Motif Batik Fosil Trinil, Karya Baru Batik Modern

Seorang warga Kabupaten Ngawi, Jawa Timur menciptakan sebuah motif untuk kain batik dengan bentuk fosil Situs Trinil

oleh Liputan6 diperbarui 02 Okt 2015, 06:30 WIB
Diterbitkan 02 Okt 2015, 06:30 WIB
20151001-Batik-Kudus
Busana batik Kudus rancangan desainer Denny Wirawan saat pagelaran fashion dan pembukaan pop-up store di Jakarta, Rabu (30/9/2015). Menyambut hari Batik Nasional retail Balijava meluncurkan koleksi Batik Kudus. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta Seorang warga Kabupaten Ngawi, Jawa Timur menciptakan sebuah motif untuk kain batik dengan bentuk fosil Situs Trinil yang menjadi ciri khas daerah kabupaten setempat.

Pencipta motif batik fosil tersebut adalah Budi Siwi Riyanati, warga Desa Munggut, Kecamatan Padas, Kabupaten Ngawi. Ia telah membuat batik tulis dengan motif-motif yang menjadi ciri khas dan keunikan Ngawi, di antaranya, fosil purbakala yang banyak ditemukan di Situs Trinil di tepian Bengawan Solo.

"Saya menggunakan bentuk fosil seperti tulang untuk dijadikan motif batik ciri khas Kabupaten Ngawi. Alhamdulillah banyak yang suka," ujar perajin batik fosil, Budi Siwi, kepada wartawan di Ngawi, Senin.

Menurut dia, penggunaan motif fosil tersebut, terinspirasi dari berbagai macam fosil yang banyak ditemukan di Situs Trinil. Dari situ, Budi Siwi lalu menciptakan motif batik fosil yang dipadupadankan dengan motif daun, sulur, dan lainnya.

Tidak hanya motif fosil, pihaknya juga membuat motif lain yang merupakan ikon Kabupaten Ngawi. Di antaranya, Benteng Pendem Ngawi dan daun jati.

Budi Siwi menjelaskan, pembuatan batik motif fosil tersebut telah ia jalani sejak belasan tahun yang lalu. Namun seiring waktu, hanya usaha batiknya yang masih bertahan dan mampu menembus pasar luar wilayah Ngawi.

Dalam satu bulan, usaha industri rumah tangga batiknya mampu memproduksi batik tulis hingga 200 lembar dengan berbagai moif. Sedangkan batik yang paling banyak disukai adalah bermotif fosil.

Adapun, satu lembar batiknya dihargai bervariasi mulai dari Rp70 ribu hingga Rp1 juta tergantung kesulitan motif dan bahan kain batiknya.

"Ada yang terbuat dari kain sutera, sehingga hasil batiknya lebih halus. Harganya bisa mencapai ratusan ribu hingga satu juta Rupiah," ungkapnya.

Salah satu pengunjung gerai batik setempat, Argo mengatakan sangat terkesan dengan batik motif fosil hasil produksi kerajinan batik pimpinan Budi Siwi. Ia menilai batik motif fosil sangat unik.

"Saya penasaran dengan batik motif fosil. Setelah saya datangi tempatnya dan melihat, ternyata memang unik. Selama ini motif batik cenderung umum berupa daun ataupun sulur, namun motif fosil ini berbeda. Yakni ada gambar tulangnya yang digabung dengan daun dan bunga," tuturnya.

Karena banyaknya peminat, omzet Budi Siwi setiap bulannya bisa mencapai Rp30 juta. Selain dapat meningkatkan kesejahteraan keluarga, Budi Siwi juga mampu memberi lapangan pekerjaan para ibu rumah tangga di desanya. Hingga kini, jumlah karyawan Budi Siwi sudah mencapai 13 orang.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya