Terapi Ozon, Mencegah dan Mengurangi Risiko Penyakit

Sejumlah cara bisa dilakukan untuk mendapatkan tubuh sehat. Salah satunya adalah dengan terapi ozon.

oleh Aditya Eka Prawira diperbarui 20 Mei 2014, 07:00 WIB
Diterbitkan 20 Mei 2014, 07:00 WIB
Therapy Ozone Stanford Medical Center Jakarta
Salah Satu Pasien Tengah Menjalani Terapi Ozon dengan Terapi Apheresis

Liputan6.com, Jakarta Sejumlah cara bisa dilakukan untuk mendapatkan tubuh sehat. Salah satunya adalah dengan terapi ozon. Tentu, cara ini akan berjalan maksimal bila Anda mampu menjaga dan merawat diri sendiri dengan sebaik-baiknya.

Ozon yang selama ini dikenal berada di udara bebas dengan konsentrasi kecil, dan merupakan komponen udara segar yang terjadi secara alami, sebagai hasil reaksi antara sinar ultraviolet dari matahari sebelum mencapai bumi, dapat dijadikan cara untuk membuat manusia terhindar dari penyakit berbahaya. Seperti penyakit jantung, diabetes, kegemukkan, dan penuaan dini.

Konsultan Kesehatan dari Ozone Therapy Standmed (Stanford Medical) Center, Abidin Siman, MBA menjelaskan, terapi yang berkembang pesat di Jerman ini adalah tekhnologi terapi yang memasukkan oksigen dan ozon gas ke dalam tubuh pasien. Besaran dosis yang akan dimasukkan, harus sesuai kebutuhan dan tak boleh lebih.

"Dan itu (proses memasukannya) tidaklah gampang. Karena, gas ozon itu `kan terbentuk secara alami, dan bagaimana di dalam terapi ini kita bisa mengatur oksigen itu," kata Abidin saat diwawancara Health Liputan6.com di Stanford Medical Center, Jalan Hang Lekir Nomor 9, Kebayoran Baru, Jakarta, Senin (19/5/2014)

"Oksigen itu adalah atom O2 dan ozon adalah O3. Jadi, O2 itu dipecah dengan listrik tegangan tinggi, kemudian atomnya berantakan. Saat lagi panik ada yang nyambung. Ada yang nyambung 3, ada nyambung 2. Tekhnologinya mengatur 3-nya ini mau berapa banyak. Kemudian, cepat-cepat pada saat itu kita salurkan dalam tubuh. Itulah terapi ozone," kata Abidin kembali menjelaskan.

Karena di dalam tubuh manusia berjumlah triliunan, sel-sel itu memerlukan oksigen yang cukup supaya semuanya itu berfungsi secara optimal. Dan ozone itu sendiri, kata Abidin, akan menghantam radikal bebas (racun), parasit, atau penyebar penyakit seperti virus, bakteri, dan kuman.

Sebelum perang dunia (PD) pertama, ozon sudah banyak digunakan di Jerman. Namun, kala itu, ozon dipakai untuk membersihkan alat-alat kedokteran. Di zaman sekarang, ozon banyak dipakai untuk penjernih air minum.

Di Rusia, Abidin menceritakan, sejumlah masyarakatnya meletakkan ozon ke dalam air yang ada di pemukimannya. Ozon itu bermanfaat untuk membunuh parasit, bakteri, dan virus yang akan melindungi masyakatnya dari berbagai macam penyakit. Dibanding sekarang, yang mana orang memilih menggunakan kaporit dan kapur, sudah tentu dengan ozon masih dianggap lebih baik.

Therapy Ozone Stanford Medical Center Jakarta

Tak hanya di Jerman, di Indonesia pun sudah banyak berdiri pusat terapi ozon yang telah berhasil membuat banyak orang memiliki harapan hidup lebih. Di Jakarta, salah satu yang dapat Anda kunjungi adalah Therapy Ozone Standford Medical Center yang terletak di kawasan Kebayoran Baru, Jakarta.

Yang menjadi pembeda di tempat ini, pihaknya bekerjasama dengan Russian Association of Ozone Therapy, yang mana asosiasi itu memiliki fakultas di Universitas yang terbilang besar.

"Yang mana, mereka banyak memiliki penelitian dan dokter-dokter di situ," kata Abidin menerangkan.

Sejak puluhan tahun, cerita Abidin, pemakaian ozon sudah dilakukan selama puluhan tahun, dan keseluruhan orang berkompeten di dalamnya adalah spesialis yang mampu memberikan materi terbaru secara berkala. "Salah satunya mesin terapi ozone terbaik di dunia, juga dimiliki oleh Rusia," kata dia menerangkan.

Untuk izinya, terapi ozon yang sudah berdiri sejak 2003 ini tidak memerlukan izin khusus, karena tergolong terapi komplementer. Hanya dipraktekkan oleh seorang dokter saja, terapi ini sudah dapat berjalan dan menerima pasien dengan segala macam keinginan, tanpa memerlukan dokter spesialis.

1.000 pasien kaki `ganggreng`

Selama 10 tahun berdiri di Jakarta, Stanford Medical Center sudah melakukan terapi terhadap 1.000 pasien dengan diabetes yang memiliki kondisi kaki `ganggreng` atau cukup mengkhawatirkan.

Kondisi kaki busuk akibat diabetes, dapat terhindar dari amputasi hanya dengan terapi ozon. Nantinya, kaki pasien akan dibungkus dengan air ozon yang akan menghasilkan gelembung dan dilakukan selama setengah jam. Dengan begitu, bakteri dan virus akan dibasmi, dan membuat kaki tak bau lagi.

"Granggeng menyerangnya cepat sekali dan sangat pesat. Saat datang ke sini bau sekali, tapi setelah dimasukkan selama setengah jam, baunya akan hilang," kata Abidin menceritakan.

Abidin menganggap, terapi ozon hanya mengobati pasien dari luar saja. Sedangkan pasien membutuhkan pengobatan dari dalam untuk menetralisis yang mampu membuat semua organ tubuh berfungsi secara optimal. Maka itu, nantinya pasien dapat mergulasi gula darah.

"Untuk jantung, kita bisa menurunkan kolesterol, tekanan darah, asam urat, dan menguatkan pompa jantung," kata Abidin menerangkan.

Di Therapy Ozone Stanford Medical Center ini, lanjut Abidin, ada terapi tambahan berupa pemberian vitamin C dengan memberikan suntikan infus. Suntikan vitamin C ini, sejalan dengan pencegahan penyakit untuk mengurangi risiko serangan jantung untuk meningkatkan daya tahan tubuh, agar daya tahan tubuhnya lebih kuat untuk menghadapi virus-virus yang siap menyerang tubuh.

"Jadi, alangkah baiknya seorang calon umrah atau haji dikasih terapi vitamin C dosis tinggi dulu, supaya daya tahan tubuhnya kuat, sampai di tanah suci vitaminnya dapat dikonsumsi," kata dia menerangkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya