Hezbollah Peringatkan Israel: Perang Akan Meluas Bila Pembunuhan Warga Sipil Palestina di Gaza Berlanjut

Hezbollah yang digolongkan sebagai organisasi teroris oleh Inggris, Amerika Serikat (AS) dan Liga Arab adalah kekuatan politik dan militer terbesar di Lebanon.

oleh Khairisa Ferida diperbarui 09 Nov 2023, 07:03 WIB
Diterbitkan 09 Nov 2023, 07:03 WIB
Lebih dari 3.600 anak-anak Palestina
Hanya dalam 25 hari perang, lebih dari 3.600 anak Palestina telah terbunuh di Gaza, menurut Kementerian Kesehatan Gaza yang dikelola Hamas. (AP Photo/Abed Khaled)

Liputan6.com, Beirut - Pemimpin kedua Hezbollah – milisi kuat yang didukung Iran di Lebanon – mengatakan pembunuhan yang dilakukan Israel terhadap warga sipil di Gaza yang terus terjadi berisiko menimbulkan perang yang lebih luas di Timur Tengah.

Syekh Naim Qassem mengatakan kepada BBC bahwa perkembangan yang sangat serius dan berbahaya dapat terjadi di wilayah tersebut, dan tidak ada yang bisa menghentikan dampaknya.

Wawancara terhadap wakil pemimpin Hezbollah tersebut berlangsung di Beirut, setelah otoritas kesehatan Gaza mengatakan bahwa lebih dari 10.000 warga Palestina tewas akibat serangan Israel sejak 7 Oktober.

Serangan Israel tersebut merupakan balasan atas serangan Hamas ke Israel selatan pada hari yang sama yang menewaskan setidaknya 1.400 orang.

"Bahayanya nyata," kata Qassem, seperti dilansir BBC, Kamis (9/11/2023). "Karena Israel meningkatkan agresinya terhadap warga sipil dan membunuh lebih banyak perempuan dan anak-anak. Apakah mungkin hal ini terus berlanjut dan meningkat tanpa membawa bahaya nyata ke kawasan? Saya kira tidak."

Dia menegaskan eskalasi apapun akan terkait dengan tindakan Israel.

"Setiap kemungkinan pasti ada responsnya," tegas Qassem.

Hezbollah yang digolongkan sebagai organisasi teroris oleh Inggris, Amerika Serikat (AS) dan Liga Arab adalah kekuatan politik dan militer terbesar di Lebanon.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Serangan Hamas Adalah Respons Atas Pendudukan Israel

Militan Palestina meluncurkan puluhan roket ke Israel
Roket ditembakkan dari Kota Gaza menuju Israel pada 7 Oktober 2023. (SAID KHATIB / AFP)

Qassem mengklaim Israel memulai agresi terhadap Gaza dengan cara yang mengerikan. Ketika BBC menyatakan bahwa Hamas-lah yang menyerang Israel pada 7 Oktober, Qassem menyebutkan bahwa serangan tersebut merupakan respons yang tidak dapat dihindari terhadap pendudukan Israel atas tanah Palestina.

Dia mengulangi klaim bahwa pasukan Israel, bukan Hamas, yang membunuh banyak warga sipil Israel. Ditanya soal bukti kamera helm – yang dipakai militan Hamas sendiri – yang menunjukkan mereka sedang melakukan pembunuhan, Qassem menjawab, "Mengapa kita tidak melihat apa yang telah dilakukan Israel di Gaza? Mereka membunuh warga sipil dan menghancurkan rumah-rumah."

Qassem menggarisbawahi serangan Hamas pada 7 Oktober sebagai hasil besar bagi perlawanan Palestina. Dia membantah serangan tersebut menjadi bumerang.

Lantas, bagaimana dengan 10.000 warga Gaza yang terbunuh sejak saat itu?

"Pembantaian yang dilakukan Israel semakin memobilisasi warga Palestina untuk mempertahankan tanah mereka," jawabnya.

Dalam kesempatan yang sama, Qassem mengakui bahwa Iran mendukung dan mendanai Hezbollah, namun mengklaim bahwa mereka tidak memberikan perintah.

Jika pasukan Israel harus melancarkan perang kedua dengan Hezbollah maka Israel disebut akan menghadapi musuh yang memiliki senjata lebih banyak dibandingkan kebanyakan negara. Kelompok militan tersebut menempatkan Hamas di bawah naungan, dengan perkiraan 150.000 roket dan rudal.

Menurut Nicholas Blanford, konsultan pertahanan dan keamanan yang berbasis di Beirut yang telah mempelajari Hezbollah selama beberapa dekade, Hezbollah memiliki hingga 60.000 pejuang, termasuk pasukan khusus, pejuang reguler, dan cadangan.


Hezbollah Dinilai Sangat Hati-hati

Pasukan kelompok militan Lebanon Hezbollah dalam latihan di Desa Aaramta di Distrik Jezzine, Lebanon selatan, Minggu (21/5/2023). (Dok. AP/Hassan Ammar)
Pasukan kelompok militan Lebanon Hezbollah dalam latihan di Desa Aaramta di Distrik Jezzine, Lebanon selatan, Minggu (21/5/2023). (Dok. AP/Hassan Ammar)

Sejauh ini tanggapan Hezbollah terhadap perang Hamas Vs Israel di Gaza adalah memperkuat peringatan mereka terhadap Israel Cs dan sangat hati-hati dengan tindakan mereka.

Ketika serangan Israel menewaskan seorang wanita dan tiga anak di Lebanon selatan pada Minggu (5/11), Hezbollah menggunakan roket Grad untuk pertama kalinya dalam konflik kali ini, menewaskan seorang warga sipil Israel.

Pemimpin Hezbollah Hassan Nasrallah sebelumnya telah mengancam bahwa setiap kematian warga sipil di Lebanon akan mengakibatkan kematian lain di seberang perbatasan. Namun, yang dinilai terpenting saat ini adalah dia tidak mengancam Israel dengan perang habis-habisan

Meskipun bersikeras bahwa semua pilihan ada di meja, Hezbollah dinilai membatasi diri pada serangan lintas batas dan sebagian besar menyerang sasaran militer. Lebih dari 60 pasukannya telah terbunuh, namun mereka memiliki lebih banyak pendukung yang tangguh untuk menggantikannya.

Salah satu pasukan yang dimakamkan di Beirut minggu ini adalah anggota kelima dari keluarganya yang meninggal demi Hezbollah, dari generasi ke generasi.


Masih Menahan Diri

Israel Kerahkan Tank ke Lebanon
Kekerasan lintas batas menandai perluasan konflik yang signifikan antara Israel dan militan Palestina di Gaza hingga perbatasan Israel-Lebanon lebih jauh ke utara. (AP Photo/Ariel Schalit)

Banyak yang khawatir bahwa serangan lintas batas Hezbollah dapat menyeret Lebanon ke dalam perang yang tidak dapat mereka tanggung.

"Adalah hak setiap warga Lebanon untuk takut terhadap perang," kata Qassem. "Itu normal. Tak seorang pun menyukai perang. Beritahu Israel untuk menghentikan agresi, sehingga pertempuran tidak meluas."

Blanford meyakini bahwa ada banyak kemungkinan eskalasi di masa depan, kecuali perang habis-habisan antara Hezbollah dan Israel. Namun, jika hal itu terjadi maka menurut Blanford akan membawa kehancuran secara menyeluruh.

"Israel akan melakukan lockdown selama perang berlangsung. Sebagian besar penduduknya harus tetap berada di tempat perlindungan bom," ujar Blanford.

"Tidak akan ada penerbangan sipil atau lalu lintas maritim. Rudal Hezbollah yang lebih besar dapat mencapai sasaran militer di seluruh negeri.”

Blanford menambahkan bahwa tanggapan Israel pun akan berdampak buruk bagi Lebanon.

Untuk saat ini, baik Hezbollah, Israel, dan Iran diyakini masih menahan diri. Meski demikian, bukan berarti perang habis-habisan tidak akan terjadi karena salah perhitungan atau disengaja sangat mungkin.

Infografis Tragedi Kemanusiaan 3.000 Lebih Anak Meninggal di Gaza. (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis Tragedi Kemanusiaan 3.000 Lebih Anak Meninggal di Gaza. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya