Liputan6.com, Jakarta Beberapa daerah di Indonesia digegerkan dengan KLB (kejadian luar biasa) difteri. Penyakit yang disebabkan oleh infeksi bakteri corynebacterium diphtheriae ini telah mewabah di beberapa wilayah, seperti DKI Jakarta, Banten, Jawa Barat, dan Jawa Timur. Difteri telah menelan banyak korban jiwa.
Menanggapi hal tersebut, Kasubdit Surveilans Kementerian Kesehatan RI, dr Nancy Dian Anggraeni mengakui penyebab terjadinya KLB difteri adalah adanya immunity gap, yaitu terjadi kesenjangan kekebalan di tengah masyarakat.
Baca Juga
Nancy mengungkapkan bahwa inilah yg membuat penyakit menular ini mudah menyebar, sehingga ORI (Outbreak Response Immunization)Â atau melakukan imunisasi tambahan belum tentu dapat seratus persen ampuh memusnahkan penyakit difteri di daerah tersebut.
Advertisement
"Jadi meskipun daerah melaporkan cakupan imunisasi sudah mendekati sempurna, ketika terjadi immunity gap, bukan menjadi jaminan daerah tersebut bebas difteri," ujar Nancy saat menjadi pembicara pada PAPDI (Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia) Forum bertajuk "Vaksin dan Difteri", Rabu (24/1/2018).
Oleh karena itu, Nancy menganggap perlu adanya kebijakan pemberian imunisasi dasar pada bayi, pemberian imunisasi lanjutan pada usia 18 bulan, dan pemberian vaksin Td pada anak umur tujuh tahun ke atas. Selain itu, perlu adanya pemberian edukasi pada orang dewasa terkait pentingnya imunisasi lanjutan. Dia menganggap imunisasi sangat penting dilakukan guna mencegah merebaknya penyakit mematikan tersebut.
"Karena banyak orang dewasa yang imunisasi difterinya saja masih bolong-bolong,"Â ujar Nancy.
Â
Saksikan juga video berikut ini:
Â
Belum Sakit Sudah Bisa Menularkan
Nancy juga mengungkapkan, mereka yang belum positif mengidap penyakit difteri pun berpotensi untuk menularkan penyakit tersebut. Bahkan, penderita difteri berpotensi menyebarkan bakteri tersebut lima hari sebelum menderita penyakit mematikan itu.
"Caranya macam-macam, bisa lewat kontak erat dan lewat luka terbuka," kata Nancy.
Selain itu, untuk melakukan pencegahan, diperlukan penelusuran lebih lanjut pada korban difteri. Informasi yang dapat ditanyakan pada penderita, yaitu sudah pergi ke mana saja sebelum menderita penyakit, dan dengan siapa saja melakukan kontak fisik.
Advertisement