Apa Kata Dokter Spesialis Mata Soal Bahaya Ablasio Retina?

Ablasio retina, kondisi medis darurat yang menyebabkan terlepasnya retina dari lapisan penyokongnya, dapat mengakibatkan kebutaan permanen jika tidak segera ditangani.

oleh Tim Disabilitas Diperbarui 11 Apr 2025, 15:18 WIB
Diterbitkan 11 Apr 2025, 15:18 WIB
penyebab mata bintitan
Ablasio retina, kondisi medis darurat yang menyebabkan terlepasnya retina dari lapisan penyokongnya, dapat mengakibatkan kebutaan permanen jika tidak segera ditangani. ©Ilustrasi dibuat AI... Selengkapnya

Liputan6.com, Jakarta Ablasio retina, atau terlepasnya retina, merupakan kondisi medis gawat darurat yang terjadi ketika retina, lapisan tipis di bagian belakang mata yang peka terhadap cahaya, terpisah dari lapisan penyokongnya (koroid). Kondisi ini mengancam penglihatan karena retina kehilangan suplai oksigen dan nutrisi, yang dapat menyebabkan kerusakan permanen, bahkan kebutaan. Penanganan segera sangat penting untuk mencegah komplikasi serius.

Berbagai faktor dapat menyebabkan ablasio retina, termasuk usia (risiko meningkat di atas 50 tahun), riwayat keluarga, miopia tinggi, cedera mata, operasi mata sebelumnya, dan penyakit mata lain seperti diabetes. 

Jenis ablasio retina meliputi ablasio retina regmatogenosa (robekan retina), ablasio retina eksudatif (penumpukan cairan), dan ablasio retina traksi (jaringan parut). Gejalanya beragam, mulai dari munculnya bercak hitam melayang, penglihatan kabur, bayangan gelap, kilatan cahaya, hingga penyempitan lapang pandang.

Menurut data dari Poliklinik Vitreoretina RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo, setiap tahun tercatat sekitar 1.500 kasus ablasio retina regmatogen di Indonesia. Mayoritas pasien berusia produktif, menyoroti urgensi penanganan dan pencegahan ablasio retina. "Ablasio retina adalah salah satu kondisi medis paling berbahaya bagi penglihatan," ujar dokter spesialis mata Andi Arus Victor, mengutip laman UI, Jumat (4/10/2024).

Penyebab Ablasio Retina

apa penyebab mata bengkak
Ablasio retina, kondisi medis darurat yang menyebabkan terlepasnya retina dari lapisan penyokongnya, dapat mengakibatkan kebutaan permanen jika tidak segera ditangani. ©Ilustrasi dibuat AI... Selengkapnya

Usia menjadi faktor risiko utama ablasio retina, terutama di atas 50 tahun. Riwayat keluarga dengan ablasio retina juga meningkatkan risiko. Miopia tinggi (rabun jauh) merupakan faktor risiko signifikan karena dapat menyebabkan robekan pada retina.

Cedera mata, baik ringan maupun berat, dapat menyebabkan robekan retina dan memicu ablasio. Operasi mata sebelumnya, terutama prosedur yang melibatkan vitreus, juga meningkatkan risiko. Penyakit mata seperti diabetes (retinopati diabetik) dan peradangan mata juga dapat menjadi penyebab.

Beberapa kondisi medis lain turut meningkatkan risiko ablasio retina. Misalnya, penyakit Coats, yang menyebabkan penumpukan lemak abnormal di retina, atau tumor mata. Penting untuk melakukan pemeriksaan mata secara rutin, terutama bagi mereka yang memiliki faktor risiko.

Gejala Ablasio Retina

Gejala ablasio retina seringkali muncul secara bertahap, namun terkadang juga tiba-tiba. Munculnya bercak hitam melayang di lapangan pandang (floaters) merupakan gejala umum yang sering diabaikan.

Penglihatan kabur, baik bertahap maupun mendadak, juga menjadi pertanda ablasio retina. Bayangan atau tirai gelap yang menutupi sebagian atau seluruh penglihatan merupakan gejala yang perlu diwaspadai.

Kilatan cahaya (fotopsia) dan penyempitan lapang pandang juga menjadi indikasi ablasio retina. Penting untuk diingat bahwa tidak semua penderita mengalami semua gejala ini. Konsultasikan dengan dokter mata jika Anda mengalami salah satu atau beberapa gejala di atas.

Apa Kata Dokter tentang Ablasio Retina

"Ablasio retina adalah salah satu kondisi medis paling berbahaya bagi penglihatan. Ketika retina terlepas dari lapisan di bawahnya, pasien bisa mengalami kebutaan mendadak," ungkap dokter spesialis mata Andi Arus Victor. Ia menekankan pentingnya deteksi dini dan penanganan cepat.

Andi juga menjelaskan faktor risiko ablasio retina, termasuk miopia, trauma mata, dan riwayat operasi katarak. Meskipun prosedur seperti vitrektomi dapat mengatasi kondisi ini, keterbatasan akses teknologi dan biaya menjadi tantangan di Indonesia.

Sebagai solusi yang lebih efisien dan preventif, Andi menyarankan upaya laser pada area degenerasi lattice di retina perifer. "Upaya laser pada area degenerasi lattice di retina perifer terbukti mampu menurunkan risiko ablasio retina hingga 80 persen. Ini adalah pilihan yang lebih ekonomis dan lebih mudah dilatih bagi tenaga medis dibandingkan dengan tatalaksana operatif," jelasnya. Andi menekankan pentingnya edukasi dan peningkatan akses pemeriksaan mata rutin.

Pencegahan Ablasio Retina

Pencegahan ablasio retina dapat dilakukan dengan berbagai cara, salah satunya adalah dengan deteksi dini dan pengobatan miopia tinggi. Miopia tinggi (minus tinggi) merupakan faktor risiko utama ablasio retina.

Penggunaan kacamata atau lensa kontak yang tepat dapat membantu mengontrol miopia. Namun, untuk miopia tinggi, koreksi permanen dengan lasik dapat menjadi pilihan. Lasik atau Laser Assisted In-Situ Keratomielusis, merupakan prosedur operasi laser untuk mengoreksi kelainan refraksi.

Selain lasik, pemeriksaan mata secara rutin sangat penting, terutama bagi mereka yang memiliki faktor risiko. Deteksi dini dapat membantu mencegah komplikasi serius. Perawatan kondisi mata lainnya juga penting untuk mengurangi risiko ablasio retina.

Cara Mengatasi Ablasio Retina

Pengobatan ablasio retina bertujuan untuk merekatkan kembali retina ke lapisan penyokongnya. Metode pengobatan yang umum digunakan adalah pembedahan (vitrektomi).

Metode lain yang dapat digunakan meliputi krioterapi (pembekuan), fotokoagulasi laser, pneumatic retinopexy (menggunakan gas), dan scleral buckling (menempatkan silikon band di luar mata). Pemilihan metode pengobatan bergantung pada jenis dan keparahan ablasio retina. 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

EnamPlus

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya