Liputan6.com, Bali Guncangan gempa Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB), berkekuatan 7,0 SR pada Minggu malam, 5 Agustus 2018 dirasakan Desy, yang tinggal di Bali. Dua jam sebelum gempa, ia sedang berjalan-jalan di Mal Bali Galeria (MBG), sebuah pusat perbelanjaan yang berada di Jalan Bypass Ngurah Rai, Bali.
Baca Juga
Advertisement
Detik-detik gempa terjadi, Desy rupanya sudah pulang dari Mall Bali Galeria. Ia berada di rumah bersama keluarganya.
"Guncangan terjadi sekitar pukul 19.30 Wita. Awalnya, saya pikir bukan gempa, mungkin saya lagi sakit kepala. Pertama-tama, yang terasa pelan-pelan, lama-lama jadi kencang guncangannya," cerita Desy saat dihubungi Health Liputan6.com melalui sambungan telepon, Senin (6/8/2018).
Tanpa pikir panjang, Desy bersama keluarganya langsung keluar rumah. Padahal, saat gempa terjadi, ia baru saja selesai mandi. Belum sempat mengenakan pakaian dengan rapi dan hanya handuk yang menutupi tubuhnya, Desy berlari keluar rumah.
"Saya baru selesai dari kamar mandi. Hanya pakai handuk saja, saya lari keluar rumah sambil gendong anak. Panik banget karena gempa," lanjut wanita, yang rumahnya berada di Jalan Gatot Subroto Bali.
Â
Â
Simak video menarik berikut ini:
Takut masuk ke rumah
Saking guncangan gempa sangat kencang, pohon di halaman rumah Desy tumbang. Pagar rumahnya pun nyaris roboh.
"Situasi di dalam rumah enggak rusak parah. Hanya saja pohon di halaman tumbang. Pagar rumah hampir roboh," Desy melanjutkan.
Wanita yang berprofesi sebagai karyawan swasta ini mengakui, dirinya trauma setelah gempa terjadi. Desy takut masuk ke rumah meski guncangan gempa sudah berhenti.
"Saya benar-benar trauma. Takut masuk ke rumah. Saya dan keluarga saja di luar rumah sampai 45 menit. Enggak berani masuk rumah pokoknya," ujar Desy.
Desy juga semakin cemas saat ada gempa susulan yang mengguncang beberapa kali. Selang 20 menit dari gempa pertama, gempa susulan dirasakan Desy.
Advertisement
Tidur di teras rumah
Desy sempat masuk ke rumah setelah gempa susulan terjadi. Namun, ia tak bertahan lama. Rasa cemas bila terjadi gempa susulan mendadak dan ketakutan jika rumah mungkin akan roboh menyelimuti pikirannya.
"Sempat masuk ke rumah. Cuma sebentar aja. Bahkan sepanjang malam tadi, saya dan keluarga tidur di teras rumah. Enggak berani juga tidur di kamar," ujar Desy.
Kepanikan gempa semalam masih dirasakan Desy sampai sekarang. Tetangga-tetangga sekitar rumahnya ikut berhamburan keluar.
"Saya masih trauma juga, sih. Seakan-akan, saya merasakan 'goyang-goyang' gitu," tutur Desy.
Efek terhadap Gunung Agung
Tak hanya trauma terrhadap gempa, Desy juga cemas bila dampak gempa Lombok yang terasa hingga ke Bali ikut memengaruhi aktivitas Gunung Agung. Dalam kurun waktu Juli 2018, Gunung Agung mengalami beberapa kali erupsi.
"Takut sama Gunung Agung juga. Soalnya kan belum lama ini Gunung Agung erupsi. Abunya saja terbang sampai ke rumah saya," Desy mengungkapkan.
Jarak Gunung Agung dari rumah Desy terbilang dekat. Cukup dua jam perjalanan untuk sampai ke Gunung Agung dari rumah Desy.
Hingga saat ini, Desy belum mendengar lagi, apakah ada peringatan waspada atau siaga terhadap aktivitas Gunung Agung. Desy bersyukur selamat dari gempa.
Advertisement
Kondisi yang rusak parah
Lokasi di sekitar Mal Bali Galeria, yang sebelumnya dikunjungi Desy dalam kondisi rusak parah akibat gempa Lombok. Dari video yang beredar di media sosial, sejumlah kendaraan rusak, pohon, dan tiang-tiang bangunan roboh di sekitar lokasi Mal Bali Galeria.
Kendaraan pun tertimpa dinding dan bangunan mal yang roboh. Dinding dan atap genting dari bangunan sekitar mal berserakan di jalan.
"Jarak dari rumah saya ke mal itu 45 menit. Yang paling parah terkena dampak gempa di daerah Legian, sebelum daerah rumah saya itu. Rusak parah di sana. Saya enggak lewat ke sana pas berangkat kerja tadi," ungkap Desy.
Kini, Desy sudah beraktivitas seperti biasa dan masuk kerja. Gempa susulan sempat ia alami saat tiba di tempat kerja. Kondisi di tempat kerja terpantau baik.