Liputan6.com, Gaza - Komite Perlindungan Jurnalis (CPJ) mengatakan jurnalis yang tewas akibat serangan Israel sejak 7 Oktober hingga Jumat (1/12/2023) adalah 61 orang.
Jumlah tersebut mencakup 54 warga Palestina, empat warga Israel, dan tiga warga Lebanon.
Baca Juga
Menurut kelompok kebebasan pers seperti dilansir Middle East Eye, Minggu (3/12), 11 jurnalis dilaporkan terluka, tiga hilang, dan 19 orang ditangkap.
Advertisement
Angka tersebut berbeda dengan yang dimiliki oleh Sindikat Jurnalis Palestina yang mengatakan pada Jumat bahwa 67 jurnalis dan pekerja media tewas sejak 7 Oktober.
Sementara perang Hamas Vs Israel berlanjut di Jalur Gaza pasca gagal menyepakati gencatan senjata lanjutan pada Jumat, Badan PBB untuk Pengungsi Palestina (UNRWA) mengumumkan bahwa terdapat sekitar 50.000 perempuan hamil di Gaza, dengan lebih dari 180 orang melahirkan setiap hari.
"Bidan UNRWA memberikan perawatan pada ibu hamil & berisiko tinggi di sembilan pusat operasional kami," sebut UNRWA.
"Perawatan pasca melahirkan tetap dilakukan di tempat penampungan, namun kondisinya sama sekali tidak cocok untuk bayi baru lahir."
Bulan lalu, beberapa badan PBB termasuk UNRWA, UNICEF, dan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperingatkan bahwa perempuan dan bayi baru lahir menanggung beban paling berat dalam konflik di Jalur Gaza.
Badan-badan tersebut menyebutkan adanya risiko kekurangan gizi, penyakit dan kematian seiring dengan memburuknya akses terhadap makanan dan air, begitu pula dengan kelangkaan pasokan medis.
Israel Bunuh Ilmuwan Terkemuka Palestina
Wakil ketua Hamas Saleh al-Arouri mengatakan kepada Al Jazeera pada Sabtu bahwa tidak ada lagi sandera yang akan ditukar dengan Israel sampai terjadi gencatan senjata di Gaza.
Menurut Arouri, sandera yang masih ditahan Hamas adalah tentara Israel dan warga sipil yang sebelumnya pernah bertugas di tentara Israel.
Sandera yang tersisa tidak akan dibebaskan kecuali ada gencatan senjata dan seluruh warga Palestina yang ditahan di penjara Israel juga dibebaskan.
"Biarkan perang berjalan dengan sendirinya. Keputusan ini bersifat final. Kami tidak akan berkompromi mengenai hal itu," tegasnya.
Sementara itu, Masyarakat Bulan Sabit Merah Palestina (PRCS) mengumumkan pihaknya menerima 100 truk bantuan melalui perbatasan Rafah pada Sabtu.
"Truk-truk itu berisi makanan, air, bantuan, pasokan medis, dan obat-obatan," kata PRCS.
Dalam perkembangan lainnya, serangan udara Israel yang menargetkan Kota al-Faluja di Kota Gaza, telah menewaskan ilmuwan terkemuka Palestina Sufyan Tayeh dan keluarganya. Kabar ini dikonfirmasi oleh kementerian pendidikan tinggi Palestina pada Sabtu.
Tayeh, yang merupakan rektor Universitas Islam Gaza, adalah seorang peneliti terkemuka di bidang fisika dan matematika terapan.
Advertisement
Kamala Harris: AS Menentang Relokasi Paksa Warga Palestina di Gaza
Wakil presiden AS Kamala Harris melalui pernyataan yang dirilis Gedung Putih menegaskan pada Sabtu, "AS tidak akan mengizinkan relokasi paksa warga Palestina".
Selain menentang relokasi paksa warga Palestina dari Gaza atau Tepi Barat, menurut Kamala, AS tidak akan mengizinkan pengepungan Gaza atau perubahan perbatasan Gaza.
Pernyataan Kamala muncul di tengah pertemuannya dengan Presiden Mesir Abdel Fattah al-Sisi di Dubai di sela-sela Cop28.
Bagaimanapun, AS senada dengan Israel bahwa Hamas tidak dapat lagi mengendalikan Gaza demi keamanan Israel, kesejahteraan rakyat Palestina, dan keamanan regional.
Â