Liputan6.com, Skotlandia Pria asal Skotlandia harus mengalami ereksi menyakitkan selama 22 jam. Ia mengalami hal itu setelah nekat menyuntikkan suplemen agar kulit kelaminnya terlihat lebih kecokelatan.
Baca Juga
Advertisement
Sang pria berusia 41 tahun, yang tak disebut namanya ini harus berakhir di Queen Elizabeth University Hospital di Glasgow. Ia harus menerima serangkaian suntikan ke penis untuk meringankan ereksinya.
Kejadian ereksi ini bermula ketika ia membeli melanotan (suntikan suplemen) di toko binaraga. Suplemen yang meningkatkan warna kulit menjadi lebih kecokelatan itu rupanya ilegal, dilansir dari The Scottish Sun, Senin (22/4/2019).
dokter Barend Albert Dreyer dari Queen Elizabeth University Hospital mengatakan, suplemen yang dibeli pria tersebut bekerja dengan meningkatkan kadar melanin dalam tubuh--pigmen gelap di kulit yang membuat kita terlihat kecokelatan.
Saksikan video menarik berikut ini:
Derita priapism akut
Pria itu menyuntikkan suplemen ke perutnya. Tapi selang satu jam, ia menyadari tidak bisa menghentikan ereksinya. Dan ereksi menjadi kian menyakitkan.
Sebelum ke rumah sakit, pria itu bahkan mencoba memberikan es ke kemaluannya dengan harapan akan menghentikan ereksinya. Sayangnya, es tidak berhasil hentikan ereksi.
Dokter mendiagnosis pria tersebut dengan priapism akut, istilah medis untuk ereksi yang persisten. Dokter pun mencoba memberikan bius lokal di penisnya.
Setelah mati rasa, dokter kemudian menggunakan jarum untuk mengeluarkan 700 ml darah dari penis. Hasil tes pada darah mengungkapkan, ia menderita priapisme aliran rendah, yang mana darah terperangkap di ruang ereksi.
"Ini adalah kondisi serius. Jika tidak ditangani dengan cepat dapat menyebabkan jaringan parut dan disfungsi ereksi permanen," tulis Barend dalam laporan kasus berjudul Melanotan-induced priapism: a hard-earned tan, yang dipublikasikan di jurnal BMJ Case Reports pada 2018.
Advertisement
Suntikan ke penis
Dokter melakukan suntikan ke penis pasien setiap lima menit sekali dan mengobatinya dengan obat yang membantu meringankan ereksi. Sebelum mencapai dosis maksimal obat, ereksi pria itu pun mulai mereda.
Ia dirawat di rumah sakit untuk pemantauan, tetapi ia ingin pulang. Tindak lanjut kemudian melalui telepon, sang pria mengalami pembengkakan selama dua minggu dan tidak mengalami ereksi sama sekali.
Selama minggu keempat, ia mulai memperhatikan beberapa kali ereksi spontan meski singkat dan tidak dapat bertahan lama. Pasien mengakui, tidak tahu petunjuk tentang efek samping potensial menggunakan suntikan suplemen.
"Pasien kami menyampaikan, jika dia tahu tentang priapisme sebagai efek samping potensial, maka dia tidak akan pernah mempertimbangkan menggunakan melanotan," ujar Barend.
Di sisi lain, pasien sudah pernah menggunakan suntikan suplemen dan biasanya tidak ada masalah.
"Meskipun pasien ini mengklaim dia tidak minum obat lain. Mungkin saja dia juga menyalahgunakan obat lain dari toko binaraga, yang bisa saja sebabkan disfungsi ereksi," tutup Barend.