Liputan6.com, Jakarta Disfungsi seksual akibat diabetes terjadi bukan hanya pada pria, tapi juga pada wanita. Repotnya, banyak yang tidak menyadari dirinya mengidap penyakit kencing manis itu, sehingga disfungsi seksual tak dapat dicegah. Disfungsi (gangguan fungsi) seksual dapat disebabkan oleh berbagai faktor, yang pada dasarnya dapat dikelompokkan menjadi faktor fisik dan faktor psikis. Beberapa faktor yang tergolong dalam faktor fisik ialah penyakit atau gangguan fungsi tubuh, obat-obatan dan akibat operasi di daerah kelamin.
Salah satu penyakit yang banyak terjadi di masyarakat dan acapkali mengakibatkan disfungsi seksual ialah penyakit diabetes mellitus (kencing manis). Disfungsi seksual akibat penyakit ini dapat terjadi pada wanita dan pria. Pada diabetes terjadi gangguan metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein.
Baca Juga
Dalam perjalanannya, penyakit ini kemudian menimbulkan komplikasi pada banyak organ tubuh, termasuk fungsi seksual. Jaringan saraf di seluruh tubuh, termasuk pada kelamin, mengalami gangguan yang disebut neuropathy. Akibatnya fungsi persyarafan seksual menjadi terganggu, yang mengakibatkan fungsi seksual terganggu.
Advertisement
Selain itu dinding pembuluh-pembuluh darah, termasuk pada kelamin, mengalami kerusakan yang disebut angiopathy. Akibatnya fungsi pembuluh darah menjadi terganggu, padahal fungsi pembuluh darah sangat penting bagi fungsi seksual, baik pada pria maupun wanita. Di samping itu, diabetes juga menimbulkan gangguan fungsi otot polos dan lapisan endotel, pada ruang-ruang pembuluh darah di dalam penis.
Wanita Gagal Orgasme
Wanita Gagal Orgasme
Akibat diabetes pada fungsi seksual wanita baru diketahui melalui laporan data kasus pada tahun 1971. Gangguan fungsi seksual pada wanita penderita diabetes ialah kesulitan atau kegagalan mencapai orgasme (disfungsi orgasme). Gangguan mencapai orgasme ini berpangkal pada penebalan dinding pembuluh darah, termasuk pembuluh-pembuluh darah kecil, yang menyebabkan gangguan lubrikasi (perlendiran) vagina.
Dalam keadaan normal, salah satu reaksi seksual awal pada wanita ialah terjadinya lubrikasi vagina. Lubrikasi vagina terjadi sebagai akibat bendungan aliran darah pada vagina ketika wanita menerima rangsangan seksual yang cukup, baik fisik maupun psikis. Bendungan aliran darah menyebabkan proses transudasi, berupa perembesan cairan melalui dinding pembuluh darah, sehingga menimbulkan lubrikasi pada vagina. Karena terjadi lubrikasi vagina, maka hubungan seksual dapat berlangsung dengan optimal, sehingga wanita tidak mengalami hambatan dan dapat mencapai orgasme. Tetapi pada diabetes, aliran darah ke vagina menjadi terhambat karena terjadi angiopathy.
Akibatnya proses transudasi terganggu, dan lubrikasi vagina juga terhambat sehingga sangat sedikit, bahkan tidak terjadi sama sekali. Lebih jauh hubungan seksual menjadi terganggu karena wanita merasa sakit, dan mengakibatkan kegagalan mencapai orgasme. Di samping itu, kerusakan jaringan syaraf akibat diabetes mengakibatkan kenaikan nilai ambang rangsangan, sehingga wanita yang mengalami penyakit ini tidak mudah atau sulit terangsang.
Akibatnya, reaksi seksual tidak terjadi, dan orgasme gagal dicapai. Untuk dapat mencapai orgasme, diperlukan taraf rangsangan yang lebih tinggi dari biasanya. Ini tidak selalu mudah dilakukan oleh pasangannya, apalagi mengingat yang bersangkutan sedang menderita suatu penyakit. Pada wanita penderita diabetes, infeksi vagina mudah terjadi, baik infeksi oleh jamur maupun bakteri.
Pada umumnya infeksi vagina sering kambuh, dan juga merupakan penyebab gangguan hubungan seksual sehingga wanita mengalami disfungsi orgasme. Pada beberapa wanita penderita diabetes, ada satu hal lain yang menjadi penyebab psikis disfungsi orgasme, yaitu ketakutan terjadi kehamilan yang dihubungkan dengan diabetes. Alasannya, kehamilan yang terjadi pada wanita dengan diabetes mengandung risiko terjadinya cacat bawaan pada bayi.
Perasaan takut inilah yang merupakan penyebab psikis yang menghambat hubungan seksual, sehingga wanita penderita diabetes mengalami disfungsi orgasme.
Advertisement
Pria Ejakulasi ke Belakang
Pria Ejakulasi ke Belakang
Pada pria, disfungsi seksual yang dapat timbul akibat diabetes ialah disfungsi ereksi dan ejakulasi ke belakang (retrograde ejaculation). Sebenarnya tentang diabetes yang ada hubungannya dengan disfungsi ereksi, telah dikenal hampir 200 tahun yang lalu.
Sekitar 40-60% pria penderita diabetes mengalami disfungsi ereksi. Terjadinya disfungsi ereksi pada diabetes bergantung pada keadaan diabetes yang mengganggu penderita, apakah dikontrol atau tidak dikontrol. Di samping itu usia penderita juga mempengaruhi. Penderita diabetes dengan kontrol diet yang ketat, lebih kecil kemungkinannya mengalami disfungsi ereksi dibandingkan dengan yang tidak melakukan kontrol diet.
Pengaruh usia penderita terhadap terjadinya disfungsi ereksi tampak pada data berikut ini. Pada usia duapuluh sampai tigapuluhan, sekitar 25-30% penderita diabetes mengalami disfungsi ereksi. Tetapi pada usia di atas 50 tahun, sekitar 50-70% mengalami disfungsi ereksi. Ada tiga hal penting yang menyebabkan disfungsi ereksi pada penderita diabetes.
Pertama, terjadinya neuropathy pada jaringan syaraf di seluruh tubuh, khususnya di dalam penis. Kedua, terjadinya angiopathy di seluruh tubuh, khususnya pada pembuluh-pembuluh darah penis. Ketiga, gangguan fungsi otot polos dan lapisan endotel pada ruang-ruang pembuluh darah penis. Perubahan-perubahan inilah yang menjadi penyebab utama terjadinya disfungsi ereksi pada penderita diabetes.
Selain itu neuropathy dapat juga menimbulkan retrograde ejaculation (ejakulasi ke belakang), yaitu penyemprotan sperma menuju ke kandung kencing, bukan ke luar seperti dalam keadaan normal. Dalam keadaan normal, ketika pria mencapai orgasme dan mengalami ejakulasi, otot pada lubang keluar kandung kencing menutup rapat sehingga sperma tidak masuk ke dalamnya, melainkan disemprotkan keluar melalui saluran kencing. Akibat neuropathy pada diabetes, otot pada lubang kandung kencing tidak dapat menutup rapat ketika terjadi orgasme dan ejakulasi. Maka sperma masuk ke dalam kandung kencing, tidak dikeluarkan melalui saluran kencing.
Gangguan ejakulasi ini didapatkan pada sekitar 1-2% penderita diabetes. Akibat lebih lanjut ejakulasi ke belakang ini ialah, penderita tidak mampu menghamili istrinya. Mana mungkin mampu menghamili, walaupun mampu berhubungan seksual, kalau sperma tidak mengalir ke luar melainkan ke dalam kandung kencing? Sperma yang masuk ke dalam kandung kencing, kemudian akan mengalir keluar bersama aliran kencing. Dan walaupun tidak merasakan adanya sperma yang keluar, penderita retrograde ejaculation tetap merasakan orgasme.
Perlu Petunjuk Ahli
Perlu Petunjuk Ahli
Penyakit diabetes memang dapat berakibat sangat luas bagi penderitanya. Gangguan fungsi seksual, baik pada wanita maupun pria, hanyalah satu dari akibat yang banyak itu. Tetapi tidak sedikit yang baru terungkap mengidap diabetes setelah mengeluh mengalami disfungsi seksual. Tidak sedikit wanita yang mengeluh sakit setiap kali melakukan hubungan seksual, kemudian baru diketahui ternyata mengalami diabetes. Di sisi lain, banyak pria yang mengalami disfungsi ereksi tidak menyadari bahwa penyebabnya adalah diabetes.
Dalam ketidaktahuan tentang penyebab masalah seksual ini, sungguh sangat merugikan jika berbagai upaya yang dilakukan tanpa petunjuk tenaga ahli. Bahkan bukan tidak mungkin upaya yang dilakukan justru semakin memperberat penyakit diabetes sebagai penyebabnya. Sebagai contoh, upaya sebagian pria yang mengonsumsi susu dicampur telur dan madu untuk mengatasi masalah disfungsi ereksinya.
Bayangkan, kalau penyebab disfungsi ereksinya adalah diabetes. Tentu diabetesnya menjadi tidak terkontrol, dan disfungsi ereksinya menjadi semakin berat justru karena telur dan madu. Penanganan gangguan fungsi seksual akibat diabetes tidak dapat dipisahkan dari penanganan penyakit diabetes yang menjadi dasar penyebabnya.
Pada dasarnya penanganan gangguan fungsi seksual akibat diabetes adalah:
1) mengontrol kadar gula dalam batas normal dengan obat, diet, dan olahraga yang telah ditentukan secara ilmiah,
2) memperbaiki fungsi pembuluh darah dan syaraf dengan bantuan obat yang benar,
3) pada disfungsi ereksi, diberikan obat untuk membantu memperbaiki ereksi secara ilmiah kedokteran,
4) pada wanita dapat digunakan bahan pelicin vagina untuk menghindari rasa sakit,
5) bila diperlukan, pada disfungsi ereksi dapat dilakukan operasi pemasangan prosthesis sebagai upaya terakhir. Tentu saja mencegah agar jangan sampai terjadi disfungsi seksual, pasti lebih baik bagi penderita diabetes.
Upaya pencegahan yang dapat dilakukan penderita diabetes agar tidak mengalami disfungsi seksual ialah:
1) mengontrol kadar gula darah dengan obat, diet, dan olahraga, dan
2) memperbaiki fungsi pembuluh darah dan syaraf dengan obat yang benar. Tetapi masalahnya, tidak semua penderita diabetes menyadari dirinya mengalami penyakit itu. Justru tidak sedikit yang baru menyadari dirinya menderita diabetes setelah mengalami disfungsi seksual. Kalau begini, memang sulit melakukan upaya pencegahan.Â
Advertisement