5 Cara Jepang Menghadapi Bencana

Pemerintah Jepang memiliki beberapa strategi untuk mengurangi dampak akibat gempa yang kerap mengguncang negara ini.

oleh Liputan6.com diperbarui 07 Agu 2018, 13:30 WIB
Diterbitkan 07 Agu 2018, 13:30 WIB
Gempa 7 SR di Lombok Utara, BMKG: Peringatan Dini Tsunami Berakhir
Ilustrasi gempa di Jepang. (Foto: Pixabay)

Liputan6.com, Jakarta Indonesia menjadi salah satu negara yang rawan gempa. Indonesia berdiri di atas pertemuan lempeng-lempeng tektonik yang mengakibatkan negeri ini berada di atas jalur gempa.

Seperti Indonesia, Jepang juga menjadi wilayah yang rentan gempa. Bagi orang yang tinggal di Negeri Sakura, gempa kecil seakan-seakan teman sehari-hari. Bahkan beberapa kali mengalami gempa besar, salah satunya terjadi pada 2011 dengan kekuatan 8,9 skala Richter (SR).

Untuk meminimalisisasi kerusakan akibat gempa, Jepang mengambil langkah untuk mempersiapkan diri sebelum gempa terjadi. Berikut langkah-langkah yang di ambil seperti dilansir dari laman Jpninfo, Selasa(6/8/2018).

1. Rumah tahan gempa

Di Jepang, semua bangunan yang akan dibangun harus mengkuti aturan yang ditetapkan pemerintah. Bangunan yang dibuat harus memenuhi dua syarat yaitu bangunan dijamin tidak akan runtuh karena gempa bumi dalam 100 tahun kedepan dan dijamin tidak akan rusak dalam 10 tahun pembangunan.

Selain itu, semua bahan yang digunakan untuk konstruksi harus mengikuti aturan ketat dari pihak yang berwenang.

2. Sistem peringatan gempa

Semua handphone di Jepang memiliki sistem peringatan gempa/tsunami yang dipasang. Sistem ini akan memberi peringatan sekitar 5 hingga 10 detik sebelum bencana terjadi, peringatan juga akan memberi tambahan waktu untuk melarikan diri ke tempat aman atau berlindung dibawah meja.

Sedangkan di pesisir lebih mungkin menimbulkan tsunami, Jepang membangun sistem peringatan sekitar 5-10 menit sebelum tsunami datang.

 

Saksikan juga video menarik berikut:

 

 

3. Sistem pencegahan bencana terpadu

20160420-Korban Gempa Jepang Pilih Mengungsi di Mobil -Kumamoto
Warga mengungsi di dalam kendaraan mereka setelah dihantam gempa dahsyat di Mashiki, prefektur Kumamoto, 17 April 2016. Sekitar 10 ribu korban gempa Jepang lebih memilih untuk mengungsi dan tidur di mobil mereka sendiri. (Kazuhiro NOGI/AFP)

 

Untuk mengurangi dampak kerusakan akibat bencana alam, pemerintah Jepang memberikan panduan luas tentang cara bertahan hidup saat terjadi gempa atau tsunami. Jepang telah membangun sistem darurat ketika bencana besar terjadi posko pengungsian.

Lalu, setiap warga disana menyiapkan ransel darurat untuk menyimpan hal-hal penting seperti senter, obat-obatan, makanan, selimut dan lainnya untuk bertahan hidup selama tiga hari hingga 1 minggu. 

4. Meningkatkan pengetahuan hadapi bencana

Pemerintah Jepang juga fokus meningkatkan pengetahuan warganya akan gempa dan tsunami. Pelatihan simulasi bencana secara teratur diadakan.

Simulasi bencana sudah mulai diajarkan sejak TK dan siswa-siswi sekolah serta anak muda lainnya. Warga Jepang diajarkan agar tidak panik saat terjadi bencana, melarikan diri dengan teratur dan tidak terburu-buru.

5. Mematikan gas

Ibu rumah tangga di Jepang mempunyai peranan penting dalam pencegahan bencana. Karena gempa bumi kemungkinan akan mempengaruhi saluran pipa gas yang dapat memicu ledakan dan kebakaran, setiap kali gempa terjadi ibu rumah tangga dilatih untuk segera bergegas ke dapur untuk mematikan gas (dan listrik jika perlu). 

 

Penulis: Nita Utami

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya