Liputan6.com, Jakarta - Badan Hak Asasi Manusia (HAM) di PBB mengatakan, serangan udara Israel terhadap kamp pengungsi Jabalia di Gaza bisa dianggap sebagai kejahatan perang.
Hal ini terjadi di tengah meningkatnya ketakutan atas jumlah warga sipil yang tewas dalam perang yang telah berlangsung hampir sebulan tersebut, dikutip dari laman Al Jazeera, Kamis (2/11/2023).
Baca Juga
Kamp yang berada di wilayah padat penduduk di Kota Gaza, terkena serangan rudal pada Selasa (31/10) meninggalkan lubang raksasa di tengah bangunan yang dibom sebelum kemudian menjadi sasaran pemboman kedua pada Rabu (1/11).
Advertisement
Kantor Media Pemerintah Gaza mengatakan, sedikitnya 195 orang dipastikan tewas dan lebih dari 100 orang diperkirakan hilang di bawah reruntuhan. Sekitar 777 orang terluka dalam serangan itu, tambahnya.
Israel mengatakan, serangan itu menargetkan seorang komandan Hamas.
"Mengingat tingginya jumlah korban sipil dan skala kehancuran setelah serangan udara Israel terhadap kamp pengungsi Jabalia, kami memiliki kekhawatiran serius bahwa ini adalah serangan yang tidak proporsional dan dapat dianggap sebagai kejahatan perang," kata Kantor Komisaris Tinggi PBB untuk Urusan Pengungsi di Jabalia.
Komentar tersebut menyusul gelombang kecaman dari PBB, di mana para pejabat menyatakan keterkejutan dan kengerian atas serangan di Jabalia, kamp pengungsi terbesar di Gaza.
Sekretaris Jenderal Antonio Guterres “terkejut atas meningkatnya kekerasan di Gaza”, kata juru bicaranya Stephane Dujarric.
Ini termasuk pembunuhan warga Palestina, termasuk perempuan dan anak-anak yang tinggal pemukiman di kamp pengungsi Jabalia yang padat penduduk, kata Dujarric.
Tanggapan UNICEF
Badan anak-anak PBB, UNICEF menggambarkan serangan itu sebagai aksi yang mengerikan.
In mengatakan, masih terlalu dini untuk mengetahui berapa banyak anak-anak yang tewas di Jabalia, namun mencatat bahwa lebih dari 3.500 anak-anak telah terbunuh sejak 7 Oktober ketika Hamas menyerang Israel.
Insiden ini juga menewaskan 1.400 orang dan menawan 200 orang,.
Gaza yang dikuasai Hamas sejak 2006 adalah rumah bagi sekitar 2,3 juta orang yang hidup di bawah blokade selama 17 tahun.
“Ini hanyalah kekejaman terbaru yang menimpa masyarakat Gaza di mana pertempuran telah memasuki fase yang lebih mengerikan, dengan konsekuensi kemanusiaan yang semakin mengerikan,” kata Martin Griffiths, kepala kemanusiaan PBB, dalam sebuah pernyataan.
"Dunia tampaknya tidak mampu, atau tidak mau, untuk bertindak. Kita membutuhkan perubahan."
Advertisement
Klaim Israel Serang Kamp Jabalia
Israel mengatakan, Jabalia diserang karena ada kompleks terowongan di lokasi tersebut, dan banyak teroris Hamas telah terbunuh, termasuk komandan lokal Ibrahim Biari, yang dituduh Israel terlibat dalam serangan 7 Oktober.
Hamas mengklaim tujuh tawanan, termasuk tiga warga asing, tewas dalam pemboman tersebut.
Dujarric mengatakan, Sekjen PBB menegaskan kembali bahwa semua pihak harus mematuhi hukum humaniter internasional, termasuk prinsip pembedaan, proporsionalitas, dan kehati-hatian.
Serangan terhadap Jabalia terjadi ketika penyeberangan Rafah di perbatasan selatan dengan Mesir akhirnya dibuka, meski hanya untuk korban luka paling parah dan beberapa warga negara asing.