Liputan6.com, Jakarta Dinas Pertanian dan Perkebunan (Distanbun) Kabupaten Lebak meminta warga daerah ini melestarikan burung hantu. Imbauan ini disampaikan karena burung hantu efektif melawan serangan hama tikus.
"Kami berharap populasi burung hantu dilestarikan dan tidak dilakukan pemburuan," kata Kepala Distanbun Kabupaten Lebak, Itan Oktarianto, Senin (28/8/2017).
Baca Juga
Akhir-akhir ini, tikus yang menyerang padi sulit diberantas di daerah tersebut karena populasi ular dan burung hantu terus turun. Petani pun harus mengandalkan racun tikus. Padahal, cara lebih efektif melawan tikur adalah dengan melestarikan predator alami burung hantu, yang jauh lebih ramah lingkungan ketimbang bahan kimia.
Advertisement
Oleh karena itu, Itan mengajak warga untuk tidak memburu burung hantu yang di Kabupaten Lebak sudah terancam punah dan tidak ditemukan lagi di pohon-pohon besar.
"Kami menduga menghilangnya burung hantu itu akibat perburuan juga kerusakan hutan yang menjadi habitatnya," kata Itan. Tapi saat bersamaan produksi pangan turun karena serangan tikus semakin menjadi-jadi akibat tiada lawan.
Akibatnya, kata Itan, 1.022 hektare dan 148 hektare lahan padi di daerahnya gagal panen. Sebenarnya bukan hanya oleh tikus, tapi juga oleh serangan wereng batang coklat (WBC).
"Kami minta warga melestarikan burung hantu itu," ulang Itan.
Jarkasih (50), warga Desa Malabar, Kecamatan Cibadak, mengaku gagal memanen sawahnya seluas 2 hektare akibat padi diserang tikus.
Jarkasih mengenang masa 1990-an ketika serangan tikus tidak separah sekarang karena waktu tiu masih banyak ditemukan burung hantu.
"Kami pada 1980-1990-an masih mengamati banyak burung hantu di pohon-pohon besar, tapi kali ini hampir punah," kata Jarkasih.
(Mansyur/AntaraNews)