Berhubungan Seks Bisa Picu Serangan Jantung?

Aktivitas seperti berhubungan seks ternyata bukanlah penyebab serangan jantung seperti yang banyak ditakuti orang-orang

oleh Giovani Dio Prasasti diperbarui 11 Jul 2019, 22:00 WIB
Diterbitkan 11 Jul 2019, 22:00 WIB
Hubungan Seks Hubungan Intim
Ilustrasi Hubungan Seks (iStockphoto)

Liputan6.com, Jakarta Banyak masyarakat percaya bahwa berhubungan seks meningkatkan risiko terkena serangan jantung. Beberapa kasus memang membuktikannya tapi itu sangat jarang terjadi.

Berhubungan seks setara dengan aktivitas seperti naik tangga atua jalan cepat, sebuah penelitian di 2015 menegaskan bahwa berhubungan seks sesungguhnya aman bagi para penyintas serangan jantung.

"Berdasarkan data kami, tampaknya sangat tidak mungkin bahwa aktivitas seksual merupakan pemicu yang relevan dari serangan jantung," kata ketua peneliti Dr. Dietrich Rothenbacher, profesor dan kepala Institute of Epidemiologu and Medical Biometry Ulm University, Jerman seperti dilansir dari Live Science pada Kamis (11/7/2019).

Dalam studi yang dimuat di Journal of the American College of Cardiology, para peneliti melihat 536 peserta berusia 30 hingga 70 di awal penelitiannya. Diketahui, para peserta ini juga pernah mengalami serangan jantung sebelumnya.

Para peneliti mengumpulkan data yang berisi kegiatan seksual yang peserta ingat, selama 12 bulan sebelum serangan jantung.

Simak juga Video Menarik Berikut Ini

Bukan Faktor Risiko

Hubungan Seks Hubungan Intim
Ilustrasi Hubungan Seks (iStockphoto)

Dari data yang dikumpulkan, peneliti menemukan 14,9 persen peserta tidak melakukan aktivitas seks selama setahun sebelum terkena serangan jantung. 4,7 persen melakukan hubungan seks kurang dari sebulan sekali, 25,4 melakukannya kurang dari seminggu sekali, dan 55 persen melaporkan aktivitas seks sebanyak satu atau lebih dalam seminggu.

Survei juga menemukan bahwa orang yang aktif secara seksual, seringkali berusia lebih muda, kondisi jantung yang lebih ringan, serta kecil kemungkinan menderita diabetes serta lebih aktif secara fisik.

Dalam pendataan waktu terkait aktivitas seks terakhir sebelum serangan jantung, hanya 0,7 persen yang mengatakan mereka melakukannya dua jam sebelum terkena serangan. Di sisi lain, 78 persen peserta mengungkapkan seks terakhir yang dilakukannya terjadi lebih dari 24 jam sebelum serangan.

"Ini sejalan dengan pengamatan bahwa aktivitas seksual pada akhirnya mungkin memicu serangan jantung, hanya pada sebagian kecil pasien," catatnya.

Dalam analisis lanjutan selama beberapa dekade berikutnya, 100 orang dari peserta yang mengatakan bahwa mereka mengalami masalah kardiovaskular. Meski begitu, aktivitas seksual bukanlah faktor risiko yang terlihat signifikan.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya