Menkes Ungkap Alasan Banyak Orang Indonesia Berobat Kanker ke Luar Negeri

Seringkali, orang mendapatkan diagnosis kanker sudah di stadium lanjut, inilah yang menyebabkan pasien memutuskan berobat ke luar negeri

oleh Giovani Dio Prasasti diperbarui 10 Jul 2019, 11:00 WIB
Diterbitkan 10 Jul 2019, 11:00 WIB
Menkes Nila meninjau pabrik obat kanker di Cikarang, Jawa Barat pada Selasa (10/7/2019) (Liputan6.com/Giovani Dio Prasasti)
Menkes Nila saat memberikan keterangan pers terkait peresmian pabrik obat kanker di Cikarang, Jawa Barat pada Selasa (10/7/2019) (Liputan6.com/Giovani Dio Prasasti)

 

Liputan6.com, Jakarta - Beberapa tokoh seperti mantan ibu negara Ani Yudhoyono serta Kepala Humas BNPB Sutopo meninggal setelah melakukan pengobatan kanker di luar negeri.

Tren perawatan kanker di luar negeri bagi masyarakat Indonesia adalah hal yang biasa. Di sisi lain, masyarakat jadi menganggap bahwa ada yang kurang dengan fasilitas kanker di Indonesia.

Menteri Kesehatan Nila F. Moeloek mengatakan pada awak media bahwa sebenarnya, Indonesia sudah memiliki pusat kanker-nya sendiri yaitu Rumah Sakit Kanker Dharmais. Selain itu, dia mengungkapkan sudah banyak fasilitas kesehatan lain yang memiliki layanan serupa.

"Kita sudah punya Rumah Sakit Kanker Dharmais yang untuk rujukan. Di setiap rumah sakit sebenarnya, kalau sudah ada onkologisnya, dokternya, kita sudah bisa menangani. Jadi di Indonesia juga bisa ditangani," kata Nila di Cikarang, Jawa Barat, ditulis Rabu (10/7/2019).

Simak juga Video Menarik Berikut Ini

Diagnosis Terlambat Punya Peran

Menkes Nila meninjau pabrik obat kanker di Cikarang, Jawa Barat pada Selasa (10/7/2019) (Liputan6.com/Giovani Dio Prasasti)
Menkes Nila meninjau pabrik obat kanker di Cikarang, Jawa Barat pada Selasa (10/7/2019) (Liputan6.com/Giovani Dio Prasasti)

Meski begitu, Nila juga mengungkapkan kenapa banyak pasien yang memilih berobat ke luar negeri. Terlambatnya diagnosis menjadi salah satu alasannya.

"Saya akui kalau menderita kanker selalu ditanya stadium berapa. Minta maaf, seperti pak Sutopo disebut kanker paru stadium 4B. Paru itu banyak pembuluh darah dan menyebar luar biasa cepat. Tapi kalau tumornya di daerah yang tidak ada pembuluh darah, dia agak lama," Nila memaparkan.

Karena itu, vonis kanker sangat tergantung dengan stadium. Nila mengatakan, seharusnya pasien bisa didiagnosis sebelum memasuki stadium lanjut.

"Kita harapkan malah bukan satu. Sebelum menjadi lesi kanker," tambahnya.

Di sini, masyarakat punya peran secara mandiri untuk melakukan skrining atau pemeriksaan. Nila memberi contoh kanker serviks yang bisa dideteksi dini lewat tes IVA yang dilakukan beberapa tahun sekali.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya