Liputan6.com, Jakarta - Meskipun pabrikan roket biasanya mengambil tindakan pencegahan untuk menghindari puing-puing roket yang jatuh, namun roket Long March 5B besutan China dibangun tanpa penguat kemudi, sistem stabilisasi, dan mesin yang dapat dimulai ulang.
Mengutip laman New York Post, Jumat (7/5/2021), puing atau sampah antariksa yang meluncur kembali ke Bumi adalah kejadian yang cukup umum.
Baca Juga
Kapsul SpaceX Crew Dragon belum lama ini menemukan beberapa sampah antariksa yang mengorbit bulan lalu, meskipun belum ada ancaman serius.
Advertisement
The National Oceanic and Atmospheric Administration’s (NESDIS) dan National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA) mengatakan bahwa rata-rata antara 200 dan 400 objek terlacak memasuki atmosfer Bumi setiap tahun.
Sebagian besar puing-puing ruang angkasa terus menumpuk sejak satelit Sputnik 1 lolos dari tarikan gravitasi Bumi pada 4 Oktober 1957--terbakar di atmosfer Bumi saat mereka turun.
Ukuran Puing
NESDIS melaporkan, dari jutaan keping puing ruang angkasa yang diperkirakan mengorbit planet ini, sekitar 30.000 di antaranya lebih besar dari bola softball dan hanya sekitar 1.000 yang merupakan pesawat ruang angkasa.
Objek-objek tersebut dipantau oleh Space Surveillance Network (SSN) militer AS dan Orbital Debris Program Office NASA menggunakan radar, teleskop, dan sistem berbasis ruang angkasa lainnya.
Bahkan puing terkecil pun mengorbit dengan kecepatan tinggi, yang juga dapat membahayakan satelit.
National Geographic melaporkan bahwa sebagian besar sampah antariksa berada di orbit Bumi yang lebih rendah, sekitar 1.250 mil di atas permukaan planet.
Advertisement
Berapa Lama Puing Jatuh ke Bumi?
Space.com mengatakan berapa lama puing-puing ruang angkasa jatuh kembali ke Bumi bergantung pada ketinggiannya. Sementara puing-puing yang tertinggal di orbit (di bawah 370 mil) biasanya jatuh kembali ke Bumi dalam jangka waktu beberapa tahun.
Komponen yang bertahan dari kejatuhan kemungkinan akan mengenai badan air, karena lautan Bumi menutupi 70 persen permukaan planet.
Data yang dicatat selama lebih dari 50 tahun menunjukkan rata-rata satu bagian puing jatuh kembali ke Bumi setiap hari, meskipun tidak ada korban meninggal dunia yang dikonfirmasi atau cedera serius dari orang-orang yang terkena puing-puing ruang angkasa.
Namun, puing-puing antariksa tentu saja dapat menyebabkan kerusakan pada Bumi, tergantung di mana ia mendarat.
Puing yang Pernah Jatuh
Pada 1979, Skylab seberat hampir 100 ton milik NASA jatuh di sebuah kota kecil di Australia.
Kemudian stasiun luar angkasa 43 ton Salyut-7 milik Uni Soviet mendarat di Argentina pada tahun 1991.
Pada Mei tahun lalu roket China Long March 5B melepaskan puing-puing di atas Pantai Gading Afrika, setelah menghabiskan seminggu di orbit Bumi yang rendah.
Advertisement