Liputan6.com, Georgia Beberapa orangtua memilih menghukum anaknya jika berbuat salah atau dianggap nakal. Di Georgia, Russell Fredrick, memiliki cara berbeda dalam menghukum anaknya. Ia memilih mencukur anaknya dengan membotaki hanya bagian atas, seperti pria yang mengalami kebotakan.
Fredrick (34), yang merupakan tukang cukur dan ayah dari tiga anak kebingungan ketika putranya Rushawn (12) bertindak di luar batas dan bermasalah di sekolah. Ia kemudian memotong rambut anaknya, dengan benar-benar botak di bagian mahkota dan di sisi-sisinya tetap berambut.
Fredrick mencukur rambut anaknya dan kemudian menunjukkan kepada anaknya gambar orang tua yang dimainkan Brad Pitt dalam film The Curious Case of Benjamin Button. Menurutnya, jika anak-anak ingin `bertindak dewasa`, mereka harus melihat bagiannya.
"Saya menunjukkan kepadanya dan saya mengatakan kepadanya, ini adalah kamu jika seperti ini terus," kata Fredrick kepada WXIA.
"Dia tak menginginkannya sehingga ia berubah," katanya seperti dilansir Nypost, Sabtu (7/2/2015).
Tukang cukur itu melihat hasilnya langsung dari Rushawn. Alhasil, ia memutuskan menawarkan potongan rambut tersebut di salonnya di pinggiran Kota Atlanta, A-1 Kutz, tiga hari dalam seminggu dan gratis.
"Ada beberapa orang yang mengatakan itu pelecehan emosional; tapi rata-rata, semua orang bertepuk tangan kepada ibu yang membawa anaknya dan bertepuk tangan ke saya juga, "kata Frederick.
Fredrick melakukan ini agar tak bersikap nakal. Namun, apakah ini cara efektif menegakkan disiplin?
Bahayakah?
Bahayakah?
Beberapa ahli mengkhawatirkannya. Bagaimana pun ini akan mempermalukan anak dan bisa berkonsekuensi dengan hal-hal yang tak diinginkan.
"Ini mungkin memberikan efek sementara dengan perubahan perilaku, tetapi ada juga yang memberikan efek yang lebih dalam atau lebih abadi pada citra diri anak," kata pekerja sosial klinis Wanda Wheeler.
Sementara Ahli Parenting Amy McCready, taktik ini tidak hanya memperkuat gagasan bahwa orangtua tidak bisa dipercaya, tetapi juga mengajarkan anak-anak untuk membuat keputusan berdasarkan rasa takut.
"Kita ingin anak-anak membuat pilihan dari dirinya bukan karena takut akan hukuman yang memalukan," kata McCready.
Penulis Psychology Today Peggy Drexler menegaskan, yang paling penting untuk diingat adalah disiplin dan hukuman bukan satu hal yang sama.
"Tugas orangtua adalah untuk membantu anak-anak mengembangkan strategi positif untuk mengekspresikan perasaan dan kebutuhan, dan menetapkan batas-batas mereka sendiri, bagian dari yang mencakup belajar tentang konsekuensi," tulis Dr. Drexler.
Advertisement