Mantan Striker Manchester City Terpilih Jadi Presiden Georgia, Harapan Bergabung dengan Uni Eropa Pupus?

Pemerintahan baru Georgia yang akan dipimpin Kavelashvili dinilai pro-Rusia.

oleh Khairisa Ferida diperbarui 14 Des 2024, 20:01 WIB
Diterbitkan 14 Des 2024, 20:01 WIB
Ilustrasi Georgia.
Ilustrasi Georgia. (Dok. Peggy/Pixabay)

Liputan6.com, Tbilisi - Mantan pemain sepak bola Mikheil Kavelashvili terpilih menjadi presiden Georgia pada Sabtu, (14/12/2024). Oposisi menyebut kemenangan Kavelashvili sebagai pukulan terhadap aspirasi Georgia untuk bergabung dengan Uni Eropa dan sebaliknya, kemenangan bagi Rusia.

Kavelashvili, yang berusia 53 tahun, dengan mudah memenangkan pemilu berkat kontrol Partai Georgian Dream atas electoral college yang memiliki 300 kursi, menggantikan pemilihan presiden langsung sejak 2017.

Georgian Dream tetap menguasai parlemen setelah pemilu parlemen pada 26 Oktober, yang menurut oposisi telah dicurangi dengan bantuan Rusia. Presiden Georgia yang sedang menjabat dan partai-partai pro-Barat telah memboikot sesi parlemen dan menuntut pemilu ulang.

Georgian Dream berjanji untuk terus berupaya menuju aksesi Uni Eropa, namun juga ingin "mereset" hubungan dengan Rusia.

Pada 2008, Rusia berperang singkat dengan Georgia, yang mengarah pada pengakuan Rusia terhadap dua wilayah yang memisahkan diri, yakni Ossetia Selatan dan Abkhazia, sebagai negara merdeka.

Para kritikus menuduh Georgian Dream — yang didirikan oleh miliarder Bidzina Ivanishvili  — menjadi semakin otoriter dan condong ke Rusia, tuduhan yang dibantah oleh partai penguasa. Baru-baru ini, Georgian Dream mendorong undang-undang yang mirip dengan yang digunakan oleh Kremlin untuk membatasi kebebasan berbicara dan hak-hak LGBTQ+.

Salome Zourabichvili, yang pro-Barat, telah menjadi presiden sejak 2018 dan bertekad untuk tetap menjabat setelah masa jabatan enam tahunnya berakhir pada Senin, menyebut dirinya sebagai satu-satunya pemimpin sah sampai pemilu baru diadakan.

Keputusan Georgian Dream bulan lalu untuk menangguhkan pembicaraan atas upaya Georgia untuk bergabung dengan Uni Eropa menambah kemarahan oposisi dan memicu protes.

Siapa Zourabichvili?

Zourabichvili, yang berusia 72 tahun, lahir di Prancis dari orang tua yang memiliki keturunan Georgia. Dia memiliki karier sukses di Kementerian Luar Negeri Prancis sebelum Presiden Mikheil Saakashvili menjadikannya menteri luar negeri Georgia pada 2004.

Perubahan konstitusi menjadikan posisi presiden sebagian besar bersifat seremonial sebelum Zourabichvili terpilih dengan dukungan Georgian Dream pada 2018. Dia kemudian mengkritik keras partai penguasa, menuduh mereka menerapkan kebijakan pro-Rusia. 

"Saya tetap menjadi presiden Anda — tidak ada parlemen yang sah dan dengan demikian tidak ada pemilu atau pelantikan yang sah," tulisnya di jejaring sosial X. "Mandat saya terus berlanjut."

Dalam wawancara dengan AP, Zourabichvili menolak klaim pihaknya menghasut kekerasan.

"Kami tidak menginginkan revolusi," kata Zourabichvili. "Kami meminta pemilu baru, dalam kondisi yang memastikan kehendak rakyat tidak akan disalahartikan atau dicuri lagi."

"Georgia selalu menentang pengaruh Rusia dan tidak akan membiarkan suaranya dicuri atau takdirnya dirampas."

Siapa Kavelashvili?

Mikheil Kavelashvili
Mantan striker Manchester City yang kini jadi politikus sayap kanan, Mikheil Kavelashvili. (Dok. AP)

Georgian Dream kemudian mencalonkan Kavelashvili, yang mendapat cemoohan dari oposisi karena dianggap tidak memiliki pendidikan tinggi, untuk menggantikan Zourabichvili. Kavelashvili pernah menjadi striker Manchester City di Premier League dan beberapa klub di Liga Super Swiss.

Pada 2016, Kavelashvili terpilih menjadi anggota parlemen melalui tiket Georgian Dream. Pada 2022, dia mendirikan gerakan politik People's Power yang beraliansi dengan Georgian Dream. Gerakan ini dikenal dengan retorika anti-Barat yang kuat.

Kavelashvili juga merupakan salah satu pengusul undang-undang kontroversial yang mewajibkan organisasi yang menerima lebih dari 20 persen dana dari luar negeri untuk mendaftar sebagai "organisasi yang mewakili kepentingan negara asing", sebuah undang-undang yang mirip dengan yang diterapkan Rusia untuk mendiskreditkan organisasi yang mengkritik pemerintah.

Uni Eropa, yang memberikan status calon anggota kepada Georgia pada Desember 2023 dengan syarat agar negara tersebut memenuhi rekomendasi Uni Eropa, menangguhkan proses aksesi dan menghentikan bantuan keuangan pada Juni setelah undang-undang "pengaruh asing" disetujui.

Bagaimana protes oposisi berkembang?

Ribuan demonstran berkumpul di gedung parlemen setiap malam setelah pemerintah mengumumkan penangguhan pembicaraan aksesi Uni Eropa pada 28 November.

Polisi anti-huru hara hampir setiap hari menggunakan meriam air dan gas air mata untuk membubarkan dan memukuli puluhan pengunjuk rasa, beberapa di antaranya melemparkan kembang api ke arah petugas polisi dan membangun barikade di jalan utama ibu kota.

Ratusan orang ditahan dan lebih dari 100 orang mendapat perawatan akibat cedera.

Beberapa jurnalis dipukuli polisi dan pekerja media menuduh pihak berwenang menggunakan preman untuk menghalangi orang ikut serta dalam aksi anti-pemerintah, tuduhan yang dibantah oleh Georgian Dream.

Tindakan keras terhadap demonstran mendapat kecaman keras dari pejabat Amerika Serikat dan Uni Eropa.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya