Liputan6.com, Dubai - Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Antony Blinken berjanji setia untuk terus membantu Israel di Jalur Gaza. Blinken juga menyalahkan Hamas usai gencatan senjata berakhir.Â
"Kami akan terus mendukung Israel hingga akhir perang," ujar Blinken saat berada di Dubai, dikutip Middle East Monitor, Minggu (3/12/2023).Â
Baca Juga
"Penting untuk memahami kenapa jeda berakhir. Itu berakhir karena Hamas," kata Blinken.
Advertisement
Untuk sekarang, Blinken berjanji untuk memastikan supaya warga sipil Gaza tidak menjadi korban dari perang. Pihak AS juga masih fokus agar semua tawanan bisa pulang dengan selamat dan mencegah konflik meluas.
"Kami intens berfokus agar semuanya pulang, memulangkan pra tawanan. Kami juga sangat terfokus, seperti yang kami lakukan selama ini, agar berusaha memastikan bahwa konflik ini tidak menyebar, agar ini ini tidak tereskalasi di tempat-tempat lain," tegas Antony Blinken.
Meski mendukung Israel, Blinken turut menyatakan bahwa AS akan terus berupaya melindungi Palestina dan mendukung kenegaraan Palestina.Â
Sementara, Senator AS Elizabeth Warren menegaskan agar gencatan senjata di Jalur Gaza dilanjutkan. Politisi sekaligus ekonom dari Universitas Harvard itu meminta semua pihak untuk berusaha agar gencatan senjata kembali terwujud.Â
"Gencatan senjata berfungsi. 100+ tawanan dilepas, bantuan kemanusiaan mulai mencapai rakyat Palestina yang membutuhkan, dan warga sipil aman dari luka baik itu di Israel dan Gaza. Semua pihak harus bekerja untuk melanjutkan gencatan senjata ini dan membangunnya untuk menciptakan perdamaian yang kekal," ujar Elizabeth Warren di situs Twitter.
Israel Lanjut Bombardir Gaza, 400 Lebih Serangan Sejak Gencatan Berakhir Jumat 1 Desember 2023
 Israel melakukan pengeboman di Gaza pada Minggu 3 Desember 2023, ketika seruan internasional meningkat untuk perlindungan yang lebih besar terhadap warga sipil dan pembaruan gencatan senjata yang telah berakhir dengan kelompok militan Palestina Hamas.
Tentara Israel mengatakan mereka telah melakukan lebih dari 400 serangan di Gaza sejak gencatan senjata berakhir pada Jumat 1 Desember, sementara Hamas mengumumkan "serangan roket" terhadap beberapa kota di Israel termasuk Tel Aviv.
Serangan Israel menghantam kamp pengungsi Nuseirat di Gaza tengah pada Sabtu 2 Desember malam, menewaskan sedikitnya 13 orang, menurut kantor berita resmi Palestina Wafa yang dikutip dari Channel News Asia (CNA).
Wakil Presiden Amerika Serikat Kamala Harris pada hari Sabtu dengan tajam menegur meningkatnya jumlah korban sipil dalam perang delapan minggu Israel, yang dipicu oleh serangan yang belum pernah terjadi sebelumnya pada tanggal 7 Oktober.
"Terlalu banyak warga Palestina yang tidak bersalah terbunuh. Sejujurnya, skala penderitaan warga sipil serta gambar dan video yang datang dari Gaza sangat menyedihkan,"Â kata Kamala Harris kepada wartawan pada perundingan iklim PBB di Dubai.
Â
Advertisement
Anak-Anak Kembali Jadi Korban
Menurut PBB, diperkirakan 1,7 juta orang di Gaza – lebih dari dua pertiga populasi – telah mengungsi akibat perang yang berlangsung selama delapan minggu.
Fadel Naim, kepala dokter di rumah sakit Arab Al-Ahli di Kota Gaza, mengatakan kamar mayatnya telah menerima 30 jenazah pada hari Sabtu, termasuk tujuh anak-anak.
"Pesawat mengebom rumah kami: tiga bom, tiga rumah hancur," kata Nemr al-Bel, 43, kepada AFP, seraya menambahkan bahwa dia menghitung ada 10 orang tewas di keluarganya dan "13 lainnya masih di bawah reruntuhan".
Adapun warga Gaza kekurangan makanan, air dan kebutuhan pokok lainnya, dan banyak rumah hancur. Badan-badan PBB telah menyatakan bencana kemanusiaan, meskipun beberapa truk bantuan tiba pada hari Sabtu.
Masyarakat Bulan Sabit Merah Palestina mengatakan Israel telah meminta LSM-LSM untuk tidak membawa konvoi bantuan melintasi perbatasan Rafah dari Mesir setelah gencatan senjata berakhir. Namun pada Sabtu 2 Desember, badan amal tersebut mengatakan rekan-rekannya di Mesir telah berhasil mengirimkan sejumlah truk.​
Hamas menerobos perbatasan militer Gaza ke Israel pada 7 Oktober, menewaskan sekitar 1.200 orang, sebagian besar warga sipil, dan menyandera sekitar 240 warga Israel dan orang asing, menurut pihak berwenang Israel.
Â
Masih 137 Sandera Israel di Gaza
Gencatan senjata selama sepekan, yang ditengahi dengan bantuan Qatar dan didukung oleh Mesir dan Amerika Serikat, menghasilkan pembebasan 80 sandera Israel dengan imbalan 240 tahanan Palestina.
Namun gencatan senjata itu berakhir dan kedua belah pihak saling menyalahkan karena melanggar ketentuannya.
Israel mengatakan bahwa Hamas telah mencoba menembakkan roket sebelum gencatan senjata berakhir, dan mereka gagal memberikan daftar sandera lebih lanjut untuk dibebaskan.
Para perunding Israel meninggalkan Doha pada hari Sabtu (2/12) setelah menemui jalan buntu dalam perundingan yang bertujuan untuk menghentikan kembali permusuhan.
Tentara Israel pada hari Sabtu mengatakan 137 sandera masih ditahan di Gaza.
Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant mengatakan kepada wartawan pada hari Sabtu (2/12) bahwa tindakan militer baru diperlukan untuk "menciptakan kondisi yang mendorong (Hamas) harus membayar mahal, dan itu adalah pembebasan sandera".
Israel berjanji untuk melenyapkan Hamas sebagai tanggapannya dan melancarkan kampanye udara dan darat yang telah menewaskan lebih dari 15.000 orang, sebagian besar adalah warga sipil, kata otoritas Hamas yang menguasai Gaza.
Advertisement