Komet Langka Terlihat Sedang Menghancurkan Diri

Para astronom mengamati tanda-tanda bahwa inti komet ini mungkin mulai hancur. Mereka mendapati bahwa bagian kepala komet tidak lagi menjadi area paling terang.

oleh Switzy Sabandar diperbarui 24 Jan 2025, 03:00 WIB
Diterbitkan 24 Jan 2025, 03:00 WIB
Ilustrasi komet
Ilustrasi komet (NASA)... Selengkapnya

Liputan6.com, Jakarta - Sebuah komet langka bernama C/2024 G3 (Atlas) yang sebelumnya dapat terlihat di langit selama beberapa hari terakhir, mungkin sedang mengalami kehancuran. Fenomena ini membuat komet langka ini dijuluki sebagai "obyek ajaib tanpa kepala".

Melansir laman Live Science pada Kamis (23/01/2025),para astronom mengamati tanda-tanda bahwa inti komet ini mungkin mulai hancur. Mereka mendapati bahwa bagian kepala komet tidak lagi menjadi area paling terang.

Sebaliknya, muncul garis gas yang menyembur dari sisi komet, menandakan adanya kerusakan pada intinya. Fenomena ini terjadi karena inti komet yang terbuat dari es mengalami tekanan ekstrem akibat panas Matahari.

Proses sublimasi, yaitu perubahan es menjadi gas, melemahkan struktur komet, mempercepat kemungkinan fragmentasi. Kejadian hancurnya sebuah komet saat mendekati matahari bukanlah hal baru.

Pada 2011, Komet Lovejoy (C/2011 W3) juga mengalami nasib serupa. Meski berhasil melewati jarak ekstrem 140.000 kilometer di atas permukaan matahari, komet tersebut hancur beberapa hari kemudian akibat tekanan panas dan gravitasi.

Komet ATLAS mungkin mengalami proses yang sama. Ketika komet mendekati Matahari, satu sisi intinya memanas sementara sisi lainnya tetap dingin.

Perbedaan suhu ini dapat mengakibatkan retakan yang melemahkan struktur komet secara keseluruhan. Meski nasib Komet ATLAS terlihat suram, fenomena ini tetap menjadi momen langka yang menarik untuk disaksikan dan dipelajari.

Sebelumnya melansir laman NASA pada Kamis (23/01/2025), komet ini berada di titik terdekatnya dengan matahari atau perihelion, pada 13 Januari 2025 lalu, dengan jarak sekitar 0,09 AU (13,5 juta km) dari matahari.

Perihelion memengaruhi seberapa terang komet terlihat. Selama periode ini, C/2024 G3 (ATLAS) diperkirakan menjadi salah satu komet paling terang pada 2025, dengan magnitudo yang mungkin melebihi -3,5, setara dengan kecerahan planet Venus.

Komet C/2024 G3 (ATLAS) adalah komet non-periodik yang ditemukan pada 5 April 2024 oleh sistem survei Asteroid Terrestrial-impact Last Alert System (ATLAS) menggunakan teleskop reflektor 0,5 meter di Río Hurtado, Chili. Saat ditemukan, komet memiliki magnitudo 19 dan berjarak sekitar 4,38 AU dari Bumi.

Pengamatan lanjutan menunjukkan adanya koma difus dengan diameter sekitar 4,5 detik busur dan ekor lurus. Pada 30 Oktober 2024, komet mencapai magnitudo 11,9, terlihat dengan teleskop besar.

Pada pertengahan Desember 2024, kecerahannya meningkat ke magnitudo 8 dan terletak di konstelasi Scorpius, terlihat saat fajar di wilayah selatan dan ekuator. Menjelang akhir Desember, magnitudo komet dilaporkan antara 5 hingga 5,5, dengan koma berdiameter sekitar dua menit busur dan ekor sepanjang 18 menit busur.

Pada 2 Januari 2025, komet mengalami peningkatan kecerahan mendadak (outburst), dengan magnitudo mencapai 3,7 secara fotografis dan 3,2 secara visual. Pada 3 Januari, kecerahannya meningkat menjadi magnitudo 2–2,4, dan komet mulai terlihat dengan mata telanjang.

Pada 7 Januari, komet mencapai magnitudo pertama dengan ekor sepanjang 20 menit busur. Komet ini difoto dari Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS) pada 9 Januari 2025.

Awalnya, komet ini dianggap sebagai komet baru dari Awan Oort dengan peluang kecil untuk bertahan melewati perihelion. Namun, setelah orbitnya ditentukan lebih akurat, diketahui bahwa komet ini kemungkinan merupakan komet lama yang sebelumnya telah mendekati matahari.

Beberapa peneliti melaporkan bahwa komet ini mendekati matahari setiap 160.000 tahun. Namun, perhitungan orbit jangka panjang oleh JPL Horizons menunjukkan bahwa setelah pendekatan ke matahari pada tahun 2025, jarak aphelion komet akan lebih dari dua kali lipat dari sebelumnya, dengan periode orbit sekitar 600.000 tahun.

(Tifani)

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya