Liputan6.com, Singapura City - Hubungan Amerika Serikat (AS) dan China diketahui pasang surut. Hal itu memancing reaksi Perdana Menteri Singapura Lawrence Wong, yang kemudian memperingatkan potensi terjadinya 'perang dunia ketiga' jika kedua negara memaksa seluruh dunia untuk memihak.
Laporan The Fortune yang dikutip Minggu (26/1/2025) menyebut bahwa pemimpin Singapura itu berpikir perpecahan penuh antara Washington dan Beijing tidak mungkin terjadi, namun memperingatkan bahwa bencana akan terjadi jika kedua belah pihak tidak dapat akur—dan menyeret seluruh dunia bersama mereka.
Advertisement
Baca Juga
Pandangan itu disampaikan PM Singapura Lawrence Wong pada sebuah acara di Universitas Nasional Singapura hari Selasa (21/1), ketika ditanya apa arti masa jabatan kedua Donald Trump atau Donald Trump jilid 2 bagi kawasan.
Advertisement
Menurut Straits Times, Wong menyatakan bahwa meskipun AS dan China bersaing untuk menjadi pemimpin global, baik Washington maupun Beijing tidak menginginkan perang.
Namun, PM Wong memperingatkan bahwa negara-negara seperti Singapura tidak boleh dipaksa untuk memihak, bergabung dengan blok AS atau blok China. "Langkah seperti itu dapat membawa dunia ke ambang perang dunia ketiga," katanya.
Meskipun telah memperingatkannya, Wong mengatakan pada hari Selasa (21/1) bahwa ia merasa tidak mungkin hubungan antara AS dan China akan menjadi begitu buruk hingga memicu "perang dunia ketiga."
"Jika AS memutuskan hubungan dengan China, hal itu akan sangat merugikan ekonomi AS dan warga negara Amerika. Banyak barang yang diproduksi dan diimpor AS untuk rakyatnya berasal dari China, jadi saya tidak melihat bagaimana pemisahan sepenuhnya dapat terjadi pada tahap ini," Mothership.sg, media lokal lainnya, melaporkan pernyataan Lawrence Wong.
Adapun pada hari Selasa (21/1), Donald Trump mengemukakan kemungkinan tarif baru sebesar 10% untuk barang-barang China paling cepat pada tanggal 1 Februari, yang akan menjadi langkah pertama dalam kemungkinan perang dagang baru antara AS dan China. Pada hari Rabu, pejabat China menegaskan kembali bahwa “tidak ada pemenang dalam perang dagang atau tarif.”
Perusahaan global terus bergantung pada China untuk rantai pasokan mereka. Para ahli mencatat bahwa China masih menjadi satu-satunya negara yang dapat memproduksi produk rumit, seperti motherboard dan elektronik, dalam skala besar dan dengan biaya rendah. Pengecer AS juga bergantung pada China untuk impor murah.
PM Singapura Singgung Konflik AS, China dan Asia Tenggara
PM Wong menambahkan, masalah juga dapat terjadi di sekitar titik-titik panas geopolitik seperti Laut China Selatan atau Selat Taiwan.
Diketahui bahwa Beijing mengklaim hampir seluruh Laut China Selatan, yang menyebabkan sengketa teritorial dengan negara-negara Asia Tenggara seperti Filipina dan Vietnam. Dalam beberapa tahun terakhir, China juga telah mencoba untuk mendukung klaimnya dengan membangun pulau-pulau buatan atau mengganggu kapal-kapal dari negara-negara pesaing.
Sementara itu, Washington sering mengkritik tindakan China di Laut China Selatan, terutama yang dilakukan terhadap Filipina, sekutu AS. Angkatan Laut AS juga sering melakukan latihan kebebasan navigasi melalui Laut China Selatan, yang tidak disetujui Beijing.
Sebagian besar negara-negara Asia Tenggara telah mencoba untuk menjaga hubungan baik dengan AS dan China, dengan berpegang pada kebijakan non-blok. Beberapa negara di kawasan tersebut menjaga hubungan keamanan yang kuat dengan Washington, namun China adalah mitra dagang terbesar di kawasan tersebut.
Advertisement