Ekuador Bakal Dipimpin Presiden Milenial Daniel Noboa, Putra Pengusaha Pisang yang Berusia 35 Tahun

Menurut Dewan Pemilu Ekuador, dengan 90 persen suara dihitung pada Minggu (15/10/2023) malam, Daniel Noboa memperoleh 52,29 persen suara dibandingkan pesaingnya Luisa Gonzalez 47,71 persen suara.

oleh Khairisa Ferida diperbarui 16 Okt 2023, 16:30 WIB
Diterbitkan 16 Okt 2023, 16:24 WIB
Daniel Noboa
Daniel Noboa terpilih sebagai presiden Ekuador pada usia 35 tahun, menjadikannya yang termuda dalam sejarah negara itu. (Dok. AP/Martin Mejia)

Liputan6.com, Quito - Daniel Noboa, pewaris bisnis ekspor pisang yang menjanjikan penindakan tegas kejahatan dengan kekerasan, lapangan kerja bagi kaum muda, dan menggenjot investasi asing, akan menjadi presiden termuda Ekuador di usianya yang baru 35 tahun. Hal itu terjadi setelah dia memenangkan pilpres dengan selisih lima poin atas pesaingnya seorang pengacara berhaluan kiri Luisa Gonzalez.

Menurut Dewan Pemilu Ekuador, dengan 90 persen suara dihitung pada Minggu (15/10/2023) malam, Noboa memperoleh 52,29 persen suara dibandingkan 47,71 persen suara untuk Gonzalez. Demikian seperti dilansir The Guardian, Senin (16/10).

Gonzalez sendiri, yang merupakan kandidat pilihan mantan presiden Rafael Correa, secara terbuka menerima kekalahannya dan berjanji akan mendukung presiden baru.

"Hari ini kita telah membuat sejarah," ujar Noboa via X alias Twitter. "Rakyat Ekuador memilih Ekuador yang baru, mereka memilih negara dengan keamanan dan lapangan kerja."

Noboa menegaskan akan menepati janji-janji kampanyenya, sementara korupsi akan dihukum.

Pilpres Ekuador 2023 berlangsung di tengah meningkatnya kejahatan dengan kekerasan yang dipicu oleh perdagangan narkoba, menjadikan negara ini memiliki tingkat pembunuhan tertinggi keempat di Amerika Latin.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Waktu yang Singkat tapi Krusial

Pengamanan di Sekitar Kegiatan Pemilu Ekuador Diperketat
Calon presiden Fernando Villavicencio, 59, seorang kritikus vokal korupsi dan kejahatan terorganisir, tewas dalam acara kampanye pada Rabu (9/8), di tengah lonjakan kekerasan di negara Andes yang dipersalahkan pada pengedar narkoba. (AP Photo/Dolores Ochoa)

Noboa, milenial putra dari orang terkaya di Ekuador dan kandidat presiden lima kali Alvaro Noboa, secara mengejutkan berhasil lolos ke putaran kedua pada Agustus. Gayanya yang tenang dan tidak konfrontatif disebut membuatnya populer, terutama di kalangan pemilih berusia antara 18 dan 29 tahun yang merupakan sepertiga dari seluruh pemilih.

Lulusan Harvard Kennedy School ini memfokuskan kampanyenya pada penciptaan lapangan kerja dan perekonomian, merekomendasikan pembebasan pajak dan insentif bagi bisnis baru serta berjanji untuk menarik lebih banyak investasi asing.

Mengenai kejahatan, Noboa mengusulkan untuk menempatkan penjahat paling kejam di kapal di lepas pantai Pasifik Ekuador. Dia juga menyarankan untuk meningkatkan kehadiran militer di perbatasan dan pantai, yang keduanya merupakan titik perdagangan kokain.

Arianna Tanca, seorang analis politik Ekuador, mengatakan taruhannya besar dan mendesak mantan anggota kongres tersebut untuk memikirkan masa depan negara, tidak hanya mempertahankan kekuasaannya.

Noboa dijadwalkan akan dilantik pada 25 November, namun dia hanya akan memerintah selama 17 bulan hingga tahun 2025, melengkapi masa jabatan Presiden Guillermo Lasso yang membubarkan kongres pada Mei di tengah sidang pemakzulannya dan menyerukan percepatan pilpres dan pemilu legislatif.

"Ini adalah waktu yang singkat tetapi ini adalah waktu yang sangat berharga dan dapat digunakan untuk kebaikan, jadi mari kita lihat apakah para politikus mampu melakukannya," kata Tanca.


Terjepit di Antara Penghasil Kokain Utama di Dunia

Ilustrasi Narkoba (RenoBeranger/ Pixabay)
Ilustrasi Narkoba (RenoBeranger/ Pixabay)

Kampanye Pilpres Ekuador 2023 diwarnai dengan kekerasan yang belum pernah terjadi sebelumnya, yang paling mengerikan pembunuhan calon presiden yang mengampanyekan anti-korupsi, Fernando Villavicencio, pada Agustus. Bulan ini, tujuh tersangka pembunuhannya yang seluruhnya warga negara Kolombia juga tewas dibunuh di penjara.

Pelabuhan-pelabuhan di Pasifik, Ekuador, menjadi sasaran para penyelundup narkoba yang menyelundupkan kokain, paling sering dalam kontainer pengiriman berisi pisang, yang merupakan ekspor utama negara tersebut.

Menteri Dalam Negeri Juan Zapata menuturkan bahwa sekitar 80 persen kokain yang diselundupkan dari Ekuador ditujukan ke Eropa, di mana satu kilo kokain dihargai sekitar USD 50.000 – dua kali lipat dari harga di Amerika Serikat.

Zapata mengatakan Ekuador, yang terletak di antara Kolombia dan Peru, negara-negara penghasil kokain utama di dunia, membutuhkan bantuan internasional untuk mengatasi musuh transnasional bersama.

Presiden terpilih tidak akan memiliki mayoritas di parlemen dan mungkin akan kesulitan menemukan konsensus untuk mendorong undang-undang di kalangan kelompok politik Ekuador yang terpecah-belah.

"Ada banyak hal yang harus dilakukan," ungkap Zapata. "Saya berharap kongres baru ini mendedikasikan dirinya untuk menangani situasi keamanan, tidak seperti kongres sebelumnya yang membuang banyak waktu dan merugikan negara."

Banner Infografis Memburu Gembong Narkoba Internasional Fredy Pratama. (Liputan6.com/Abdillah)
Banner Infografis Memburu Gembong Narkoba Internasional Fredy Pratama. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya