Liputan6.com, Jakarta Data Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI, menyebut, angka pasien kanker serviks pada 2015 mengalami peningkatan sebesar 82,5 persen.Â
Data-data sebelumnya juga menyatakan bahwa 70 persen pasien kanker serviks datang ke dokter sudah berada dalam stadium lanjut.Â
Advertisement
Baca Juga
Menurut Prof Dr dr Andrijono SpOG(K), walaupun kanker serviks yang disebabkan human papilloma virus (virus HPV) sampai saat ini belum ditemukan obatnya, bukan berarti kanker yang mengakibatkan kematian nomor dua pada wanita (setelah kanker payudara) tidak bisa dicegah.
"Sebetulnya kanker serviks bisa dicegah seratus persen karena ada skrining IVA, PapSmear, dan vaksin HPV," kata Prof Andrijono dalam diskusi Forum NGOBRAS mengenai 'Vaksinasi HPV, Upaya Aman dan Efektif Cegah Kanker Serviks' pada Selasa (11/4/2017) siang.
Vaksinasi HPV, lanjut Andrijono, merupakan pencegahan paling efektif dan tidak memberikan efek samping. Batas usia yang diperbolehkan melakukan vaksin adalah 45 tahun.
Melihat angka pasien yang mengidap kanker serviks di Indonesia belum juga berkurang, adalah hal yang tepat apabila pemberian vaksin HPV sudah dilakukan sejak dini. Sedini murid sekolah dasar kelas 5 dan 6.
Berdasarkan anjuran dari Organisasi Kesehatan Dunia, kata Prof Andrijono, sangat baik apabila vaksinasi HPV diberikan kepada anak perempuan berumur 11 tahun.
Oleh karena itu, Dr Prima Yosephine dari Kasubdit Imunisasi, Kementerian Kesehatan RI, dan Kepala Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta, Dr Koesmedi Priharti, telah bekerjasama melakukan vaksin HPV kepada anak SD kelas 5 dan 6.
Kementerian Kesehatan RI terus berupaya agar pemberian vaksin HPV ini bisa merasa ke daerah lainnya di Indonesia. Indonesia tak boleh kalah dari banyak negara di dunia yang sudah lebih dulu rutin memberikan vaksin HPV. Bagaimana juga, tujuannya baik, untuk memperkecil risiko kanker serviks.
Reporter: Aida Tifany