Liputan6.com, Washington, DC - Yunani kuno tidak hanya memberikan catatan awal tentang demokrasi dan filosofi Barat, namun juga menyumbang pada penemuan polusi timbal.
Peneliti yang mempelajari inti sedimen yang diambil dari daratan Yunani dan Laut Aegea mengidentifikasi bukti polusi timbal tertua yang tercatat, yang berasal dari sekitar 5.200 tahun yang lalu.
Advertisement
Penemuan ini 1.200 tahun lebih awal dibandingkan catatan polusi timbal tertua sebelumnya, yang ditemukan di rawa gambut di Serbia. Hal ini seperti dilaporkan oleh AP, Sabtu (1/2/2025).
Advertisement
Pada zaman kuno, timbal dilepaskan ke atmosfer sebagai produk sampingan dari peleburan bijih tembaga dan perak. Logam beracun ini kemudian mengendap sebagai debu dan turun ke tanah.
"Perak digunakan untuk perhiasan dan objek-objek khusus — namun tidak ditemukan dalam keadaan murni, melainkan ditambang dalam bentuk bijih yang tercampur dengan timbal," kata Joseph Maran, arkeolog dari Universitas Heidelberg yang juga penulis bersama studi baru yang diterbitkan pada Kamis (30/1) di Communications Earth and Environment.
Situs dengan tanda-tanda polusi timbal tertua terletak di bagian timur laut Yunani, dekat Pulau Thasos. Bukti arkeologis sebelumnya menunjukkan bahwa Thasos adalah salah satu situs paling penting di kawasan ini untuk penambangan perak dan pengerjaan logam.
"Timbal yang dilepaskan dari peleburan adalah bentuk pertama polusi industri atau beracun di dunia," ungkap Joseph Manning, sejarawan dari Yale yang tidak terlibat dalam studi ini.
Penaklukan Semenanjung Yunani
Para peneliti menemukan bahwa tingkat polusi timbal tetap cukup rendah dan terlokalisasi di Yunani kuno, yang dianggap sebagai tempat lahirnya peradaban Eropa, sepanjang Zaman Perunggu, Periode Klasik, dan Periode Helenistik.
Periode Klasik sendiri terkenal dengan demokrasi Athena, Socrates, dan Plato, sedangkan periode Helenistik menyaksikan puncak pengaruh budaya Yunani di seluruh kawasan Mediterania.
Temuan peneliti mengungkap pula bahwa sekitar 2.150 tahun lalu, terjadi lonjakan yang sangat tajam dan tiba-tiba dalam emisi timbal yang disebabkan oleh aktivitas manusia di seluruh Yunani, yang diperkirakan terkait dengan penaklukan Romawi atas Semenanjung Yunani.
"Pada saat itu, sekitar 146 SM, pasukan Romawi menaklukkan Semenanjung Yunani, yang mengubah masyarakat dan ekonomi wilayah tersebut," kata Andreas Koutsodendris, penulis bersama studi dari Universitas Heidelberg.
Seiring berkembangnya perdagangan, koloni, dan pengiriman Romawi di seluruh Laut Mediterania dan Laut Hitam, permintaan akan koin perak meningkat pesat, yang memerlukan peleburan perak dan menghasilkan timbal.
Kemudian, Kekaisaran Romawi mulai menggunakan timbal untuk berbagai keperluan, termasuk perkakas meja dan konstruksi bangunan, seperti pipa.
Penelitian sebelumnya, termasuk analisis inti es dari Greenland, telah mendeteksi tingkat timbal yang tinggi di seluruh belahan Bumi utara selama masa Romawi.
"Studi baru ini memberikan gambaran yang lebih spesifik dan lokal tentang bagaimana kadar timbal berubah," kata Nathan Chellman, ilmuwan lingkungan dari Universitas Nevada yang tidak terlibat dalam penelitian ini.
Advertisement