Kenapa Sulit Tidur di Tempat Baru?

Ketika Anda mencoba untuk tidur ditempat baru, sebagian dari otak Anda menjadi waspada untuk ancaman potensial.

oleh Melodia diperbarui 08 Mei 2016, 18:29 WIB
Diterbitkan 08 Mei 2016, 18:29 WIB
Kenapa Sulit Tidur di Tempat Baru?
Ketika Anda mencoba untuk tidur ditempat baru, sebagian dari otak Anda menjadi waspada untuk ancaman potensial.

Liputan6.com, Jakarta Ketika Anda mencoba untuk tidur ditempat baru, sebagian dari otak Anda menjadi waspada untuk ancaman potensial. Demikian menurut temuan studi terbaru.

Temuan tersebut dapat membantu menjelaskan mengapa banyak orang tidak bisa tidur dengan nyenyak pada malam pertama mereka di hotel, laboratorium tidur, atau lokasi baru apapun.

“Ada perkataan di Jepang, ‘jika Anda mengganti bantal Anda, Anda tidak akan bisa tidur’,” ujar Yuka Sasaki, profesor rekanan peneliti Cognitive Linguistic and Psychological Sciences pada University of Rhode Island dalam rilis berita universitas. “Anda tidak akan tidur nyenyak ditempat baru. Kita semua mengetahui itu.” Seperti dilansir dari laman Health, Minggu (8/5/2016).

Para peneliti mengukur aktivitas otak pada 35 orang lebih dari dua malam tertidur pada laboratorium penelitian tidur, terpisah jarak seminggu.

Di antara seluruh partisipan, pada malam pertama, satu jaringan tertentu pada belahan kiri otak menunjukkan aktivitas berlebih daripada belahan kanan. Hal ini dialami partisipan ketika berada dalam fase tidur dalam yang bernama slow-wave sleep, ujar para peneliti.

Ketika diberikan sebuah stimulan suara pada telinga kanan partisipan untuk menstimulasi otak sebelah kiri, mereka lebih berpeluang terbangun dan waspada daripada jika suara tersebut dimainkan pada telinga kiri untuk menstimulasi otak sebelah kanan.

Pada malam kedua di laboratorium tidur, tidak ada perbedaan aktivitas yang signifikan pada otak sebelah kiri maupun kanan, bahkan tidak ada perbedaan pada jaringan yang diaktifkan pada malam pertama.

Dalam hari itu, jaringan tersebut-atau mode standar jaringan-cenderung untuk terus bekerja ketika otak pada posisi yang cukup siaga, ujar para peneliti.

Studi ini dipublikasikan pada 21 April lalu pada jurnal Current Biology.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya