Liputan6.com, Beirut - Israel menyerang pinggiran selatan ibu kota Beirut dekat bandara internasional, termasuk satu di daerah dekat pusat kota pada hari Kamis (7/11). Menteri transportasi Lebanon mengatakan bahwa satu-satunya bandara internasional di negara itu beroperasi secara normal setelah serangan tersebut.
Menteri Ali Hamie mengatakan kepada AFP yang dikutip Jumat (8/11/2024) bahwa pesawat lepas landas dan mendarat tanpa masalah apa pun.
Baca Juga
Sebuah pabrik pemanas di sebelah tembok pembatas bandara internasional Beirut rusak parah akibat serangan tersebut, menurut seorang fotografer AFP di lokasi kejadian.
Advertisement
Israel telah berperang dengan Hizbullah Lebanon sejak akhir September ketika Israel memperluas fokusnya dari memerangi Hamas di Jalur Gaza menjadi mengamankan perbatasan utaranya.
Serangan di dekat bandara itu terjadi setelah Hizbullah mengumumkan pada hari Rabu (6/11 bahwa mereka telah menargetkan pangkalan militer di dekat Bandara Ben Gurion, pusat transportasi internasional utama Israel.
Serangan semalam di Beirut menyebabkan "kerusakan kecil" pada beberapa bangunan tetapi "tidak di dalam gedung terminal," kata seorang pejabat bandara kepada AFP dengan syarat anonim karena ia tidak berwenang berbicara kepada media.
Ia mengatakan serangan itu telah memengaruhi gedung pemeliharaan milik anak perusahaan Middle East Airlines, maskapai nasional Lebanon dan satu-satunya maskapai yang masih mengoperasikan penerbangan di sana.
Abu Elie, seorang pengemudi taksi, berada di bandara saat serangan terjadi. "Seluruh tempat parkir mobil berguncang. Orang-orang membawa barang bawaan di bahu mereka dan berlarian," katanya.
"Ketika saya sampai di jalan, asapnya sangat tebal sehingga saya harus menyalakan lampu depan," imbuh Abu Elie.
Tentara Israel sebelumnya telah mengeluarkan perintah evakuasi untuk empat lingkungan di Beirut selatan, termasuk sebuah lokasi di dekat bandara.
"Begitu mereka mengirim peringatan, kami masuk ke mobil dan melarikan diri," kata penduduk Beirut, Malak Okail, kepada AFP.
"Ini sudah menjadi hal yang berulang," kata Ramzi Zaitar, penduduk lainnya.
"Kami harus meninggalkan rumah kami beberapa kali. Terkadang kami tidur di mobil," tambahnya.
"Kematian telah menjadi masalah keberuntungan. Kami bisa mati atau bertahan hidup." Sejak 23 September, lebih dari 2.600 orang telah tewas dalam serangan Israel di Lebanon, menurut Menteri Kesehatan Firass Abiad.