Liputan6.com, Jakarta - Limbah mikroplastik adalah partikel plastik atau serat dengan ukuran kurang dari 5 mm yang mencemari lingkungan. Limbah mikroplastik dapat ditemukan di berbagai tempat, seperti perairan laut, estuari, sedimen di lingkungan, terumbu karang, bahkan awan.
Dalam sebuah penelitian baru-baru ini, ditemukan bahwa limbah mikroplastik sudah mencemari atmosfer yang terkandung di awan. Dikutip dari laman IFL Science pada Kamis (24/10/2024), penemuan ini dilakukan oleh para ilmuwan dari Jepang dan telah terbit dalam jurnal Environmental Chemistry Letters pada 14 Agustus 2023 lalu.
Penelitian ini menunjukkan betapa luasnya penyebaran mikroplastik dan dampak yang dapat ditimbulkan terhadap iklim global. Para ilmuwan mengkonfirmasi telah menemukan mikroplastik di awan dan menyatakan bahwa kondisi tersebut mempengaruhi iklim.
Advertisement
Baca Juga
Mikroplastik ini ditemukan saat peneliti mendaki Gunung Fuji dan Gunung Oyama untuk mengumpulkan air dari kabut di daerah puncaknya. Pengambilan sampel di lokasi tinggi ini membantu menunjukkan bagaimana mikroplastik dapat terakumulasi di berbagai lapisan atmosfer.
Setelah mengumpulkan air kabut tersebut, mereka melakukan analisis dengan teknik pencitraan yang canggih dan spektroskopi inframerah transformasi mikro Fourier. Pencitraan ini berguna untuk menentukan sifat fisik dan kimia air kabut.
Hasil analisis menunjukkan bahwa terkandung 9 jenis polimer dan 1 jenis karet dalam mikroplastik di udara, dengan ukuran mulai dari 7,1 hingga 94,6 mikrometer. Bahkan, pada tiap liter air awan mengandung antara 6,7 hingga 13,9 partikel plastik.
Terbawa ke Atmosfer
Proses pencemaran ini kemungkinan berasal dari sepuluh juta ton potongan plastik yang berakhir di lautan dan terbawa ke atmosfer melalui proses penguapan dan angin. Penelitian ini juga mencatat bahwa mikroplastik yang terdeteksi adalah partikel "hidrofilik", yaitu partikel plastik yang memiliki kecenderungan untuk menarik air.
Keberadaan partikel tersebut menunjukkan bahwa awan dapat terbentuk lebih cepat. Hal ini berpotensi mempengaruhi pola cuaca dan sistem iklim secara keseluruhan.
Sebelumnya, pakar Penelitian Sampah Laut Internasional di University of Plymouth menemukan bahwa jumlah sampah plastik meningkat 50 persen dalam 20 tahun terakhir. Mikroplastik telah menjadi masalah global, karena dapat ditemukan di mana saja, dalam makanan dan minuman, bahkan tanaman.
Ada lebih dari 1.300 hewan laut dan darat, serta organ manusia terpapar limbah mirkoplastik. Dikutip dari laman Phys pada Kamis (24/10/2024), diprediksi hampir 40 megaton mikroplastik tercemar ke lingkungan per tahunnya.
Angka tersebut dapat berkembang hingga dua kali lipat pada 2040, memperburuk situasi yang sudah kritis. Polusi mikroplastik ini diprediksi akan menyebabkan kerusakan lingkungan berskala luas pada abad selanjutnya.
Penelitian menunjukkan bahwa mikroplastik dapat merusak ekosistem laut, mengganggu rantai makanan, dan berpotensi mengubah perilaku dan kesehatan organisme yang terpapar. Dampak ini dapat meluas ke manusia melalui konsumsi makanan laut yang terkontaminasi, yang berpotensi menyebabkan berbagai masalah kesehatan jangka panjang.
(Tifani)
Advertisement