Liputan6.com, Jakarta Calon wakil gubernur Jakarta nomor urut 2, Kun Wardana Abyoto mengatakan, dalam penanganan sampah di Jakarta tidak perlu membenani masyarakat dengan retribusi.
Hal ini disampaikan dalam debat pamungkas Pilkada Jakarta 2024 di Golden Ballroom Hotel Sultan, Jakarta Pusat, Minggu (17/11/2024).
Advertisement
Baca Juga
Kun Wardana menegaskan, harusnya sampah bisa jadi penghasilan bagi masyarakat Jakarta, sehingga tak perlu dibebani dengan retribusi.
Advertisement
"Justru kami ingin membalikan ini, bukan menjadi beban tapi menjadi penghasilan bagi warga Jakarta. Sampah bisa menjadi ekonomi sampah," jelas dia.
Karena itu, lanjut Kun Wardana, pihaknya akan menyiapkan tim ekonomi untuk membudayakan para warga untuk memilah sampah organik dan non organik.
Pihaknya juga akan mengajak warga untuk kolaborasi, sehingga bisa menjadikan sampah sebagai pendapatan baru di Jakarta.
"Barang organik ini ada pusat daur ulang dari kecamatan, dan kita akan kolaborasi dengan masyarakat, pemulung, pengepul dan pendaur ulang ini untuk bisa menjadikan hal-hal yang produktif dan ini bisa menjadi penghasilan warga Jakarta
Â
Â
Â
Rano Karno: Retribusi Sampah Tak Perlu Diterapkan
Calon Wakil Gubernur Jakarta paslon nomor 3 Rano Karno menilai rencana skema retribusi sampah rumah tangga pada Januari 2025 itu tidak perlu dilakukan. Kondisi ini berlaku jika masyarakat sudah dapat memilah sampah sejak di rumah.
"Sebetulnya retribusi sampah ini tidak dibutuhkan jika tata kelola sampah sudah benar, karena itulah keluar lah peraturan itu. Kemudian pemilahan sampah berangkat dari rumah tangga, masalah sampah bisa selesai sampai 35% jika bisa dibilang dari rumah tangga bank sampah," kata dia dalam debat Pilkada Jakarta 2024 di The Sultan Hotel, Jakarta, Minggu (17/11/2024).
Dia mengungkapkan, di negara maju, orang sudah dapat memilah sampah plastik dengan baik. Kemasan plastik dinilainya menjadi deposit sistem sampah sesuai jenisnya.
"Kemudian pengelolaan sampah modern diolah menjadi bahan bakar, kemudian sampah bisa menjadi energi, menjadi PLTA, kemudian bisa dijadikan sampah produk yang bernilai," kata dia.
"Contohnya sampah bisa diconvert menjadi briket dan bisa jadi pengganti batubara, sehingga benda ini kemudian bisa menjadi kerajinan dan manufaktur. Di permasalahan dari retribusi apabila sampah bisa dikelola dari rumah, insyaallah retribusi sampah tidak dibutuhkan," Ranoo menandaskan.Â
Advertisement