Liputan6.com, New York- Peneliti asal Amerika Serikat melakukan studi jangka panjang terhadap pola pendidikan anak jenius. Studi ini melibatkan 5.000 anak jenius selama 45 tahun. Hasilnya ada dua hal penting yang ditemukan peneliti mengenai cara mendidik anak jenius.
Pelajaran pertama yang bisa dipetik adalah anak jenius tetap membutuhkan guru untuk membantu mereka mencapai potensi terbaik. Peneliti mengungkapkan meski anak-anak tersebut memiliki kecerdasan intelektual tinggi tetap ada kemungkinan mereka melakukan kesalahan.
Baca Juga
Sayang, penelitian yang dilakukan Study of Mathematically Precocious Youth (SMPY) mengatakan anak-anak yang memiliki bakat besar dalam pelajaran sains dan matematika cenderung tidak mendapatkan bantuan yang mereka butuhkan. Ketika guru melihat ada anak yang bersinar, guru cenderung tidak terlalu memberikan bimbingan pada mereka seperti mengutip Business Insider, Senin (13/2/2017).
Advertisement
Lalu, orangtua dan guru juga perlu memberikan semangat pada anak-anak agar mereka lebih optimis. Bila mereka menyadari kecerdasan anak mereka adalah 'gift' dari Tuhan, orangtua seharusnya tidak berhenti memberikan semangat bahwa anak perlu belajar lebih keras lagi. Anak-anak jenius ini sebaiknya mengembangkan dirinya sampai tahu sejauh mana batas kecerdasan intelektual mereka.
Studi ini juga mendapati peran guru dan orangtua sangat besar dalam membantu anak mengembangkan kecerdasan yang dimiliki. Dengan dukungan tersebut, anak bisa berkembang luar biasa sesuai keingininan mereka. Nantinya, kemampuan anak jenius ini bisa jadi bekal luar biasa bekerja sebagai insinyur, arsitek, atau dokter.