AS Deportasi 270.000 Imigran Setahun Terakhir, Paling Tinggi Dalam Satu Dekade

Pihak Imigrasi dan Penegakan Bea Cukai (ICE) di AS mengatakan, sebagian besar dari mereka yang dipaksa meninggalkan AS telah melintasi perbasatan Amerika Serikat dan Meksiko secara ilegal

oleh Tim Global diperbarui 21 Des 2024, 16:03 WIB
Diterbitkan 21 Des 2024, 16:03 WIB
Aktivis dan Imigran Protes Rencana Kebijakan Donald Trump
Pada masa kampanye Pilpres AS 2024, Donald Trump selalu mengedepankan topik imigrasi dan perbatasan sebagai kata kunci. (Leonardo Munoz/AFP)

Liputan6.com, Washington DC - Otoritas imigrasi Amerika Serikat mendeportasi lebih dari 270.000 orang pada tahun fiskal lalu, menurut data yang dirilis pada Kamis (19/12/2024), beberapa minggu sebelum Donald Trump mengancam akan mendeportasi jutaan imigran, dilantik kembali menjadi presiden AS.

Jumlah tersebut tercantum dalam laporan tahunan terakhir di bawah Presiden Joe Biden dan lebih tinggi dari kapan pun selama satu dekade terakhir, termasuk selama masa pemerintahan Donald Trump yang pertama, dikutip dari VOA Indonesia, Sabtu (21/12).

Sebagian besar dari mereka yang dipaksa meninggalkan AS telah melintasi perbasatan Amerika Serikat dan Meksiko secara ilegal, kata pihak Imigrasi dan Penegakan Bea Cukai (ICE) dalam laporannya.

Sekitar sepertiganya pernah dihukum pidana atau sedang menghadapi tuntutan pidana saat dideportasi.

Periode selama 12 bulan hingga akhir September 2024, sebagian besarnya bertepatan dengan kampanye pemilihan presiden, di mana Trump menjadikan tindakan keras terhadap masalah imigrasi sebagai isu utama kampanyenya.

Trump berjanji akan meluncurkan operasi deportasi terbesar dalam sejarah AS ketika ia dilantik pada 20 Januari mendatang.

Janji kampanye Trump yang berfokus pada klaim tak berdasar bahwa imigran melakukan lebih banyak tindak kejahatan dibandingkan warga negara AS, terbukti populer di kalangan pemilih.

Trump hanya memberikan sedikit rincian tentang bagaimana operasi tersebut akan dijalankan, di mana pengamat mengatakan hal itu akan mahal dan tidak praktis dengan jumlah staf saat ini.

"Setiap tahun, pegawai kami menghadapi tantangan yang luar biasa – tapi setiap tahun, mereka menghadapi tantangan-tangan tersebut secara langsung," kata Wakil Direktur ICE Patrick Lechleitner.

 

Penyeberangan Ilegal

Aktivis dan Imigran Protes Rencana Kebijakan Donald Trump
Permasalahan imigrasi dan penduduk tanpa dokumen menjadi salah satu topik yang menjadi perhatian besar saat Pemilihan Presiden (Pilpres) Amerika Serikat (AS) 2024. (Stephanie Keith/Getty Images North America/Getty Images via AFP)

Penyeberangan perbatasan secara ilegal melonjak setelah Biden menjadi presiden, meski angkanya turun tajam selama setahun terakhir, setelah pemerintahannya memperketat peraturan tentang pengajuan suaka.

Perkiraan menunjukkan terdapat sekitar 11 juta hingga 15 juta orang tinggal di AS secara ilegal.

Trump dan para pendukungnya bersikeras bahwa jumlahnya jauh lebih banyak.

Banyak di antara mereka yang bekerja dan membayar pajak, serta melakoni pekerjaan sulit dan berbahaya, yang tidak ingin dilakukan oleh warga negara Amerika.

Pihak-pihak yang menentang rencana deportasi massal Trump mengatakan, perekonomian bisa terdampak buruk jika ia berusaha untuk mendeportasi imigran ilegal pada skala yang ia sebutkan. Mereka mengatakan, rencana tersebut dapat mengakibatkan kekurangan tenaga kerja di bidang perumahan, pertanian dan perawatan sosial.

Para ekonom mengatakan, kekurangan semacam itu akan menyebabkan kenaikan harga dan membahayakan salah satu janji kampanye Trump untuk mengurangi inflasi.

Infografis Efek Donald Trump Menang Pilpres AS ke Perekonomian Global
Infografis Efek Donald Trump Menang Pilpres AS ke Perekonomian Global. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya