Liputan6.com, Jakarta - Sebuah komet langka bernama C/2024 G3 (Atlas) diperkirakan dapat terlihat di langit selama beberapa hari ke depan. Komet ini berada di titik terdekatnya dengan matahari atau perihelion, pada 13 Januari 2025 lalu, dengan jarak sekitar 0,09 AU (13,5 juta km) dari matahari.
Perihelion memengaruhi seberapa terang komet terlihat. Selama periode ini, C/2024 G3 (ATLAS) diperkirakan menjadi salah satu komet paling terang pada tahun 2025, dengan magnitudo yang mungkin melebihi -3,5, setara dengan kecerahan planet Venus.
Advertisement
Melansir laman NASA pada Kamis (16/01/2024), NASA menyebutkan bahwa memprediksi kecerahan komet tidak terlalu terang. Tetapi, ada kemungkinan komet ini cukup terang untuk dilihat dengan mata telanjang.
Advertisement
Baca Juga
Komet C/2024 G3 (ATLAS) adalah komet non-periodik yang ditemukan pada 5 April 2024 oleh sistem survei Asteroid Terrestrial-impact Last Alert System (ATLAS) menggunakan teleskop reflektor 0,5 meter di RÃo Hurtado, Chili. Saat ditemukan, komet memiliki magnitudo 19 dan berjarak sekitar 4,38 AU dari Bumi.
Pengamatan lanjutan menunjukkan adanya koma difus dengan diameter sekitar 4,5 detik busur dan ekor lurus. Pada 30 Oktober 2024, komet mencapai magnitudo 11,9, terlihat dengan teleskop besar.
Pada pertengahan Desember 2024, kecerahannya meningkat ke magnitudo 8 dan terletak di konstelasi Scorpius, terlihat saat fajar di wilayah selatan dan ekuator. Menjelang akhir Desember, magnitudo komet dilaporkan antara 5 hingga 5,5, dengan koma berdiameter sekitar dua menit busur dan ekor sepanjang 18 menit busur.
Pada 2 Januari 2025, komet mengalami peningkatan kecerahan mendadak (outburst), dengan magnitudo mencapai 3,7 secara fotografis dan 3,2 secara visual. Pada 3 Januari, kecerahannya meningkat menjadi magnitudo 2–2,4, dan komet mulai terlihat dengan mata telanjang.
Pada 7 Januari, komet mencapai magnitudo pertama dengan ekor sepanjang 20 menit busur. Komet ini difoto dari Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS) pada 9 Januari 2025.
Awalnya, komet ini dianggap sebagai komet baru dari Awan Oort dengan peluang kecil untuk bertahan melewati perihelion. Namun, setelah orbitnya ditentukan lebih akurat, diketahui bahwa komet ini kemungkinan merupakan komet lama yang sebelumnya telah mendekati matahari.
Beberapa peneliti melaporkan bahwa komet ini mendekati matahari setiap 160.000 tahun. Namun, perhitungan orbit jangka panjang oleh JPL Horizons menunjukkan bahwa setelah pendekatan ke matahari pada tahun 2025, jarak aphelion komet akan lebih dari dua kali lipat dari sebelumnya, dengan periode orbit sekitar 600.000 tahun.
Penduduk belahan bumi Selatan, termasuk Indonesia, memiliki peluang terbaik untuk mengamati komet ini. Kita bisa melihat ke arah cakrawala timur sebelum matahari terbit, atau ke arah cakrawala barat setelah matahari terbenam beberapa hari setelah perihelion.
Namun, ia menambahkan bahwa kecerahan komet sulit dipastikan dan bisa saja lebih redup dari perkiraan. Untuk penduduk di belahan bumi utara, pengamatan mungkin lebih sulit karena posisi komet yang relatif dekat dengan matahari.
(Tifani)