Kopi Panas dan Dingin, Mana yang Lebih Menyehatkan?

Kopi yang disajikan panas di dalamnya memiliki lebih banyak antioksidan dibandingkan es kopi.

oleh Liputan6.com diperbarui 15 Jun 2019, 15:00 WIB
Diterbitkan 15 Jun 2019, 15:00 WIB
Pecinta Kopi, Ini Bedanya Cold Brew dan Es Kopi
Simak apa perbedaan dari cold brew dan es kopi (instagram/whitenoelle)

Liputan6.com, Jakarta Bagi pecinta kopi, saat udara sedang panas tidak memilih kopi panas melainkan dingin. Namun, sebuah studi mengatakan bahwa kopi panas kemungkinan lebih sehat dibanding kopi dingin.

Dalam studi terbaru yang dipublikasikan di jurnal Scientific Report, para peneliti dari Universitas Thomas Jefferson Philadelphia, Amerika Serikat membandingkan keasaman dan antioksidan dalam kopi panas dan dingin. Hasilnya kopi panas menunjukkan tingkat antioksidan lebih tinggi. Antioksidan merupakan kandungan yang dapat menurunkan risiko penyakit jantung, diabetes, dan kematian dini.

"Bila sesuai atau sedang, penelitian menunjukkan bahwa kopi baik untuk Anda," kata Asisten Profesor Kimia, Megan Fueller, seperti dikutip dari Health, Sabtu (15/6/2019).

Memang, masih butuh penelitian tambahan masih diperlukan untuk mengetahui kemungkin perbedaan manfaat kopi berdasarkan cara penyajiannya.

 

Saksikan juga video berikut:

Keasaman Kopi

Liputan 6 default 5
Ilustraasi foto Liputan 6

Keasaman dari kopi panas dan dingin hampir sama. Kopi dingin seringkali dianggap memiliki keasaman lebih rendah dibanding kopi panas sehingga lebih baik untuk perut. Namun, studi terbaru menemukan bahwa tingkat pH dari kopi panas dan dingin berkisar dari 4.85 hingga 5.13.

Anda tidak perlu khawatir. kopi dingin pun masih memiliki kandungan antioksidan maupun kandungan lain yang mendukung kesehatan. Bahkan kopi dingin memiliki manfaatnya tersendiri.

"Sebagian orang menganggap bahwa kopi dingin lebih nikmat diminum. Hal tersebut akan membuat Anda tidak tergoda untuk menambahkan lemak atau kalori dalam bentuk krim, susu atau gula," kata Professor Epidemiologi dan Nutrisi, Harvard School of Public Health, Frank Hu.

 

Penulis: Khairuni Cesario

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya