Liputan6.com, Jakarta November lalu, seorang wanita yang menjalani cangkok rahim berhasil melahirkan bayi sehat. Ini adalah kesuksesan cangkok rahim pertama yang membuahkan hasil positif di Amerika Serikat.
Di balik kebahagiaan wanita tersebut, ada sosok wanita lain yang juga tak kalah bahagia dengan keberhasilan cangkok rahim ini. Dia adalah Taylor Siner (36). Perawat senior yang mendonorkan rahimnya untuk wanita tersebut.
Baca Juga
5 Cara Mengonsumsi Alpukat untuk Menurunkan Kolesterol dan Mendapatkan 3 Manfaat untuk Jantung Anda
6 Khasiat Daun Jambu Biji, Solusi Alami untuk Menurunkan Kolesterol dan Gula Darah
Viral Pungli Joki Pemandu Jalur Alternatif Puncak Bogor Rp850 Ribu, Apakah Permintaan Maaf Pelaku Cukup Loloskan dari Jerat Hukum?
Keberanian Siner dalam memberikan rahim untuk orang yang tidak dia kenal patut diacungi jempol.
Advertisement
"Aku pikir selain adopsi, masih ada cara lain untuk membantu seseorang untuk memiliki bayi," katanya.
Keinginan Siner mendonorkan rahim berawal dari menonton sebuah video di YouTube tentang percobaan cangkok rahim. Suaminya pun tertarik akan hal ini dan meminta Siner mencari tahu lebih mendalam.
"Sebagai perawat, secara medis, (cangkok rahim) ini adalah sesuatu yang luar biasa dan baru. Cara ini memberikan harapan kepada seseorang akan sesuatu yang sebelumnya tidak dimiliki," cerita Siner, mengutip Time, Kamis (21/12/2017).
Â
Â
Saksikan juga video menarik berikut:
Meneguhkan hati sebelum mendonorkan rahim
Siner bercerita sesudah dia dan suami sepakat dirinya bakal mendonorkan rahim, dia meminta dukungan dari keluarganya. Selain itu dia juga meneguhkan keinginannya dengan ke gereja.
"Dari pengalamanku sebelumnya, berdoa sebelum melakukan sesuatu itu benar-benar membantu sesuatu berjalan lancar," kata Siner.
Pagi hari jelang operasi pengambilan rahim, Siner deg-degan. Sebagai perawat, dia tahu apa saja nanti yang bakal dilakukan tim medis kepadanya. Dia juga mulai membayangkan usai operasi harus berdiam diri selama 12 minggu. Tak bisa olahraga dan melakukan hal yang disukai.
"Namun kemudian aku berpikir, bahwa 12 minggu adalah hal yang sederhana dibandingkan dengan apa yang aku berikan untuk wanita ini," tuturnya.
Usai operasi, dia merasa pemulihan berlangsung lancar. Dia bisa kembali sedikit normal dalam hitungan minggu.
Seminggu pertama usai operasi dia tidak bisa duduk. Seminggu kemudian dia mulai bekerja dari rumah.
"Kadang ada juga cegukan. Namun ini bukan komplikasi, hanya efek samping," katanya.
Advertisement
Derai tangis saat dengar penerima rahim hamil
Siner meyakini mendonorkan rahim ke wanita yang tak dikenalnya akan membuahkan hasil positif. Jika tidak berhasil, paling tidak ada yang bisa dipelajari peneliti.
"Ini penelitian, ada beberapa hal yang berjalan lancar tapi ada yang tidak," katanya.
Dan, betapa kagetnya Siner ketika menerima surat dari penerima rahimnya bahwa hamil.
"Aku menangis. Aku baru membuka surat itu sesampainya di rumah, 'Dia hamil! Kita akan punya bayi!'. Namun rasanya bukan hanya wanita itu yang memiliki bayi, kami juga," kata Siner.
Hingga suatu hari di November lalu, pihak yang melakukan percobaan klinis dari Baylor University Medical Center bahwa wanita penerima rahimnya akan melahirkan.
"Aku menangis lagi," kata Siner.
Dia pun menjenguk saat bayi itu lahir. Saat itu dia pertama kali bertemu orang asing yang menerima rahimnya. Perasaan senang dan kaget menyelimuti hatinya terlebih ketika menggendong bayi tersebut.
"Rasanya tidak seperti memegang bayi orang lain, seperti bayiku. Aku merasa sungguh wow, dan ini benar-benar luar biasa. Bayi laki-laki itu begitu manis," cerita Siner.
Siner pun bakal senang bila keluarga wanita penerima rahimnya bakal terus menjalin kontak dengannya.
"Aku merasa begitu diberkati dan terhormat bila mereka masih mau bertemu dengan saya dan suami," tandasnya.
Â