Liputan6.com, Beijing - Xi Jinping menandai Imlek 2024 dengan mendorong penguatan kerja sama China-Rusia. Hal tersebut disampaikannya melalui percakapan telepon dengan Presiden Vladimir Putin pada Kamis (8/2/2024), di tengah fenomena kedua negara terus memperkuat kemitraan mereka menyusul perselisihan dengan Barat.
Pernyataan Kementerian Luar Negeri China seperti dilansir CNN, Jumat (9/2/2024), menyebutkan Xi Jinping mengatakan kepada Putin bahwa kedua negara harus memperkuat koordinasi strategis dan menjaga kedaulatan nasional, keamanan, dan kepentingan pembangunan negara masing-masing.
Baca Juga
Koordinasi tersebut, kata Xi Jinping, harus dengan tegas menentang campur tangan eksternal terkait urusan dalam negeri mereka - pernyataan yang merujuk pada kecurigaan kedua pihak atas aktivitas negara-negara Barat.
Advertisement
Perbincangan via telepon Xi Jinping dan Putin berlangsung jelang Imlek yang jatuh pada Sabtu (10/2). Keduanya disebut memiliki hubungan pribadi yang hangat dan tujuan yang sama untuk melawan apa yang mereka pandang sebagai dunia yang didominasi secara tidak adil oleh Amerika Serikat (AS).
Penguatan hubungan China-Rusia dalam beberapa tahun terakhir diawasi dengan ketat oleh Barat, khususnya di tengah kekhawatiran bahwa China dapat mendukung upaya Putin dalam perang Ukraina.
China mengklaim ketidakberpihakan dalam perang Ukraina, namun menolak mengutuk invasi Rusia ke Ukraina dan bertindak sebagai penyelamat yang semakin penting bagi perekonomian Rusia yang terkena sanksi.
"Kami telah melewati banyak cobaan dan kesengsaraan bersama-sama (di masa lalu). Melihat ke masa depan, hubungan China-Rusia menghadapi peluang perkembangan baru," kata Xi Jinping kepada Putin.
Faktor Penting Stabilisasi Dunia
Sementara itu, pernyataan Kremlin menyebutkan bahwa kedua pemimpin turut melakukan pertukaran mendetail mengenai sejumlah isu, termasuk Timur Tengah dan situasi terkini di Ukraina.
"Di Timur Tengah, baik Rusia maupun China mendukung penyelesaian politik dan diplomatik atas masalah Palestina dalam kerangka hukum internasional yang diakui secara umum," sebut Kremlin.
Pernyataan China tidak menyebutkan Ukraina atau Timur Tengah, di mana ketidakstabilan semakin meningkat akibat perang Hamas Vs Israel di Jalur Gaza. Namun, China sebelumnya mengkritik respons Israel terhadap serangan Hamas pada 7 Oktober dan mendukung solusi dua negara untuk mendirikan negara Palestina merdeka sebagai cara untuk menyelesaikan konflik.
Baik China maupun Rusia telah meningkatkan koordinasi mereka mengenai isu-isu internasional di berbagai forum dalam beberapa tahun terakhir. Selain itu, mereka juga membangun kelompok terpisah, di mana mereka memegang kekuasaan, seperti BRICS dan Organisasi Kerja Sama Shanghai (SCO).
Xi Jinping dan Putin, ujar Kremlin, sama-sama menyerukan peningkatan lebih lanjut koordinasi multilateral mereka selama pembicaraan via telepon dengan secara langsung menyinggung BRICS dan SCO.
"Vladimir Putin dan Xi Jinping secara khusus menekankan bahwa interaksi erat Rusia-China merupakan faktor stabilisasi yang penting dalam urusan dunia," ungkap Kremlin.
Advertisement
75 Tahun Hubungan Diplomatik China-Rusia
Kedua pemimpin juga memuji rekor perdagangan yang melampaui target sebesar USD 200 miliar tahun lalu. Sebaliknya, perdagangan antara AS dan China turun untuk pertama kalinya sejak 2019. Perdagangan China dan AS bernilai USD 664 miliar tahun lalu atau turun 11,6 persen dari tahun 2022.
Percakapan telepon antara Xi Jinping dan Putin terjadi saat kedua negara merayakan 75 tahun hubungan diplomatik pada tahun ini.
Maret tahun 2023, Xi Jinping melakukan perjalanan luar negeri pertama yang signifikan secara simbolis dari masa jabatan ketiganya sebagai presiden ke Moskow. Ada pun Putin melakukan satu dari sedikit perjalanan ke luar negeri sejak dimulainya perang Ukraina ke Beijing pada Oktober 2023.