Liputan6.com, London - Kita biasa mendengar upaya pencangkokan alias transplantasi hati, ginjal, kornea, sumsum tulang belakang, hingga sel otak. Namun bagaimana dengan transplantasi kepala? Ya, seorang dokter bedah asal Italia memiliki rencana untuk melakukan tindakan operasi kontroversial ini untuk pertama kali.
Sergio Canavero telah memiliki rencana optimis sekaligus berani untuk melakukan tindakan transplantasi pertama di dunia. Meski sebagian ilmuwan menganggapnya skeptis.
Ide ini pertama kali diusulkan pada 2013. Lewat upaya ini, Sergio ingin memperpanjang kehidupan orang-orang yang memiliki otot dan saraf telah rusak.
Advertisement
Ia mengklaim bisa menghadapi tantangan utama tindakan operasi ini seperti mengenai penyambungan sumsum tulang belakang dan penolakan sistem kekebalan tubuh terhadap kepala yang ditransplantasi. Operasi penuh tantangan dan tinggi risiko ini rencananya siap dilakukan pada 2017.
Orang pertama yang terpilih menjadi subjek tindakan penelitian ini adalah pria Rusia bernama Valery Spridinov. Valery menderita penyakit langka genetik Werdnig-Hoffman yang membuat saraf di tubuhnya tidak berfungsi seperit orang normal. Ia bersedia untuk menjalanai prosedur beresiko untuk memberikan kesempatan dirinya hidup dalam tubuh sehat.
"Apakah saya takut? Tentu saja. Namun ini tidak hanya menakutkan tapi juga sangat menarik," terang Spiridinov
Transplantasi kepala tersebut dilakukan dengan cara mengambil kepala seseorang yang mengalami penyakit degeneraitf lalu melakukan pencangkokan ke tubuh seseorang yang otaknya sudah mati namun tubuhnya masih berfungsi seperti dikutip dari laman Independent, Selasa (15/9/2015).
Prosedur ini pertama kali pernah dilakukan pada 1970 pada monyet. Namun ahli bedah tidak turut melakukan transplantasi pada sumsum tulang belakang, sehingga ia tidak dapat bergerak. Namun ia hanya bisa hidup selama sembilan hari. Ia meninggal karena sistem tubuhnya menolak kepala yang ditransplantasikan.
Kira-kira seperti ini rencana transplantasi kepala yang dilakukan Sergio.