Liputan6.com, Jakarta Bayi yang lahir cukup bulan atau lebih dari 37 minggu memang masih bisa bertahan sekitar dua hari tanpa pemberian Air Susu Ibu (ASI). Namun, bukan berarti ibu tidak melakukan usaha agar ia menyusu. Salah satu caranya lewat inisiasi menyusu dini (IMD).
"Kalau bayi yang lahir cukup bulan, cadangan (makanan) masih banyak. Namun, pada bayi lahir cukup bulan jangan mentang-mentang enggak apa-apa, terus enggak usah diberikan ASI," kata dokter spesialis anak RS Cipto Mangunkusumo Jakarta, Rinawati Rohsiswatmo, saat peluncuran bukunya ASI untuk Bayi Prematur di Jakarta.Â
Baca Juga
Sebisa mungkin, kata Rina, ibu yang baru melahirkan melakukan IMD. Ini merupakan langkah yang sangat baik untuk memudahkan bayi dan ibu dalam memulai proses menyusui.
Advertisement
"Tempelin aja, enggak apa-apa. Masa setetes ASI enggak ada. Ibu enggak perlu nunggu ASI banjir baru nyusuin," saran wanita yang mendalami bidang neonatologi ini.
Bila di awal kehadiran bayi ini ibu rajin menempelkan bibir bayi ke area puting, si Mungil akan mengisap-isap. Aktivitas ini selain mendekatkan hubungan ibu dan anak, juga merangsang produksi ASI yang lebih banyak.
Langkah IMD
Di laman resmi Ikatan Dokter Anak Indonesia dijelaskan secara detail langkah-langkah IMD. Tindakan ini dilakukan segera setelah bayi lahir yang nantinya bakal menguntungkan bagi ibu dan bayi.
Seperti dikutip laman IDAI, Jumat (30/11/2018) berikut langkah IMD:
1. Segera setelah bayi lahir dan diputuskan tidak memerlukan resusitasi, letakkan bayi di atas perut ibunya (bila sectio, bayi diletakkan di atas dada) dan keringkan bayi mulai dari muka, kepala, dan bagian tubuh lainnya, kecuali kedua tangannya.
Bau cairan amnion pada tangan bayi akan membantunya mencari puting ibu yang mempunyai bau yang sama. Maka agar baunya tetap ada, dada ibu juga tidak boleh dibersihkan. Mengeringkan tubuh bayi tidak perlu sampai menghilangkan verniks karena verniks dapat berfungsi sebagai penahan panas pada bayi.
2. Setelah tali pusat dipotong dan diikat, tengkurapkan bayi di atas perut ibu dengan kepala bayi menghadap ke arah kepala ibunya.
3. Kalau ruang bersalin dingin, berikan selimut yang akan menyelimuti ibu dan bayinya, dan kenakan topi pada kepala bayi.
4. Pengamatan oleh Windstrom, Righard dan Alade memperlihatkan bahwa bayi-bayi yang tidak mengalami sedasi mengikuti suatu pola perilaku prefeeding yang dapat diprediksi. Apabila bayi dibiarkan tengkurap di perut ibu, selama beberapa waktu bayi akan diam saja, tetapi tetap waspada melihat kesekelilingnya.
5. Setelah 12-44 menit bayi akan mulai bergerak dengan menendang, menggerakkan kaki, bahu dan lengannya. Stimulasi ini akan membantu uterus untuk berkontraksi. Meskipun kemampuan melihatnya terbatas, bayi dapat melihat areola mammae yang berwarna lebih gelap dan bergerak menuju ke sana. Bayi akan membentur-benturkan kepalanya ke dada ibu. Ini merupakan stimulasi yang menyerupai pijatan pada payudara ibu.
6. Bayi kemudian mencapai puting dengan mengandalkan indera penciuman dan dipandu oleh bau pada kedua tangannya. Bayi akan mengangkat kepala, mulai mengulum puting, dan mulai menyusu. Hal tersebut dapat tercapai antara 27 - 71 menit.
7. Pada saat bayi siap untuk menyusu, menyusu pertama berlangsung sebentar, sekitar 15 menit, dan setelah selesai, selama 2-2,5 jam berikutnya tidak ada keinginan bayi untuk menyusu. Selama menyusu bayi akan mengkoordinasi gerakkan mengisap, menelan, dan bernapas.
8. Setelah usai tindakan inisiasi menyusu dini ini, baru tindakan asuhan keperawatan seperti menimbang, pemeriksaan antropometri lainnya, penyuntikan vitamin K1, dan pengolesan salep pada mata bayi dapat dilakukan.
9. Tunda memandikan bayi paling kurang 6 jam setelah lahir atau pada hari berikut.
10. Bayi tetap berada dalam jangkauan ibunya agar dapat disusukan sesuai keinginan bayi (rooming in / rawat gabung).
Advertisement