Bermain Sambil Belajar Hidup Bersih Sehat dengan E-Halo

Demi berupaya mencegah seseorang terkena difteri, ada permainan edukasi yang diciptakan untuk membuka wawasan terkait difteri.

oleh Fitri Haryanti Harsono diperbarui 14 Jul 2018, 16:00 WIB
Diterbitkan 14 Jul 2018, 16:00 WIB
Difteri
Mahasiswa IPB menciptakan permainan E-Halo, yang terinsipirasi dari difteri. (Aldilah Yafitz)

Liputan6.com, Jakarta Kejadian Luar Biasa (KLB) Difteri yang terjadi di beberapa provinsi di Indonesia pada akhir Desember 2017 silam sempat membuat publik Tanah Air gempar. Penularan difteri sangat mudah menyebar. Penyebaran melalui batuk dan bersin dari penderita dapat menginfeksi orang lain yang masih sehat.

Pasien yang terkena difteri lebih banyak menyerang anak-anak. Adanya difteri tersebut menjadi pendukung bagi mahasiswa IPB jurusan Kedokteran Hewan berinisiatif membuat permainan E-Halo (Edukasi Higiene Personal Ludo). Permainan ini sebagai pembelajaran kreatif dan interaktif guna mencegah penyakit difteri.

Permainan E-Halo hasil kreativitas Aldilah Yafitz, Rahma Yelvi Anaf, Elsi Rahmadhani, Fathan Abdul Aziz, dan Panji Khoirul Anam berbentuk papan permainan yang berukuran raksasa sebesar 4,5 m x 4,5 m. Pada keempat sudut papan permainan E-Halo terdapat konten informasi kesehatan.

"Tidak semuanya (konten) tentang difteri, tapi soal kebersihan diri, kebersihan lingkungan, makanan dan minuman, serta menghindari penyakit." tulis Yafitz dalam pesannya kepada Health Liputan6.com, ditulis (13/7/2018).

Pada kotak di papan permainan E-Halo terbagi menjadi dua yaitu, kotak pertanyaan dan kotak funfact. Contoh pertanyaan di antaranya, 'Sebutkan manfaat memotong kuku?' dan 'Apa yang kamu lakukan saat bersin dan batuk?.'

Untuk kotak funcact permainan E-Halo, konten berisi informasi kesehatan. Misal, 'menyisir rambut tiap hari dapat menghilangkan kotoran pada rambut dan memperlancar aliran darah.'

 

 

Simak video menarik berikut ini:

Rangsang motorik anak

Difteri
Permainan E-Halo sebagai upaya mencegah difteri mampu merangsang motorik anak. (Aldilah Yafitz)

Sasaran permainan dimulai dari usia 5-12 tahun. Ketika anak memainkan permainan E-Halo, mereka tidak harus tahu tentang apa itu difteri. Soalnya inti pokok permainan ini, lanjut Yafitz adalah pemberian materi dan pelaksanaan kebersihan dalam kehidupan sehari-hari.

Pembuatan papan E-Halo berukuran besar agar anak-anak dapat lebih mudah menyerap informasi, terlebih lagi permainan ini merangsang aktivitas motorik. Anak pun harus bergerak saat memainkannya.

"Cara bermainnya mudah kok, sama seperti permainan Ludo pada umumnya. Pemain menginjakkan kaki di kotak pertanyaan, lalu harus menjawab pertanyaan dengan benar untuk tetap berada di kotak tersebut. Kalau pemain menjawab pertanyaan dengan salah, pemain harus mundur ke kotak sebelumnya," Yafitz menjelaskan.

Pembuatan permainan dari awal ide hingga selesai sekitar empat bulan.

Didampingi guru

Difteri
Setelah dilaksanakan uji coba permainan, wawasan soal kebersihan dan kesehatan makin meningkat. (Aldilah Yafitz)

Untuk menuju kotak dengan cara bergerak sesuai angka yang muncul pada dadu. Ada aturan jika pemain mendapatkan angka 6, dia harus ke luar dari permainan, kemudian dilanjutkan dengan pemain lain.

Lain halnya, saat pemain menginjakkan kaki di kotak funfact, pemain wajib membaca fakta menarik yang tertulis pada kotak dengan suara lantang. Ini bertujuan agar pemain lain ikut mendengar.

"Permainan ini tidak menutup kemungkinan untuk dibuat E-Halo versi platform Android guna mempermudah pelaksanaan permainan," tambah Yafitz.

Walaupun sasaran permainan E-Halo untuk anak-anak SD, target utama juga ditujukan pada guru. Saat bermain E-Halo, anak-anak didampingi guru.

Guru akan menjadi pemandu, kalau ada siswa yang bingung tentang menjawab pertanyaan di kotak. Mereka dapat bertanya langsung ke guru tersebut.

Buka wawasan guru dan siswa

Difteri
Permainan E-Halo menambah wawasan terkait difteri, dari segi kesehatan dan kebersihan agar tidak terkena penyakit tersebut. (Aldilah Yafitz)

Pelaksanaan permainan E-Halo sudah diuji coba di sebuah madrasah ibtidaiyah di Kabupaten Bogor. Sebelum ujicoba E-Halo, Yafitz bersama rekan-rekannya melakukan pre-test kepada guru dan murid.

Tes ini mengukur tingkat pengetahuan mereka tentang kebersihan. Setelah dilaksanakan permainan E-Halo, ada sesi post-test kepada guru dan murid.

"Alhamdulillah terjadi peningkatan pengetahuan dan sikap dari guru dan murid," ujar Yafitz.

Di sisi lain, ada tantangan yang dihadapi saat memainkan permainan. Rupanya masih banyak anak yang tidak mengetahui tentang istilah-istilah umum. Misal, sampah organik dan anorganik, penyakit skabies, prinsip 4R pada sampah (Reduce, Reuse, Recycle, dan Replace). Padahal, hal itu seharusnya sudah mereka ketahui sebelumnya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Live Streaming

Powered by

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya