Peringatan Konten!!

Artikel ini tidak disarankan untuk Anda yang masih berusia di bawah

18 Tahun

LanjutkanStop di Sini

Menonton Video Porno Bikin Otak Rusak?

Melihat tayangan pornografi bisa menciutkan otak dan mengurangi respon terhadap stimulasi seksual.

oleh Dyah Puspita Wisnuwardani diperbarui 02 Okt 2016, 13:02 WIB
Diterbitkan 02 Okt 2016, 13:02 WIB
Menonton video porno
Menurut peneliti, melihat tayangan pornografi bisa menciutkan otak dan mengurangi respon terhadap stimulasi seksual.

Liputan6.com, Jakarta Peneliti dari Max Planck Insititute di Berlin menemukan untuk pertama kalinya, melihat tayangan bermuatan seksual bisa berbahaya bagi kesehatan fisik seseorang.

Menurut peneliti, melihat tayangan pornografi bisa menciutkan otak dan mengurangi respon terhadap stimulasi seksual. Penemuan tersebut menunjukkan, sebuah bagian otak yang membuat orang merasa termotivasi atau mendapatkan penghargaan menjadi menyusut dan kurang bekerja efektif apabila sering melihat pornografi.

Melansir laman Telegraph, Minggu (2/10/2016), invidu yang sering melihat video porno perlu meningkatkan materi tontonan mereka untuk mendapatkan stimulasi seksual yang sama. Para peneliti juga percaya bahwa individu dengan bagian otak (striatum)--yang terkait dengan penghargaan--kecil akan menjadi semakin kecil dengan seringnya melihat pornografi.

"Belum begitu jelas, misalnya saja, apakah menonton video porno menyebabkan perubahan otak atau apakah orang yang dilahirkan dengan tipe otak tertentu jadi lebih banyak melihat tayangan porno," ujar Dr Simone Kuhn.

"Kami menemukan bahwa volume bagian otak yang dinamai striatum, yang sering dikaitkan dengan proses penghargaan dan motivasi menjadi semakin kecil dengan adanya konsmsi pornografi di antara partisipan. Selain itu kami juga menemukan bagian lain dari otak yang juga masih terkait dengan striatum yang aktif ketika seseorang menerima rangsangan seksual, tampak kurang aktif dengan semakin seringnya partisipan mengakses pornografi," jelasnya.

Ketika melakukan studi ini, Dr Kuhn dan rekannya, Jurgen Gallinat dari Charite University, Berlin mengumpulkan 64 pria sehat usia 21 hingga 45 tahun dan menanyai kebiasaan mereka menonton video porno.

Peneliti juga mengambil foto ukuran otak para partisipan untuk melihat reaksinya terhadap gambar-gambar porno. Para peneliti menemukan perbedaan yang nyata dari pria yang tidak melihat tayangan porno dengan mereka yang secara rutin melihat gambar atau video porno.

Meski begitu, para peneliti mengklaim, mengakses pornografi dalam taraf wajar tidak akan memberi dampak berbahaya.

"Segala sesuatu yang berlebihan akan berbahaya dan mungkin tidak akan berdampak buruk jika dilakukan dalam tingkat wajar," ucap Dr Gregory dari Columbia University.

Dr Tau yang tidak terlibat dalam studi menyetujui pernyataan tersebut dan menurutnya perlu penelitian lebih lanjut mengenai dampak pornografi terhadap perubahan otak. Menurutnya, kemungkinan ada individu dengan bentuk otak tertentu yang lebih rentan terhadap kebiasaan mengakses tayangan porno. Atau ada pula kemungkinan tayangan video pornolah yang mengubah volume otak.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya