Liputan6.com, Honolulu - Wakil Presiden East West Center Satu P. Limaye menyebut bahwa Indonesia dan ASEAN perlu ambil bagian dalam menavigasi hubungan dua kekuatan besar dunia saat ini, China dan Amerika Serikat.
Satu mengatakan, lewat peranan ASEAN dan keketuaan Indonesia tahun 2023, menjadi modal utama kawasan tersebut tampil di panggung dunia.
Advertisement
"Saya pikir Indonesia adalah contoh negara yang dibangun lewat konstitusinya. Seperti yang Anda tahu, mereka menganut gagasan politik luar negeri yang bebas aktif. Seperti yang ditunjukkan Menteri Luar Negeri Retno Marsudi saat melakukan keseimbangan yang dinamis."
Advertisement
"Sungguh, Indonesia sudah mampu bernavigasi di antara banyak kekuatan. Bukan hanya kita (AS), China dan bahkan Rusia," kata Satu P. Limaye.
Kemampuan tersebut juga digambarkan oleh Satu saat Presiden Joko Widodo melakukan kunjungan ke Rusia dan Ukraina.
"Seperti yang Anda ingat, saat itu Presiden Joko Widodo melakukan kunjungan ke Rusia dan Ukraina. Indonesia memiliki suara penting pada isu-isu demokrasi."
Kemampuan menavigasi hubungan China-AS juga digambarkan oleh Satu, saar Indonesia memegang keketuaan G20 di Bali-Indonesia.
"Jadi saya memandang Indonesia sebagai negara yang telah mampu menavigasi dan memainkan peran penting di dunia global. Bahkan juga ambil bagian dalam Organisasi Konferensi Islam."
Di sisi lain, Satu juga menyampaikan bahwa negara-negara lain di ASEAN juga punya kesempatan yang sama.
"Dan negara lain tentu bisa mengikuti. Anda tahu, strategi serupa dari perspektif yang berbeda. Seperti, Hanoi memiliki pendekatannya sendiri. Singapura memiliki pendekatannya sendiri, Kuala Lumpur dan tentu saja Bangkok, tetapi semuanya menavigasi cara-cara yang memperhatikan realitas domestik mereka dan prioritas nasional serta kepentingan nasional mereka."
Jika ASEAN Mampu Menavigasi AS-China, Maka Ada Pengaruh Besar
Satu menekankan, apabila ASEAN bisa memainkan peranannya di kawasan serta menavigasi hubungan China-AS, maka akan ada pengaruh yang sangat besar yang akan terjadi.
"Ini akan mempengaruhi Asia Tenggara secara signifikan untuk membuat beberapa pilihan penting tentang bagaimana mereka ingin melakukan sesuatu," kata Satu.
"Di satu sisi, itu akan menguntungkan mereka karena decoupling dan de-risking dalam hubungan AS-China akan mengalihkan sebagian investasi dan produksi serta manufaktur ke wilayah tersebut."
"Tetapi de-risking dan decoupling juga telah terjadi atau beberapa rekahan dari norma-norma internasional global yang berkaitan dengan perdagangan, seperti dengan WTO."
Dalam situasi ini, meski punya pengaruh yang cukup besar dalam menavigasi hubungan kedua negara besar, Satu menilai bahwa pada dasarnya tindakan penyeimbangan ini memang sulit, dijalankan lantaran akan menemui sejumlah kendala yang meliputi aturan global, aturan regional, de-risking AS China dan kurangnya akses pasar di Amerika Serikat.
Advertisement
Seputar FPC Reporting Tour Terkait Keamanan dan Ekonomi di Kawasan Indo Pasifik
Tahun ini, Kementerian Luar Negeri Amerika Serikat lewat Foreign Press Centers (FPC) menyelenggarakan Reporting Tour dengan tema Security and Economic Prosperity in the Indo-Pacific Region atau Keamanan dan Ekonomi di Kawasan Indo Pasifik.
Program ini berfokus pada visi Administrasi Presiden Amerika Serikat Joe Biden untuk kawasan Indo-Pasifik yang makmur secara ekonomi dan memperkuat hubungan antara Amerika Serikat dan mitra di kawasan tersebut.
FPC Reporting Tour on Security and Economic Prosperity in the Indo-Pacific Region ini memberi para 20 jurnalis dari 18 negara kesempatan untuk melihat secara langsung bagaimana keamanan dan ekonomi memperkuat keamanan Indo-Pasifik.
Program berlangsung para 11-21 Juli 2023 di San Francisco, California dan Honolulu, Hawaii.