2 Makanan yang Wajib Diperkenalkan ke Anak Sejak Kecil

Bantu cegah potensi anak miliki alergi saat dewasa dengan membiasakannya konsumsi dua jenis makanan ini.

oleh Gina MelaniAdanti Pradita diperbarui 26 Sep 2016, 09:00 WIB
Diterbitkan 26 Sep 2016, 09:00 WIB
Asupan anak bayi
Bantu cegah potensi anak miliki alergi saat dewasa dengan membiasakannya konsumsi dua jenis makanan ini.

Liputan6.com, Jakarta Sejumlah ilmuwan di beberapa negara telah melaksanakan lebih dari 150 penelitian yang dilakukan secara terpisah untuk menganalisa isu terkait jenis asupan penting dan layak untuk diperkenalkan pada anak usia bayi hingga balita.

Melansir dari berbagai sumber, Senin (26/9/2016), kesimpulan yang disampaikan oleh para ilmuwan setelah menganalisa sekaligus mengevaluasi ratusan studi yang melibatkan setidaknya 200 ribu anak itu adalah, anak usia bayi, khususnya yang sedang mengalami fase memasuki usia 1 tahun sangat penting untuk diperkenalkan langsung pada dua jenis makanan yaitu, telur dan kacang.

Pasalnya kedua jenis makanan tersebut diyakini mampu mengurangi risiko seseorang terkena alergi akibat makanan-makanan tertentu, contohnya pada telur dan kacang itu sendiri.

Studi ini menjelaskan apa yang akan terjadi jika makanan tertentu diperkenalkan kepada anak-anak selama tahun pertama kehidupan mereka.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa anak-anak yang diberi makan telur ketika usianya 4 hingga 6 bulan kemungkinannya kecil untuk terserang alergi telur dibandingkan mereka yang baru mengenal jenis asupan ini saat usia melampaui batas balita.

Selain itu, anak-anak yang diberi makan kacang atau apa pun sejenisnya (seperti selai kacang) ketika mereka berusia 4 sampai 11 bulan lebih kecil kemungkinannya untuk mengembangkan alergi terhadap kacang, dibandingkan dengan mereka yang baru mulai menyukainya atau baru diperkenalkan soal rasa dan manfaatnya untuk kesehatan tubuh di kemudian hari.

"Alergi yang paling umum dimiliki anak ada dua yaitu, pada telur dan kacang. Memperkenalkan buah hati pada kedua jenis makanan tersebut sejak dini sekaligus membuatnya terbiasa mengonsumsinya akan bantu mereka lebih kuat dan kebal dari ancaman alergi saat mereka dewasa nanti," Salah seorang peneliti di Imperial College London, Inggris, Robert Boyle menuturkan.

Akan tetapi, ada beberapa kasus di mana sang anak memang terlahir dengan kadar sensitif pada tubuh yang melampaui batas normal hingga berpotensi memiliki alergi yang mana membuatnya tidak bisa mengonsumsi segala jenis asupan sesuka hati.

Ini berarti, meski telur dan kacang tergolong bagus untuk dikonsumsi anak sejak usia dini untuk menghindari kerentanan pada alergi, bukan berarti mereka yang sudah terlahir dengan kondisi tersebut bisa seenaknya diberikan telur dan kacang agar suatu hari bisa sepenuhnya pulih.

Terkadang situasi seperti ini cukup rumit lantaran orangtua harus mengetahui terlebih dahulu asal usul dari kondisi yang menyerang anaknya tersebut.

Oleh karena itu, sangat disarankan bagi orangtua dengan kecemasan tinggi pada anak yang terlihat rentan akan alergi untuk berkonsultasi dengan dokter atau para ahli di bidang yang bersangkutan.

Terlebih, memberikan kacang pada anak kecil harus sangat hati-hati lantaran kepahaman mereka akan apa pun masih tergolong minim dan jenis makanan ini memiliki potensi yang sangat besar untuk membuat si buah hati tersedak.

Para ahli kesehatan anak dari American Academy of Pediatrics mengklarifikasi stigma yang sudah melekat sedari dulu yaitu, anak tidak boleh dibiarkan mengonsumsi atau menyukai telur dan kacang sampai mereka berusia 2 atau 3 tahun.

Menurut mereka, pengenalan dua jenis makanan ini pada anak sejak dini justru membuahkan hasil yang positif untuk ke depannya, yaitu risiko memiliki alergi menjadi sangat rendah. Kesimpulan tersebut kini sudah menjadi pedoman bagi banyak dokter dan ahli kesehatan anak di berbagai macam institusi kesehatan.

Selain mendasarkan kesimpulan lewat hasil penelitian, manfaat pengenalan telur dan kacang pada anak sejak usia dini juga sudah mulai hangat dibicarakan, baik secara lisan maupun tulisan yang dikemas rapih di dalam beberapa jurnal kesehatan yang tersebar di sejumlah universitas di dunia.

 

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya