dalam penanganan kasus infeksi seperti flu burung adalah penerapan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS).

“Semua penyakit infeksi yang terkait seperti ini tatalaksana awalnya itu PHBS. Perilaku hidup bersih dan sehat, ajarkan itu (pada anak), dan tingkatkan imunitas.”

Sebelumnya, Gubernur Kalimantan Selatan H Sahbirin Noor mengonfirmasi sudah ada kasus virus flu burung Clade 2.3.4.4b di provinsinya. Usai temuan tersebut, Kalimantan Selatan bergerak cepat guna meningkatkan kewaspadaan terhadap infeksi virus tersebut.

Terkait penyakit ini, dokter spesialis paru dari RSPI Sulianti Saroso Jakarta, Haruyuki Dewi Faisal mengatakan, apabila dilihat secara garis keturunan, clade ini masih sama-sama tergolong influenza tipe A H5N1.

Virus influenza tipe A ini dapat menyerang manusia dan hewan, dengan gejala ringan sampai berat, dan dapat menyebabkan pandemi. Perbedaan dapat dilihat dari subtipenya saja.Menurut Yuki, sebenarnya subtipe ini bukan clade terbaru, melainkan sudah ada sejak 2010.

“Pada 2010, sudah pernah beredar dan menyebar melalui burung yang bermigrasi dari Afrika ke benua-benua lainnya. Sepuluh tahun kemudian, pada 2020, virus ini menyebabkan wabah unggas domestik dan kematian burung liar,” katanya dalam Talk Show Mengenal Flu Burung Terkini oleh Radio Kesehatan Kemenkes pada 1 Februari 2023.

“Lalu pada 2021, dia menyeberang ke Amerika Utara dan Amerika Selatan,” tambah Yuki.

Infografis Olahraga Benteng Kedua Cegah Covid-19. (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis Olahraga Benteng Kedua Cegah Covid-19. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya